All Chapters of Pengantin Samudera: Chapter 21 - Chapter 30
43 Chapters
21 : Terseret Ombak
Sena membalikkan tubuhnya dan melangkah ke arah Catra. “Jangan bertele-tele, katakan apa yang kamu inginkan?”“Kembalilah ke laut sebelum banyak korban yang berjatuhan. Ratu Samudera sudah menunggu kedatanganmu!” “Astaga! Apa yang aku lakukan, sepertinya aku sudah membuat kesalahan dengan mendengarkan orang gila sepertimu!” Sena melangkah pergi meninggalkan Catra, ia menahan emosi pada dirinya sekuat mungkin. Meski rasanya ia ingin sekali menghancurkan mulut Catra agar berhenti omong kosong. “Besok kamu akan mengerti apa maksud perkataanku selama ini,” kata Catra. Sena tak menggubris dan terus melangkah pergi. ‘Kamu harus segera mengingat kejadian masa kecilmu untuk mencari pertolongan. Jika kamu tidak bisa mengingatnya, maka semua akan sia-sia. Akal sehatmu tidak akan bisa menerima semua penjelasan,’ batin Catra, ia kembali menyesap kopi hitamnya. Pagi menjelang, semua mahasiswa sudah bersiap dengan peralatan mereka.
Read more
22: Kembalinya Ingatan Sena
Catra berhasil menyeret tubuh Sena hingga ke darat. Di sana beberapa mahasiswa menyaksikan kejadian mengerikan itu, Sena hampir saja tenggelam dan Catra yang merupakan musuh bebuyutan Sena berhasil menyelamatkan. Catra menatap lautan kembali, di sana ia melihat tatapan prajurit mistis Ratu Segara yang menatap tajam ke arahnya. Tatapan amarah itu di tunjukan pada Catra yang sudah menggagalkan usaha mereka menyeret pengantin Ratu Segara. “Belum waktunya, bukankah masih ada tiga bulan sebelum usia ke 21 tahun pemuda ini,” kata Catra dalam hati kepada para prajurit itu. Dari sosok penjaga Catra ia tahu bahwa Perjanjian Sena akan jatuh tempo saat usianya yang ke-21. “Kami akan mengambilnya kembali pada saat itu, sembunyi di dalam gua pun tak akan membuat pria itu terhindar dari perjanjian!” jawab salah satu punggawa itu. Tentu saja hanya Catra yang mampu mendengarnya. Setelah rombongan prajurit tak kasat mata itu pergi Catra segera menyadarkan Sena yan
Read more
23 : Cara Keluar dari Perjanjian
Kilatan ingatan masa kecil Sena terus berdatangan. Ia ingat pernah hidup penuh ketakutan setiap hari dengan berbagai penampakan. Lalu setelah kedatangan dirinya kepada pria tua, Sena mulai tak melihat hantu lagi bahkan ia juga mulai melupakan memori tentang dirinya yang pernah tenggelam di lautan.“Apa kamu sudah mengingat semuanya?” tanya Catra. Sena mengangguk, keringat masih bercucuran di tubuhnya. Bahkan kepalanya masih terasa sakit seolah baru saja di pukul oleh palu gada. “Duduklah!” Catra membantu Sena kembali duduk di kursi depan hotel. Ia segera menuangkan segelas air putih untuk Sena yang dengan cepat dihabiskan dalam sekali teguk oleh Sena. “Apa yang harus aku lakukan?” tanya Sena setelah memenangkan dirinya. Dari ingatan masa kecil dan juga hal aneh yang terjadi saat ia tenggelam tadi Sena bisa menarik kesimpulan bahwa dirinya sedang dalam bahaya makhluk tak kasat mata. “Sulit melepaskan orang yang sudah ditandai,” terang Catra.&nbs
Read more
24 : Kembalinya Elena
Keesokan harinya di Bandara, seorang wanita cantik turun dari pesawat. Usianya sekitar 20 tahun dengan rambut berwarna coklat terang yang tampak serasi dengan warna kulitnya yang putih. Elena baru saja kembali ke Indonesia setelah dua tahun berada di Jepang. Elena segera menghentikan taksi dan menuju ke kampus Sena. Ia ingin memberi kejutan untuk kekasihnya yang belum mengetahui kedatangan dirinya.Sena baru saja keluar kelas ketika menyaksikan Elena tengah berdiri dengan bersandar dinding di samping pintu kelas Sena. Gadis itu tak ragu merangkulkan kedua tangannya ke leher Sena begitu bertemu. Ia tak memedulikan banyak pasang mata yang melihatnya dengan sinis, sebagian dari mereka adalah mahasiswi yang sudah lama menaruh rasa pada Sena.“Kamu sudah kembali?” tanya Sena lirih di sela pelukan erat Elena.“Aku sengaja membuat kejutan untukmu. Bagaimana? Apakah kamu terkejut?”“Iya, aku sangat terkejut dan juga bahagia!”
