Semua Bab DEAR RANIA: Bab 51 - Bab 60
110 Bab
51. SAKSI PALSU
Kami adalah saksi atas kejadian kecelakaan yang menimpa anda, Nona Rania. Kami tahu siapa sebenarnya orang yang sudah menabrak anda waktu itu," teriak Roby. Rania sontak menghentikan langkahnya meski saat itu Rakha terus saja memintanya untuk masuk ke dalam kamar. "Saya berharap anda tertarik untuk mengetahui hal ini lebih lanjut, Nona Rania?" lanjut Roby. "Jangan dengarkan mereka. Masuk kembali ke kamar," perintah Rakha lagi. "Sebenarnya bukan Pak Ahmad yang mengendarai mobil box itu di malam kejadian," Roby kembali berteriak dengan suara lebih keras. Rania menepis tangan Rakha dari lengannya. Dia berbalik.
Baca selengkapnya
52. DEAR RANIA
Flashback on...Seorang wanita berjalan tergesa keluar dari halaman rumah sang majikan.Niatnya untuk meminta izin pada Rania dan Rakha kalau besok dia tidak bisa bekerja seketika dia urungkan begitu dia melihat apa yang sedang terjadi di dalam rumah sang majikan.Mbok Tuti melihat dengan mata kepalanya sendiri saat Rakha di pukuli oleh lelaki asing yang tak di kenal yang kini menodong sang tuan rumahnya itu dengan pisau di leher.Wanita paruh baya itu sangat ketakutan, terlebih dia khawatir jika sesuatu hal buruk menimpa Rakha atau pun Rania.Mbok Tuti harus segera menelepon Tuan Bastian dan Ibu Raline.*****Flash back off...Roby dan Rizwan terkepung.Mereka tidak bisa berkutik saat beberapa anggota kepolisian datang dan langsung membekuk mereka.Saat
Baca selengkapnya
53. PARA PENGKHIANAT
Malam tadi, Rakha tertidur dalam posisi duduk di depan meja komputer dengan kepala yang bertumpu di atas meja.Dia bangun saat adzan shubuh berkumandang. Menunaikan shalat lalu berkutat kembali di depan meja kerjanya.Saat itu, Rakha memang tak melihat keberadaan Rania di kamar mereka, tapi saat dia mengecek keluar, Raline bilang Rania ada di kamar tamu.Saking mengantuk, Rakha justru kembali tertidur setelahnya.Rakha terbangun ketika suara seseorang terdengar membangunkannya.Saat ke dua matanya terbuka, Rakha melihat Basti berdiri di sisinya sembari mengguncang pelan bahu menantunya itu."Kha, bangun. Kita ke kantor sama-sama ya? Papah ikut rapat hari ini," ucap Bastian pada sang menantu.Rakha mengerjap beberapa kali lalu mengucek mata. Dia tersenyum pada Bastian.Tumben Papah ikut rapat? Biasanya juga semua urusan kantor di serahi
Baca selengkapnya
54. KEKACAUAN
Seperti biasa, Rakha berangkat ke kantor menggunakan motor pemberian Bastian.Rakha melirik jam di tangan kanannya.Baru pukul 07.45 WIB, itu artinya dia masih memiliki waktu satu jam lebih untuk sampai di kantor, jadi Rakha tidak perlu terburu-buru.Rakha melajukan kendaraan roda duanya dengan kecepatan sedang.Mendapati kemacetan terjadi di beberapa titik jalanan tertentu yang harus dia lalui bukanlah hal aneh bagi Rakha.Ini hari kerja, sudah pasti jalanan macet karena seluruh aktifitas tumpah ruah di sana. Dari mulai pegawai kantor, hingga anak-anak sekolah. Mereka berlomba memadati jalanan dengan kendaraan pribadi maupun umum agar bisa secepat mungkin sampai ke tempat tujuan.Selang jarak 1 Kilo meter lagi Rakha sampai di gedung perkantoran milik Dirgantara Corp. Masih dengan kalimat Dzikir yang terus dia teriakan dalam hati, Rakha melanjutkan laju kendaraan roda duanya setelah sempat terhenti di lampu merah.Sebuah mobil Jeep hi
Baca selengkapnya
55. TERBONGKAR
Rakha sampai di kediamannya sekitar pukul delapan malam setelah ada seorang warga yang berbaik hati mengantarnya pulang. Setelah mengucapkan terima kasih, Rakha masuk ke dalam rumahnya. Dia melihat kondisi rumah itu sudah dalam keadaan terang benderang. Ada kemungkinan, Rania tidak jadi menginap di rumah orang tuanya. Sebab, hari ini Mbok Tuti tidak datang untuk bekerja. Rakha mengetuk pintu rumahnya yang ternyata di kunci seraya mengucapkan salam. Seorang wanita berhijab menjawab salam Rakha dari dalam. Tapi bukan suara Rania yang terdengar saat itu, melainkan suara orang lain. "Mba Siti?" pekik Rakha kaget begitu pintu dihadapannya terbuka. "Kenapa? Kaget ya liat Mba ada di sini?" sahut Siti dengan wajah setengah menantang. Meski dalam hati, Siti agak heran ketika mendapati kondisi Rakha yang kelihatan kusut. Ra
