All Chapters of Gadis Terlalu Tampan: Chapter 31 - Chapter 40
45 Chapters
Brian bercerita
Saat kejadian insiden penculikan, Rosa sempat melawan agar bisa lepas dari jeratan penculikan. Saat Rosa berusahaa untuk lari. Dari arah belakang si penculik tersebut memukul pundak Rosa dengan tangan kekarnya untung saja Rosa tidak mengalami patah tulang di pundaknya. Plak!!Tamparan keras mendarat di pipi Brian, Rosa tidak terima jika di perlakukan seperti ini depan umum. "Jangan mentang-mentang kau adalah Kakakku. Kakak bisa seenaknya  berbuat seperti ini di depan orang lain!” Segera ia merapikan bajunya yang sudah robek, rasanya ingin sekali melempar kakaknya dari gedung rumah sakit ini. "Kamu bilang telinga Kakak tuli, sekarang siapa di sini yang telinganya tuli hah!?"  Brian terlihat menahan amarahnya karena adiknya tidak mau mendengar perkataan Kakaknya. Ia tidak peduli jika dirinya ditampar oleh Adiknya. “Padahal Kakak sudah bilang, jika terjadi sesuatu sama kamu. tolong beritahu Kaka
Read more
Abian mengalami masalah
“Brian, bangun. Udah pagi nih, mau sampai kapan tidur di sini?” Abian menguncangkan tubuh Brian yang masih terlelap tidur, tadi malam mereka berbincang sampai jam 4 dini hari saking asiknya ngobrol sampai tertidur di dalam mobil. Merasa tubuhnya digoncangkan ia pun terbangun dan membuka kelopak matanya. “Bangun, mau sampai kapan lo tidur di mobil? Gue mau masuk ke dalam mau lihat keadaan Dinda.” “Gue ikut dong.” Suara Brian masih terdengar serak, perlahan ia meregangkan tubuhnya. Dirasa cukup, ia keluar dari mobil menuju ruangan Dinda sekaligus melihat Rosa yang masih di dalam. “Dinda, gimana keadaan kamu? apa masih ada yang sakit?” Rosa senang bisa melihat temannya sudah sadar, tadi pagi saat Rosa ingin keluar membeli sarapan ia mendengar Dinda memanggil namanya. Ia berbalik arah untuk melihat keadaan temannya. “Cuma kepala aku aja yang masih pus
Read more
Membantu bosnya
“Rosa, tolong saya. Kali ini saja saya meminta bantuan kamu.” "Tapi bagaimana dengan pekerjaan saya di cafe?" "Kamu tenang saja, itu bisa diurus. Dan untuk cafe, saya sudah menyerahkan sama kepala gudang untuk menghendelnya. Saya mohon Rosa tolong saya." Abian menempelkan kedua tangannya seperti orang memohon, ia tahu Rosa masih ragu atas permintaanya. Tapi hanya inilah satu-satunya cara untuk menyelamatkan keduanya. Rosa masih memikirkan permohonan bosnya untuk membantunya, sebenarnya Rosa lebih nyaman bekerja di cafe, dari pada bekerja di perusahaan besar. Karena ia masih trauma dengan kejadian lalu. Karena Rosa sangat sibuk ia sampai tidak bisa melihat ibunya untuk yang terakhir kalinya. "Apa kamu masih takut bekerja di perusahaan?"  Rosa menundukan padanganya ke arah bawah. Apa yang dikatakan Abian memang benar, dia masih takut bekerja di perusahaan besar. Tiba-tiba saja ia tersa
Read more
Sepupu Abian
“Boleh saya lihat pemasukan perusahaan dalam 1 bulan terakhir?” “Boleh.” Abian meminta kepada manajer keuangannya untuk memberikan laporan keungan perusahaan agar Rosa bisa melihatnya. Setelah diteliti lebih jelas lagi, ternyata pengeluran dan pemasukan tidak seimbang, bahkan pengelola perusahaan sangat buruk. Pantas saja perusahaan Abian yang dijalani hampir mengalami pailit, ternyata ada permain tangan kotor di perusahaan. “Wajar saja jika perusahaan Pak Abian mengalami penurun drastic, ternyata ada tangan kotor yang mempermainkan uang perusahaan,” sindir Rosa membuat manajer keungan dan juga staffnya menjadi tegang. Sedangkan Abian masih terlihat santai karena ia ingin melihat cara Rosa mengatasi perusahaannya. Selesai memeriksa keungan perusahaan, Rosa meminta Abian untuk mengadakan Audit dadakan guna mencegah adanya human error, baik internal mau pun eksternal. Beberapa hari kemud
Read more
TIdak punya sikap sopan santun
Setelah selesai mengadakan rapat dengan para Client, Rosa memutuskan untuk ke ruang kerja Abian untuk memberikan berkas kontrak. Ternyata Rosa berhasil mendapatkan kontrak ekskutif dari perusahaan asing yang ingin bekerja sama. Di saat Rosa sedang berjalan di lorong kantor. Tanpa memperhatikan jalan di depanya. Rosa tidak sengaja menabrak seoang wanita cantik di depanya.Bruk…Alhasil semua kertas yang dibawa Rosa berhamburan ke mana-mana, bahkan orang yang ditabrak Rosa tadi hanya menatapnya sinis dan berjalan angkuh, “dih, tuh cewek gayanya sombong banget!” Rosa menggerutu, ia paling tidak suka melihat sikap orang yang terlihat angkuh di matanya. Di saat Rosa masuk ke dalam, tiba-tiba saja Angga merangkul Rosa seperti seorang teman. Rosa yang tidak siap dengan rangkulan Angga spontan langsung mendorong tubuh Angga hingga ia mundur ke belangkang. “Maaf, saya tidak ada maksud untuk—“
Read more
Angga caper
“Aku ikut,” ujar Ziva ia juga mau makan bersama dengan Abian. Akhirnya mereka berempat  makan bersama. Terlihat raut wajah Abian tidak enak dipandang, padahal ia ingin makan berdua saja bersama ROsa. Tapi malah ada gangguan. apalagi Angga selalu terlihat selalu mencari perhatian di depan Rosa. “Ros, kamu mau coba steak ini? Rasanya enak loh.” “Enggak, saya sudah kenyang. Terima kasih.” “Tapi ini enak loh.” Angga terus memaksanya, padahal Rosa sudah menolaknya, “ayo, cobain deh. Saya yakin kamu pasti suka.” Angga menyondorkan steak daging ke arah mulut Rosa agar ia bisa melahapnya. Sayangnya Rosa menolak lagi. “Saya sudah kenyang, terima kasih. Lebih baik steaknya di makan sendiri aja.” Sebenar Rosa sedikit risi dengan perilaku Angga yang terkesan memaksa. “Ya, sudah kalau kamu enggak mau. Saya makan ya steaknya.”