Read more
25 : Stadium Akhir
Irawati tengah duduk di teras rumahnya dengan perasaan gelisah. Cucu Ki Sukmo baru saja menelepon dan mengatakan bahwa Gina tidak bersedia membantunya.“Apa yang harus aku lakukan sekarang?” gumam Irawati.“Haruskah aku menikahkan Sena dengan wanita lain? Atau menyewa PSK untuk tidur dengan Sena?”Irawati merasakan sakit di kepalanya, ia terus memijat keningnya. Ia tahu bahwa tak akan semudah itu, nyawa wanita itu bisa berada dalam bahaya.‘Aku tak akan menyerah, pasti ada wanita lain yang memiliki kekuatan selain Gina,’ batin Irawati.“Apa Ibu sakit?” tanya Sena menghampiri ibunya yang terlihat gelisah.“Ti-tidak, hanya sedikit sakit kepala. Apa kuliahmu libur hari ini?”“Iya, hari ini jadwal kuliahku kosong Bu.”“Ibu,” panggil Sena perlahan, nada panggilan itu terdengar memiliki maksud tertentu.“Ada apa Sena? Apa ada yang ingin k
Read more
26 : Rowo Geni
Malam hari ini Sena sudah mulai tinggal di apartemen Elena, saat Sena memasuki apartemen kekasihnya itu ia mencumbu aroma pewangi ruangan yang segar di setiap sudut. Elena menyambutnya dengan baik, gadis itu bahkan berdandan dengan gaun tipis yang menampilkan tiap lekuk indah tubuhnya.“Akhirnya kita akan tinggal bersama,” kata Elena dengan memeluk lengan besar Sena.Sena merasa aliran darah di tubuhnya memanas, ia terus menarik nafas dalam untuk membuang pikiran kotor jauh dari otaknya.“Apa kamu sudah makan?” tanya Sena.“Belum, apa kami mau makan di luar atau pesan makanan antar?”“Kita pesan makan saja, aku sangat lelah untuk keluar mencari makan.”“Baiklah, kita akan makan malam kemudian aku akan melakukan sedikit pijatan untuk menghilangkan rasa lelahmu.”Sena mengernyitkan dahinya, malam ini sepertinya akan menjadi malam yang berat setelah ia melihat betapa antusias El
Read more
27 : Pertemuan Pertama dengan Amitha
Selalu ada musuh untuk Gina, meski ada yang datang untuk mencari kesembuhan dari penyakit misterius tapi terkadang pasiennya datang dengan tujuan untuk mengirim teluh atau pun santet. Beberapa saat ini untuk memperkuat Rowo Geni, ia sengaja menugaskan Rowo Geni sebagai media santet atau pun teluh yang menghisap korbannya. Semakin banyak Rowo Geni menghisap darah, maka semakin sakti kekuatan yang akan ia miliki.“Kamu juga harus mendapatkan keuntungan lain dari menolong pemuda itu Nak,” saran ibunya.Gina menoleh dengan tatapan penasaran pada maksud sebenarnya yang ingin ibunya katakan.“Lihatlah, kamu hampir berusia 28 tahun. Semua temanmu di desa sudah memiliki dua anak di usia mereka yang ke 28.”Gina menarik nafas dalam, ia sebenarnya tak butuh pendamping hidup. Ia menilai dirinya terlalu tinggi dengan semua kesaktian yang sudah Eyang Suryo wariskan, hingga merasa banyak pria yang sudah ia temui tidak sesuai dengan kualitas diri
Read more
28 : Bungkusan Hitam