Baca selengkapnya
56. KONFLIK
Operasi Bastian selesai setelah tim medis berjuang selama kurang lebih dua jam di ruang operasi.Ucapan hamdalah dipanjatkan oleh dokter yang menangani Bastian."Pak Basti sudah melewati masa kritis. Sejauh ini tidak ada hal yang perlu dikhawatirkan. Sekarang kita hanya perlu menunggu sampai beliau sadar," beritahu sang dokter pada pihak keluarga.Setelah satu persatu keluarga menengok keadaan Bastian di dalam ruang ICU, Raline meminta Devano untuk mengantar Rania pulang. Raline sangat khawatir dengan keadaan Rania.Sejak sampai di rumah sakit Rania tidak makan apa-apa. Bahkan beberapa kali Rania sempat muntah."Tapi nanti Mamah sama siapa di sini?" tanya Rania saat mereka hendak pergi."Kamu tidak usah mengkhawatirkan Mamah. Mamah bisa jaga diri. Biar Mamah yang jaga Papah di rumah sakit. Kamu pulang, istirahat sama Mba-mu ya? Nanti biar Ma
Baca selengkapnya
57. LELAKI HEBAT
24 jam berlalu pasca operasi berlangsung, Bastian belum juga sadar. Meski pihak rumah sakit tetap memberikan masukan positif pada pihak keluarga tapi tetap saja semua orang dibuat cemas. Raline terus stand by menjaga suaminya. Sesekali bergantian dengan Devano atau Delisha. Merasa khawatir dengan keadaan Raline, Devano meminta sang Ibu untuk pulang dan beristirahat. Meski awalnya Raline bersihkeras tidak mau pulang, Devano terus memaksa, hingga akhirnya Raline menuruti perintah sang anak. Di antar oleh supir pribadinya, malam itu Raline pulang ke kediaman Dirgantara. Sementara Devano stay di rumah sakit untuk malam ini. Devano berjalan gontai menuju ruang inap sang Papah se
Baca selengkapnya
58. KORBAN PELECEHAN
Kilat dan petir menyambar-nyambar di langit. Awan hitam menggulung di angkasa, menimbun air untuk diturunkan ke bumi. Air laut di tepi pantai sedang pasang. Ombaknya berdebur kencang. Riuh pepohonan kelapa berayun pada batang-batangnya yang tinggi menjulang. Angin kencang itu bahkan berhasil menumbangkan beberapa pohon di sana. Desa Parangtritis mencekam. Tak ada satu pun warga yang tampak keluar dari hunian mereka. Di salah satu rumah yang lokasinya tak jauh dari pesantren, seorang gadis tengah bermunajat dengan tasbih di tangannya. Kalimat-kalimat dzikir ter
Baca selengkapnya
59. DONOR MATA UNTUK RANIA
Di perumahan elit daerah Bandung, berdiri sebuah rumah mewah nan kokoh bak istana kerajaan. Sebuah rumah dimana di dalamnya tinggal sekumpulan keluarga yang begitu harmonis dan berbahagia.Seperti biasa, sudah menjadi rutinitas wajib  keluarga untuk menyantap sarapan pagi bersama-sama.Apalagi ini hari weekend.Biasanya setelah ini mereka sering mengadakan acara family gathering dengan anak dan cucu-cucu mereka yang lain.Bedanya, pagi ini anak dan cucu-cucu mereka justru sudah menginap lebih dulu di kediaman utama Sastro Sudiro.Reyhan dan Katrina baru saja selesai jogging mengitari halaman rumah mereka saat bergabung bersama dengan Rayyan dan Delisha di meja makan.Selain itu ada si kecil Balqis dan sang Kakak Ardan.Mereka adalah cucu-cucu te
Baca selengkapnya
60. CUKUP KITA CERAI, SEMUANYA SELESAI!
Bastian sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Hari ini juga Bastian berencana untuk meluruskan badai rumah tangga yang tengah menimpa keluarga kecil anak bungsunya. Dimana dirinya akan mempertemukan ke dua belah pihak untuk melakukan mediasi. Sejauh ini, Rakha sudah berusaha menunjukkan niat baiknya untuk mengajak Rania bicara, tapi sayangnya Rania terus saja menghindar, padahal seluruh anggota keluarga sudah ikut andil membantu Rakha dengan membujuk Rania agar dia bersedia dipertemukan dengan Rakha. Sayangnya, Rania tetap saja bersikeras tidak ingin bicara ataupun bertemu dengan Rakha lagi. Rania benar-benar kecewa dan marah pada Rakha. Terlebih dengan semua kata-kata Roby dan Siti yang terus saja menghantui dirinya, mengganggu pikirannya. "Apa alasannya? Karena merasa bersalah? Atau karena kamu berharap keluarga Rania akan membantu biay
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status