All Chapters of Sang Penguasa, Mr. Levon: Chapter 221 - Chapter 230
240 Chapters
221. Namanya Van De Boer
Orang itu tertawa keras, wajahnya tampak diselimuti rasa dendam yang amat begitu dalam.“Sudah lama aku menyimpan rasa dendam ini padamu, Tuan Leo. Bertahun-tahun aku sabar mencari identitasmu ... Akhirnya aku tahu wajahmu. Gadis itu mudah sekali dibodohi. Darinya aku bisa tahu wajah Tuan Leo.”Namun, perlahan wajah orang itu berubah kesal. Bahkan ia menendang meja yang ada di depannya, “Kau sepertinya mempunyai seribu nyawa, Tuan Leo ... Seharusnya kau sudah mati.”Di detik berikutnya, wajahnya kembali semringah dan perlahan tertawa keras penuh kemenangan, “Tapi aku pastikan kau tidak akan selamat. Pisau itu sudah dilumuri racun yang sangat mematikan.”Emosi orang itu berubah-ubah. Di detik berikutnya, wajahnya tampak kesal kembali. Ia seolah-olah tidak percaya Tuan Leo masih hidup. Mustahil orang bisa selamat dari penusukan dua pisau sekaligus yang dilumuri racun mematikan.Di titik ini, orang itu mengambil pon
Read more
222. Mengintrogasi Gerald Antoni
“Baiklah. Jika kau tidak mau mengaku, aku terpaksa akan menggunakan cara lain,” ancam Jack tersenyum miring dengan sorot mata tajam.“Silahkan, aku tidak takut. Lebih baik aku disiksa daripada aku mengakui perbuatan yang tak pernah aku lakukan.” Seseorang itu tampak masih terlihat santai. Senyuman masih terukir meski rasa sakit di seluruh tubuhnya semakin terasa.Jack tersenyum licik. Ia mengangkat tangan untuk memberi isyarat pada teman-temannya untuk menjalankan rencana cadangan.Dua orang melangkah mendekat dengan tatapan yang begitu menyeramkan. Mereka memegang tangan seseorang itu. “Sebentar lagi kau pasti tidak akan bisa berbohong lagi, biadap,” ancam Jack, tetapi seaeorang itu masih menerbitkan senyuman tanpa rasa takut.Namun, tanpa disadari seseorang itu, ada satu orang kepercayaan Levon yang melangkah mendekat dengan membawa sebuah suntikan di sebelah tangan.“Kalian mau apakan aku?&r
Read more
223. Mengintrogasi Rhea Ogechi
“Namanya Rhea Ogechi ... wanita jepang,” bisik Gerald. “Sekarang tepati janjimu. Dimana kamarnya? Aku ingin tidur.”“Disana kamarmu,” ucap Jack sambil menunjuk pintu luar, Gerald pun berjalan sempoyongan.Jack menghela napas, “Sekarang kita harus mencari wanita itu. Kita harus mencari tahu siapa yang membongkar identitas Tuan Leo,” kata Jack pada teman-temannya.Malam penuh kesedihan, Levon masih belum sadar dari koma. Pihak keluarga sudah diperbolehkan masuk ke ke dalam dengan syarat maksimal dua orang yang masuk.“Anne tau banyak orang yang tidak menyukaimu. Banyak yang iri dan dendam padamu ... Cepat sadar, Leoku kuat. Bangun dan hukum semua penjahat itu. Jangan biarkan kejahatan menang dari kebaikan ... Kebaikan tidak pernah kalah.” Emma berusaha menahan kesedihan. Ia memegang tangan Levon yang terbaring koma. “Anne tau Leo mendengar Anne ... Azmir Levon Leonardo tak pernah kalah. Bangu
Read more
224. Gadis Bodoh Itu