Senang bertemu dengan Elena di sore hari, mereka pergi ke restoran Italia untuk makan malam bersama. Hari ini adalah hari jadi ke empat tahun mereka. Elena ingin merayakan dengan makan malam romantis.Mereka duduk dekat dengan jendela, restoran ini berada di lantai 12 sebuah hotel, mereka bisa melihat pemandangan lampu kota ketika malam hari dengan duduk di dekat jendela kaca.“Apakah Anda sudah siap dengan pesanannya?” tanya seorang pelayanan di restoran itu.Ketika Sena mengarahkan bola matanya ke arah pelayan dengan tinggi 165 Cm itu ia terkesiap. Ia mengenali wajah cantik di hadapannya, kulitnya kuning langsat dengan wajah yang cantik.“Kamu temannya Septa kan?” sapa Sena, wajahnya sedang mengingat nama gadis ini.“Amitha.”“Oh ia benar, kamu Amitha Si Gadis pemanjat tebing.” Mata Sena berbinar ketika mengatakan itu.Elena berwajah dingin ketika melihat interaksi dua orang di depanny
Read more
29 : Pesan Catra
Sena kembali ke kampus setelah mengantar Elena ke studio pemotretan. Ia bekerja menjadi model sekarang, keinginan terbesar Elena adalah menjadi top Model internasional. Sebelum menuju fakultasnya, Sena akan selalu melewati arena wall climbing milik organisasi MAPALA kampus ini. Ia melihat lagi Amitha tengah berlatih panjat tebing, dulu ia tak begitu memperhatikan siapa saja yang sedang memanjat dinding vertikal itu, tapi setelah ia mengenal Amitha ada rasa ingin tahu lebih di hatinya.“Sepertinya kamu berlatih cukup keras akhir-akhir ini. Kemampuanmu juga cukup meningkat,” sapa Sena pada gadis yang tengah bergelantung turun dengan jarak tiga meter di atas kepalanya.“Akan ada kompetisi antar kampus dalam dua minggu lagi, aku harus lebih banyak berlatih,” jawab Amitha yang kini sudah berdiri tepat di hadapan Sena. Gerakan kakinya ketika turun dari kaki begitu lembut, ada angin sejuk juga yang menyertai pendaratan cantik Amitha.Sena terteg
Read more
30 : Pengantin Lainnya
Setelah Catra mengatakan hal itu, sebuah pesan masuk ke ponsel Sena.[Pulanglah ke rumah sepulang kuliah nanti!] bunyi pesan Irawati.“Beralihlah profesi menjadi peramal, alih-alih menjadi arsitek. Itu akan membuang-buang bakatmu!”“Apakah itu pesan dari ibumu?” tanya Catra ketika mendapati Sena masih menatap layar ponselnya. Ia juga tak mengira bahwa ibunya bahkan akan mengirim pesan ketika mereka baru saja diam setelah mengatakan tentangnya.“Aku harus menjawab apa?”“Sebagai anak kamu harus berbakti. Pulanglah, semua akan baik-baik saja asal kamu tidak makan apa yang di sajikan ibumu!”Wajah Sena menjadi gelap, ia mendesah dengan nafas yang berat. Sore hari saat semua kelas selesai ia segera menuju ke rumahnya.“Sudah berapa hari kamu tidak berkunjung ke rumah? Tak tahukah kamu Moana terus merengek untuk bertemu denganmu,”Moana kini sudah menginjak usia sepuluh tah
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status