Lahat ng Kabanata ng Sang Penguasa, Mr. Levon: Kabanata 171 - Kabanata 180
240 Kabanata
171. Belum Berubah
Bukan hanya Brielle yang tampak ragu dan takut, Scholes pun juga terlihat sama. “Ya, Nyonya? Apa permintaan keempatmu?” tanya Levon mengulas senyum paksa. Sejujurnya ia juga merasa cemas dengan permintaan Brielle yang mungkin saja dirinya terpaksa memenuhinya. “Saya ingin melihat wajah Tuan Leo.” Brielle menjawab dengan tarikan satu napas. Brielle dan suaminya mulai  berkeringat dingin karena takut permintaan itu membuat Levon marah. Namun, Levon membalas dengan senyuman. Lalu berucap, “Baiklah, permintaan Nyonya pasti terwujud. Tapi bukan sekarang, nanti atau besok.” Levon tidak bisa memenuhi permintaan Brielle sekarang karena di gedung kejagung ada orang yang bukan anak buahnya. “Baik, Tuan. Kami berterima kasih banyak,” sahut Scholes senang bukan kepalang, sama seperti yang dirasakan oleh Brielle. Levon mengangguk, lalu ia menggerakkan tangan untuk memberi isyarat pada Scholes dan Brielle untuk pergi ke sel tahanan nomor 103.
Magbasa pa
172. Mencari Tahu Keberadaan Para Penjahat
Angelina berjalan menyosori gedung kejagung, dan mendapati Levon yang tengah duduk di salah satu sudut gedung. “Tuan?” sapa Angelina pada Levon yang sedang menyandarkan tubuhnya dalam keadaan mata terpejam. Levon membuka matanya dan menghembus napas pelan, “Duduklah, Angel,” suruh Levon sambil menunjuk ke samping. “Baik, Tuan.” Angelina duduk di samping Levon. “Apa yang bisa saya kerjakan, Tuan?” Angelina yakin, Levon memanggilnya untuk diberikan tugas. Levon menoleh ke arah samping, dan kini berhadapan dengan Angelina. “Saya hanya ingin bertanya padamu, mungkin kau tahu bayak hal mengenai riwayat Rose dan Frankie.” “Riwayat Kak Rose dan Papa?” tanya Angelina mengerutkan kening, apalagi raut wajah Levon terlihat sangat serius. “Dulu sebelum Rose dihukum mati, aku sempat mengabulkan permintaannya. Dia meminta ponsel untuk menghubungi seseorang. Dia sudah mengirim pesan ke beberapa orang terdekatnya yang tidak aku ketahui. Kemungkin
Magbasa pa
173. Pulisic Menghilang
Keesokannya Levon, Amelia, dan Angelina hendak berangkat kerja seperti biasanya, sedangkan Azmir dibawa pulang ke mansion bersama dengan seorang dokter yang merawatnya. “Baba, cepatlah sembuh,” ucap Levon sembari mengecup kening Azmir yang terbaring di kasurnya. “Hem, Baba sudah sembuh.” Azmir menerbitkan senyuman. Ia tahu alasan Levon memilih membawanya ke mansion, disini keselamatannya lebih terjaga. Levon berdehem pelan, lalu ia mencium punggung tangan Azmir, “Leo berangkat kerja dulu.” Azmir mengedipkan kedua matanya, “Hati-hati di jalan.” *** Di perusahaan, Levon tidak menemukan keberadaan Pulisic. Padahal orang kepercayaannya itu tidak pernah datang terlambat. “Kemana, Pulisic?” Levon mendaratkan tubuhnya di sofa ruangan CEO, kemudian mengambil ponsel di saku bajunya untuk menghubungi Pulisic. Levon menghembus napas pelan ketika nomor pulisic tidak bisa dihubungi, “Ponselnya mati, tidak seperti biasanya. Mungkin d
Magbasa pa
174. Pulisic Diculik