“Kau memang lelaki tampan yang nakal, Anderson.”Anderson hanya tersenyum penuh arti menatap Rhea Ogechi yang mulai sempoyongan.“Dasar wanita murahan.” Anderson berkata pelan tanpa di dengar Rhea Ogechi. “Kau juga wanita bodoh. Setelah kau menceritakan kejahatanmu, bersiap-siaplah mendapat amukan dari orang-orang Tuan Leo!”“Aku tidak mendengarmu. Apa yang kau katakan, Anderson?” tanya Rhea Ogechi yang semakin sempoyongan. Ia menarik tangan Anderson. “Ayo kita bercinta sekarang juga. Gairah seksualku sudah memuncak. Hangatkan aku.”Anderson menurut, kemudian mereka duduk di tepi ranjang.“Sebelum kita bercinta, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?” tanya Anderson mulai beraksi.“Ya, ya tanyakan saja,” ucap Rhea Ogechi sambil mengalungkan kedua tangannya ke leher Anderson. “Kau sangat manis sekali, aku tergila-gila padamu. Cepat buka bajumu, Anderson.&
Read more
225. Menemui Van De Boer
Di rumah sakit, tim dokter sangat bahagia. Mereka tidak menduga keadaan Tuan Leo membaik. Padahal beberapa jam lalu keadaan orang nomor satu itu masih kritis.“Lihatlah, Tuan Leo kita! Tuan Leo memang orang yang sangat hebat. Tidak akan ada yang bisa membunuhnya. Tuan Leo kita bukan orang biasa. Tuan Leo bagaikan dewa yang menyerupai orang di dunia kejam ini. Tuan Leo telah dikirim Tuhan untuk memberantas kejahatan.” Salah satu dokter berkata dengan tatapan penuh bangga dan kekaguman yang berlebihan pada Tuan Leo, seolah-olah tidak ada orang yang lebih hebat, kuat, dan cerdas dari Tuannya.“Tuhan selalu melindungi orang baik. Tuhan tidak akan membiarkan orang jahat membunuh orang baik,” sambung doktet lainnya yang sama-sama menatap kagum.Salah satu dokter ke luar ruangan, pihak keluarga pun menghampirinya dengan penuh harap.“Bagaimana keadaan Leo?” tanya Emma.“Tuan Leo baik-baik saja 'kan, dok?” ta
Read more
226. Otak Utama Kejahatan
Perlahan salah satu sudut bibir Van De Boer terangkat, “Aku suka tatapanmu. Tatapanmu seperti seekor singa yang menatap mangsanya ... Ya, aku juga ingin membunuh Tuan Leo. Bertahun-tahun lamanya aku sabar menunggu. Dan kesabaranku membuahkan hasil. Aku tahu wajah Tuan Leo melalui bantuan Rhea Ogechi. Kecelakaan itu bagian rencana sempurnaku untuk melenyapkan Tuan Leo.” Namun, perlahan juga wajah Van De Boer berubah kesal, “Tapi anak buahku yang ada di rumah sakit mengatakan kalau kondisi Tuan Leo membaik. Berita itu membuat aku frustasi. Rasanya mustahil selamat dari dua pisau yang dilumuri racun mematikan. Tuan Leo memiliki banyak nyawa ... tapi aku tak akan menyerah sampai Tuan Leo benar-benar mati. Karena dia, aku gagal menjadi orang nomor satu di Amerika. Karena dia, Weston Mckennie menang dalam pemilihan.” Anderson menatap penuh amarah pada Van De Boer. Ia tak menyangka ada seseorang musuh yang berada di dalam rumah sakit tempat Tuan Leo dirawat. “Jika k
Read more
227. Pengumuman Identitas Tuan Leo
Beberapa hari kemudian.“Bagaimana, Apa masih terasa sakit?” tanya Emma sambil mengusap wajah Levon dengan penuh cinta dan kasih sayang.Levon tersenyum hangat menatap Emma yang duduk di samping tempat tidurnya. Ia juga mengedarkan senyumannya pada semua orang yang berdiri di sekitar ruangan itu.“Sudah lumayan. Bahkan sekarang aku bisa berlomba lari dengan Baba,” canda Levon, semua orang yang menjenguk pun tertawa lucu.“Kalau begitu, Baba terima tantanganmu,” respon Azmir bersemangat.Sementara itu Amelia meraih beberapa buah dan membawanya ke westafel untuk dicuci sebelum diserahkan kepada Levon. Setelah mencuci buah itu, Amelia meletakkan di atas nakas, “Mau makan buah, Leo?” tawar Amelia dengan menyunggingkan senyuman manis.“Terima kasih, Amel. Nanti saja,” jawab Levon.Levon tersenyum menoleh ke arah Angelina yang berdiri di samping Pulisic.“