Read more
Rosa hilang
“Brian!” suara Mila sedikit ditinggikan agar Brian tersadar. “Eh, iya. Kenapa?” “Kamu ini kenapa sih? Dari tadi dipanggil kok enggak jawab?” “Masa sih?” “Dari tadi kamu terus lihatin saya loh, kamu ini kenapa sih? Apa penampilan saya terlihat aneh ya di mata kamu?” tanyanya membuat Brian kelimpungan, ia tidak sadar jika dirinya terus memperhatikan ibu tirinya ini. Ia sedang memikirkan mencari alasan yang tapat. “Kalung berliannya bagus, kayanya baru ya,” jar Brian baru mendapatkan ide ketika melihat kalung Mila. “Hoh, ini.” Mila menujuk ke arah kalungnya. “Kamu kok tahu kalau kalung berlian ini baru?” “I-iya, soalnya kelihatan silau. Kayanya kalungnya mahal ya?” “Enggak mahal kok, ini murah. Harganya cuma
Read more
Mila
“Rosa lagi sama lo enggak?” Abian langsung bertanya  ke inti permasalahan, ia lagi malas berdebat saat ini. “Lah, kenapa lo jadi nanya Rosa ke gue? Rosa 'kan lagi ada di kota tempat dia kerja.” “Serius lo?” “Serius lah, lagian ngapain juga gue sama si Rosa. Gue sekarang lagi di kota gue.” “Hoh, berarti Rosa lagi enggak sama lo ya? Ya udah gue tutup ya.” “Eh, jangan ditutup dulu! Sebenarnya kenapa sih lo nanya Ade gue lagi ada di mana?” “Semalam Ade lo enggak pulang ke rumah, temannya yang namanya Dinda sampai cari Rosa ke mana-mana tapi enggak ketemu. Malah ponselnya ada di gue sekarang, makannya gue hubungi elo, siapa tahu Rosa lagi sama lo.” Brian berdiri dari tempat duduknya, jantung berdetak kencang mengetahui adiknya belum pulang ke rumah sampai sekarang.&nbs
Read more
Brian mengikuti Mila.
Sudah 1 jam lebih Brian mengikuti mobil Mila, tetapi belum juga sampai di tempat tunjuan. Hingga akhirnya mobil Mila telah sampai di sebuah hutan yang lebat. Mobil Mila  masuk ke dalam hutan. Begitu juga dengan Brian. Ia harus berhati-hati mengikuti mobil Mila agar tidak ketahuan. Setelah memasuki hutan yang paling dalam, mobil pun sampai di sebuah rumah tua yang sudah tidak berpenghuni. Diam-diam langkah Brian mengikuti Mila untuk sampai ke rumah tua. Tak di sangka ternyata rumah tersebut dijaga ketat oleh orang yang bertubuh kekar. Ada sekitar 3 orang yang menjaga di luar rumah dibagian luar. “Ck, penjaganya banyak banget di pintu depan,” gumamnya, ia terus memperhatikan rumah tua dan mencari celah agar bisa masuk ke dalam. Ia yakin jika adiknya pasti ada di dalam bersama dengan Mila. Brian mengembil ponselnya dalam saku celana untuk mengirim lokasi agar tim khususnya bisa datang ke sini untuk membantunya. 
Read more
Riwayat Mila
1 pengawal pingsan. Tinggal sisa satu lagi. Karena takut ketahuan oleh pengawal yang lainya. Brian langsung mengeluarkan sebuah pisau ke arah pengawal, tepat mengenai keningnya seketika pengawal itu tewas. "Rosa! Sadarlah Rosa. Ini Kakakmu!" Brian membagunkan Rosa yang sudah tidak sadarkan diri. Ia begitu sakit melihat keadaan adiknya yang cukup mengenenaskan. Brian tidak akan tinggal diam, dia akan membalas perbuatannya. Brian melepaskan ikatan tali dari tangannya, hati Brian semakin teriris melihat pergelangan tangan adiknya yang sudah penuh luka akibat ikatan tali terlalu kencang. Ia meneteskan air matanya, ia tidak sanggup melihat keadaan adiknya. Selama ia menjadi seorang kakak. Tidak pernah sekali pun ia melukai fisik adiknya, apalagi sampai separah ini. “Kak, Brian.” Sayup-sayup ia mendengar suara adiknya memanggil namanya. Ternyata adiknya masih bisa membuka matanya, ia mengusap air matanya agar adikn
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status