Kejadian kemarin, Pulisic bersiap-siap pergi ke rumah Brielle. Ia yakin Levon dan keluarganya pasti sudah mendengar berita kematian anak kecil. Saat Pulisic membuka pintu apartemen miliknya, tiba-tiba ada tangan yang membekap mulutnya dengan sebuah kain. Ia memberontak, tetapi tak butuh waktu lama matanya seolah kabur dan akhirnya tak sadarkan diri. Entah berapa lama Pulisic pingsan, ia terperanjat kaget saat pintu gudang, tempatnya terkurung dibuka dari luar. Tampak orang bertubuh kekar masuk ke dalam membawa makanan. Orang itu membuka kasar lakban yang membekap mulut Pulisic, tetapi tidak pada tali yang melilit tangan dan kakinya. “Makanlah, Sang CEO,” ucapnya dengan nada sindiran sambil meletakkan makanan di depan Pulisic. “Siapa kau? Mengapa kau menculikku, Bajingan!” Pulisic meluapkan amarahnya, tetapi justru orang itu semakin memperlihatkan wajah semringah dan tawa bernada ejekan. “Jangan kau berani bermain denganku, Baji
Magbasa pa
175. Menyelamatkan Pulisic
Lima buah mobil berhenti sekitar 100 meter dari gudang yang terbengkalai agar penculik itu tidak menyadari kedatangannya. Levon turun dari mobil, diikuti oleh semua anak buahnya. Aura mengerikan begitu kental keluar dari diri Levon, tangannya mengepal penuh emosi. “Dobrak pintu itu!” titah Levon begitu dingin dan datar ketika sudah sampai di depan pintu gudang. “Baik, Tuan.” tiga anak buahnya maju dan mendobrak pintu gudang, seketika ada banyak gengster yang ada di dalam spontam terperanjat. “Kalian hajar mereka. Biar aku yang mencari Pulisic.” Levon menyuruh anak buahnya dengan tegas, dan langsung dituruti. Perkelahian dua kubu tak terhindarkan, anak buah Levon baku hantam melawan para gengster yang sudah pasti anak buah Sang Penculik. Sementara itu, Levon menyisir sekitar gudang untuk mencari keberadaan Pulisic. Saat ia melihat sebuah ruangan yang terkunci, ia bergegas melangkah. Klek, klek, klek ... Levon tidak bisa memuka p
Magbasa pa
176. Kali Ini Musuh-Musuhnya Sangat Berbahaya
Yas terkejut, tetapi di detik ini dirinya belum merasa takut meski Levon menodongkan pistol padanya. Yas menemukan celah untuk menggoyahkan pendirian Levon. “Bonus besar? Berapa bonus yang Tuan Leo janjikan padamu? Katakan, bosku akan memberikan lebih dari yang Tuan Leo berikan.”  “Sangat besar dan bosmu pasti tidak sanggup menandingi pemberian Tuan Leo.” Levon tersenyum miring, meremehkan kekayaan orang yang menyuruh Yas. Namun, itu hanya trik saja. Levon memancing Yas untuk menceritakan siapa yang sudah menyuruhnya untuk menculik Pulisic. “Jangan remehkan bosku. Ya! Tuan Leo memang lebih kaya, tetapi aku jamin bosku pasti memberikan hadiah sesuai dengan apa yang kau minta. Apapun itu!” Yas meyakinkan Levon dengan mempertegas di dua kata terakhirnya. Levon merespon dengan memainkan pistol di tanganya, kemudian diarahkan ke depan mata Yas dan seolah ingin menarik pelatuknya. Ketakutan mulai menyelimuti diri Yas, keringat dingin su
Magbasa pa
177. Lima Orang
Tampak seseorang menyeringai di depan layar laptopnya. Menyaksikan ulang rekaman cctv yang terhubung di gedung terbengkalai tersebut. Kemudian ia tertawa sambil bertepuk tangan berulang kali. “Hebat, hebat. Aku akui Tuan Leo pasti menyelamatkan Pulisic. Tapi ini disengaja, aku tidak menyuruh Yas untuk membunuh Pulisic, karena aku ingin tahu wajah Tuan Leo.” seseorang itu tampak kecewa karena rencana liciknya untuk mengetahui wajah Tuan Leo gagal total, bahkan kini Yas tertangkap. Namun, kekecewaan orang itu mendadak berubah menjadi senyuman jahat. Ia teringat aksi Levon dalam menyelamatkan Pulisic. “Levon? Mantan suami Rose? Dia juga harus mendapat hukuman dariku,” ucap seseorang itu mengulas senyuman licik. Di kepalanya sudah ada rangkaian rencana teror lanjutan untuk Tuan Leo. “Tapi sebelum aku menghukumnya, aku harus memanfaatkan kelemahannya. Dia bekerja pada Tuan Leo karena uang. Jadi aku akan memberikan dia sejumlah uang yang sangat banyak agar dia mau