Read more
228. Menyadari Kesalahan
Setelah mengumumkan identitasnya pada publik, Levon membaur dengan para karyawan. Benar-benar tidak ada penghalang, dia seperti bukan seorang bos, melainkan terlihat sebagai seorang teman.Hari ini pekerjaan diliburkan dan hanya diisi dengan tatakrama agar hubungan Levon dan karyawan perusahaan Leo Group semakin akrab.“Maafkan saya, Tuan. Selama saya menjadi karyawan, saya selalu memandang rendah Tuan Leo ... Sekarang saya sadar, apa artinya kekayaan jika hanya untuk menyombongkan diri ...  Kesalahan saya pada Tuan sangat besar. Saya tidah tahu harus meminta maaf dengan cara apa,” kta Laura dengan tatapan penuh penyesalan.“Hem yang penting kau sudah menyadari kesalahanmu, itu sudah cukup bagiku ... ow ya selama bekerja disini, kinerjamu sangat bagus. Kau karyawan yang jujur dan juga bertanggung jawab,” puji Levon.Karyawan lainnnya pun juga begitu, mereka meminta maaf atas kesalahan di masa lalu.***Siang hari
Read more
229. Permintaan Emma
Levon bersantai di kamar pribadinya dengan memakai atasan kaos dan celana training. Saat ia bermain ponsel, tiba-tiba Emma memanggil dari luar.“Leo, buka pintunya. Anne ingin bicara.”“Iya, Anne.” Levon memasukkan ponsel ke saku celana training miliknya. Lalu ia berjalan ke arah pintu dan membuka. “Ada apa, Anne?”“Hem kemarilah.” Emma menarik tangan Levon menuju sofa yang ada di dalam kamar itu.“Hemm ya, Anne? Pasti Anne menginginkan sesuatu dari Leo.” Levon sudah hafal betul tatapan dari orang tuanya itu memiliki makna yang harus ia kerjakan.“Maukah Leoku mengabulkan keinginan Anne?” tanya Emma dengan mata berkaca-kaca, membuat Levon mengangguk cepat.“Iya Anne, katakan apa keinginan Anne?”“Anne dan Baba sudah tua. Anne dan Baba ingin menggendong cucu,” ungkap Anne tersenyum sambil mengusap rambut Levon.“Anne ingin Leoku cepat-c
Read more
230. Nyatakan Cinta
“Apa kau mau menjadi istriku?” Angelina semakin gugup mendengar pertanyaan itu. Jantungnya berdebar begitu kencang. Ia tak pernah menyangka, orang nomor satu itu menyukai dirinya, bahkan ingin menjadi dirinya sebagai istri.Angelina menepuk pelan pipinya dengan pandangan lurus ke wajah Levon, “Apa aku sedang bermimpi?” Angelina memang sangat mencintai lelaki di depannya itu. Ia juga berharap cintanya terbalaskan, tetapi bagaimana dengan Amelia?  “A-pa Tuan serius? Tuan ber-canda 'kan?” tanya Angelina memastikan.Levon menghela napas. Ia sudah memprediksi sebelumnya, Angelina pasti kaget dengan permintaan darinya.“Aku tidak bercanda, Angelina!” tegas Levon. “Jadi apa kau mau menjadi istriku?”“Apa ada sesuatu? Apa Anne yang menyuruh, Tuan?” tanya Angelina. Ia yakin permintaan kilat itu pasti karena permintaan Emma.“Anne memang menyuruhku un
Read more
PREV
1
...
192021222324
DMCA.com Protection Status