Lahat ng Kabanata ng Kekasihku Berengsek: Kabanata 61 - Kabanata 67
67 Kabanata
Ibu mengandung
SHAINA LAHIRDua bulan berlalu seperti sedia kala. Namun, memasuki awal bulan September Ayah mendapati Ibu sering sekali mual-mual. Entah itu sehabis makan, atau sedang melakukan aktifitas lainnya.  Hal itu berlangsung lebih dari dua minggu. Pada mulanya, menurut Ibu hanya sebatas kurang enak badan. Namun lama kelamaan Ayah mulai curiga dengan keadaan itu. jadi untuk mencegah hal yang buruk terjadi, Ayah  mengajak Ibu untuk memeriksa kondisi kesehatannya ke rumah sakit. Dugaan Ayah kemudian terbukti. “Mas, aku hamil.” Ujar Ibu dengan perasaan ceria. Dari minggu pertama hingga minggu ke tiga belas menurut dokter yang memeriksa kondisi Ibu saat itu, Ibu harus menjaga pola makan. kemudian Ibu juga dilarang untuk melakukan aktifiitas yang berlebihan. Karena menurut dokter juga,  janin yang Ibu kandung Ketika itu disebut sebagai “Anak mahal”. Jadi untuk mengurangi resiko kegugurannya, Ibu harus mengontrol pola makan dan kesehatannya.
Magbasa pa
Stasiun
BAB. STASIUN Bagian IITepat Ketika matahari sepenggalah tingginya. Sesosok laki-laki muda tengah menunggu sesorang di peron salah satu stasiun kereta api di Jakarta. Wajah laki-laki muda itu tampak sumringah. Seperti orang yang sudah lama menanti karena lama tidak bertemu. Setelah semua yang terjadi, Yudhis mendapat kabar bahwa Shaina akan pindah Kembali ke Ibu Kota. Untuk meneruskan kuliahnya yang sempat tertunda karena harus melunasi hutang kala itu. Namun sepertinya Shaina tidak berharap bertemu dengan Yudhis dalam waktu dekat.Yudhis sudah mengatur segala sesuatunya dengan begitu baik. Bahkan meminta bantuan kepada Ghai, dan sahabat-sahabatnya yang lain untuk memberikan kejutan kepada Shaina. Anya diberikan tugas untuk mengobrol dengan Shaina, lalu Ghai diberi tugas sebagai orang yang selalu sigap untuk diperintah kemana saja. “Yang benar saja Dhis, masa kamu suruh aku menjadi seperti babu.” Ungkap Ghai dengan nada mengeluh. “Tolonglah Ghai
Magbasa pa
Tak bisa dihubungi
BAB TAK BISA DIHUBUNGISebelum Yudhis menunggu di stasiun, satu hari sebelumnya Shaina sempat memberitahu Yudhis untuk menjemputnya. Sambil menanggung kecewa Yudhis segera keluar dari stasiun, terlihat pula Yudhis menggelengkan kepalanya. Lalu Yudhis mampir ke salah satu club malam yang ada di sana untuk sekadar menghilangkan kesedihannya. Yudhis memesan table untuk dirinya sendiri. Kemudian dua botol anggur dan tiga botol bir segera meluncur ke tempat yudhis. Sambil menunggu kabar yang tak kunjung datang dari Shaina, Yudhis menenggak minuman yang ada di mejanya, tak lama kemudian Yudhis tampak mulai mabuk. Salah seorang penari striptis yang ada di club malam dekat stasiun itu menghampiri yudhis. Meminta izin untuk duduk di dekat Yudhis, lantas kemudian mereka mulai berkenalan. Karena sedang mabuk Yudhis sekenanya menimpali obrolan dari penari striptis itu. Entah apa yang dibicarakan oleh penari itu Yudhis menanggapi dengan acuh tak acuh. Disamping itu jug
Magbasa pa
Bagas Yudhistira gelisah
BAB BAGAS YUDHISTIRA GELISAHNyatanya Yudhis enggan untuk mendatangi kediaman orang tua Shaina. Karena Yudhis tahu bahwa kedua orang tua Shaina juga sedang tidak baik-baik saja. Maka dari itu Yudhis tidak mengikuti saran yang diberikan oleh teman-temannya. Yudhis menggerutu dalam hati ”Bua tapa aku ikuti saran mereka, toh mereka juga meninggalkan aku kemarin, di saat aku membutuhkan mereka.” Ungkap Yudhis. Sejurus kemudian pintu kamar Yudhis diketuk dari depan beberapa kali. Namun Yudhis tak juga menanggapi. “ini aku Dhis.” Ujar seseorang dari balik pintu. Suara yang tak asiing lagi di telinga Yudhis. Siapa lagi kalau bukan Anya. Salah satu teman yang cukup dekat dengan Yudhis. “Aku tahu kamu ada di dalam, cepat buka aku ada berita penting untukmu!” Ujar Shaina lagi dengan nada suara memaksa.***“Anya…” Kamu dari mana saja, dari tadi sehabis jam perkuliahan selesai aku mencarimu kemana-mana. Ujar wanita muda itu. Dengan nafas yang terengah-engah wanita muda