Magbasa pa
178. Peraturan Baru
Di perusahaan, di sela kesibukan mengerjakan beberapa tugasnya, Amelia memikirkan penculikan terhadap Pulisic. Ia cemas ceo perusahaan itu diculik karena dijadikan alat untuk menghancurkan Levon. “Mengapa Pulisic diculik? Apa ini ada kaitannya dengan musuh-musuh Levon? Apakah mereka ingin balas dendam pada Levon dengan memanfaatkan Pulisic?” tanya Amelia dalam batinnya. Raut wajahnya sangat cemas, tetapi bukan mencemaskan keselamatan Pulisic, melainkan Levon. Sementara itu, Jennie tersenyum sendiri saat sedang membersihkan ruangan Amelia. Ia membayangkan Levon menjadi suaminya. “Tuan, semakin hari bayanganmu selalu menghantui pikiranku. Satu jam tidak bertemu denganmu rasanya seperti satu tahun,” batinnya. “Sekarang Tuan ada dimana? Aku sangat merindukan Tuan.” Amelia yang tidak fokus bekerja, tak sengaja melihat Jennie yang menyengir sendiri seperti orang gila. Yang tadinya Amelia melamun, kini ia seolah menemukan cara mengobati rasa cemasnya
Magbasa pa
179. Mencari Kesepakatan
Sampai detik ini orang itu tidak mau menyebut namanya. Ia memilih memesan ruangan VVIP restoran dan membawa Levon ke sana. Saat sudah duduk di sofa yang saling menghadap, Levon tersenyum miring ketika melihat ada sebuah benda yang sekilas menyala di dalam saku baju orang itu. Levon yakin benda itu sudah terpasang kamera yang terhubung ke seseorang yang menyuruh lawan bicaranya. “Maaf, Tuan. Saya tidak mungkin mengkhianati Tuan Leo,” ucap Levon, kemudia berhenti sejenak dengan seulas senyuman licik. “Kecuali ...” Orang itu mengembangkan senyuman, mengerti maksud dari Levon, “Aku pasti memberikan berapapun imbalan yang kau minta, sekarang juga aku akan mentransfer ke nomor rekeningmu.” “sungguh Tuan? Apakah kau sangat kaya?” tanya Levon mencondongkan tubuh ke depan seolah mata duitan, tetapi sebenarnya ini hanya pancingan agar orang di depannya itu menceritakan siapa orang yang menyuruhnya. “Aku serius. Katakan saja berapa yang kau minta?” tanya
Magbasa pa
180. Deal! Bekerjasama
Sekitar sepukuh menit kemudian, Elanga datang ke ruangan VVIP restoran. Cukup pintar! Elanga memakai penutup wajah. “Cepatlah, Tuan Elanga. Mana uang yang kau janjikan. Aku harus cepat pergi dari tempat ini sebelum Tuan Leo mencurigaiku,” kilah Levon memasang wajah serius. “Kau benar, anak muda. Sebutkan nomor rekeningmu,” ucap Elanga sambil merogoh ponselnya dan mendaratkan tubuhnya di sofa menghadap Levon. Levon menyebut nomor rekeningnya, “Ingat! Satu miliar dollar.” “Aku sudah mengirimkan sesuai dengan yang kau minta. Sekarang lakukan tugasmu dengan baik. Bunuh Tuan Leo untukku,” balas Elanga begitu semringah sambil menunjukkan layar ponselnya pada Levon. Satu miliar dollar sudah masuk ke rekening bernama Azmir Levon. Levon tak kalah semringah, sangat mudah mengelabuhi Elanga. Pada saatnya uang itu akan dikembalikan lagi pada Elanga. Levon hanya menerimanya agar musuhnya terkecoh dan mempercayainya. “Terima kasih, Tuan. Aku pasti m
Magbasa pa
PREV
1
...
1617181920
...
24
DMCA.com Protection Status