Magbasa pa
Seperti tersambar petir di siang bolong
Bab SEPERTI TERSAMBAR PETIR DI SIANG BOLONGDi dalam kamar indekosnya Yudhis kaget bukan kepalang. Jantung Yudhis berdegup lebih kencang dari biasanya. Matanya berkedut, Yudhis ingat dengan jelas ketika bertemu dengan orang tua Shaina waktu itu. Namun, cobaan yang datang silih berganti sepertinya telah menghancurkan kebahagiaan keluarga mereka, itu seperti halnya mewarnai batu taman dengan cantik, namun sebelum taman itu selesai, hujan turun membuat luntur warna yang sudah menghiasi batu yang ada di sana. Dengan pemikiran seperti itu Yudhis merasa kehidupan tidak adil terhadap Shaina. “Si bajingan itu, jika Shaina tidak bekerja untuk melunasi hutang, kejadian seperti ini tidak mungkin akan terjadi.” Umpat Yudhis.Melihat betapa terpukulnya Yudhis, Ghai dan Adit saling memandang satu sama lain. Ghai sendiri menunjukkan campuran emosi di wajahnya saat tau orang tua Shaina sudah tiada. Apalagi dengan cobaan yang menimpa keluarga itu silih berganti. Kemudian mereka berdua
Magbasa pa
Putus
BAB PUTUSKetika itu pukul Sembilan malam, di dalam rumah di wilayah pinggiran dekat dengan ibu kota, seorang perempuan muda sedang bertengkar dengan seorang pria. Kalau diperhatikan dengan seksama pertengkaran mereka. Perempuan muda itu agak sedikit meremehkan lawannya. Sembari membanting pintu dengan keras, perempuan muda itu kemudian melemparkan beberapa lembar uang kearah Pria tersebut. “Apa maksudmu?” Ungkap pria itu dengan marah. Tanpa menjawab apa-apa perempuan muda itu melempar lagi beberapa uang kertas berwarna biru kearah pria tersebut. Kemudian berseru karena amarahnya sudah membuncah. “ini kan yang kamu inginkan. Ambil semua itu” Geram perempuan muda tersebut. “aku ingin sekali memutuskan hubungan ini sejak lama denganmu. Tapi entah kenapa. Hatiku berkata tidak.” Ujar Shaina dalam hati di hadapan laki-laki yang menyebabkan semua penderitaan ini terjadi. Tapi sayangnya perempuan muda itu sudah terjerembab di jurang cinta terlalu dalam
Magbasa pa
Menyusun rencana
BAB MENYUSUN RENCANADipenghujung malam. Di luar sana udara cukup mampu untuk menusuk tulang. Beruntung, suara jangkrik yang bersahutan dengan sisa tetes hujan yang turun sejak tadi malam mampu menjagaku dari rasa kantuk. Karena itu pula aku betah berlama-lama di salah satu sudut ruang yang tak terlalu luas, namun cukup membuatku nyaman berada di dalamnya. Seperti indekos kebanyakan. Ada Kasur lusuh, buku yang sampulnya habis dimakan rayap, bantal yang bau apek, ada pula sertifikat-sertifikat yang sudah terbungkus kaca terpampang di dalamnya. Aku dan teman-teman mendapatkan sertifikat-sertifikat itu dari kampus. Namun di situlah mataku tertuju. Terpatri di dinding kumal berwarna hijau. Sertifikat dengan warna seperti buah jeruk, dihiasi salah seorang tokoh pewayangan ini tak hanya menjadi hiasan saja. Tapi juga sebagai kenanganku saat pertama kali melihat Shaina di salah satu seminar yang diadakan oleh kampus tempatku menimba ilmu. Kala itu aku terpe
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status