Gadis Terlalu Tampan

Gadis Terlalu Tampan

Oleh:  Pajar Sa'ad  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
45Bab
6.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

"Sampai kapan pun, aku tidak mau mewarisi harta kekayaan Ayah! Sudah cukup bagiku menderita disangkar burung ini!" "Rosa, apa kamu yakin dengan ucapanmu!" Rosa Adhitama seorang anak konglomerat dari keluarga besar Adhitama, mempunyai wajah tampan seperti layaknya seorang pria. Rosa dipaksa oleh sang Ayah untuk meneruskan bisnis Ayahnya. Sayangnya Rosa menolak semua itu, akankah Rosa bisa keluar dari kurangan sang Ayah?

Lihat lebih banyak
Gadis Terlalu Tampan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Tia Pramesti
Keren Kak. Semangat.
2021-11-15 22:44:01
0
user avatar
Tia Pramesti
Salah kaprah sama judul. Aku kira Rosa suntik hormon. Ternyata memang tampan dark DNA.
2021-09-29 23:07:44
1
45 Bab
ayah dan anak
Brak!! Bunyi suara meja  dipukul hingga keras. Membuat benda di sekitarnya terjatuh ke lantai. "Aku enggak mau Yah! Jangan paksa aku untuk melakukan apa yang Ayah inginkan dariku!" Rosa yang sudah tidak tahan dengan permintaan ayahnya, akhirnya meluapkan emosinya dengan cara memukul  meja kerja ayahnya. "Kamu yakin enggak mau?" Sekali lagi ayahnya terus menawarkan sesuatu yang menggiurkan bagi sebagian orang. "Enggak!" tegas Rosa. "Kalau kamu mau menuruti apa kata Ayah, hidupmu akan bahagia. Banyak uang, hidup mewah, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu mau di dunia ini,” ucap ayah terus membujuk agar anaknya mau menuruti keinginannya. "Aku bukan tipe orang yang haus akan kekayaan, aku bukan seperti Ayah dan juga kakak-kakakku yang lainya. Jadi stop memaksaku untuk mengurus semua perusahaan Ayah!” Sudah cukup Rosa  merasakan pender
Baca selengkapnya
Tantangan dari Aska.
Sayang, hari ini aku boleh enggak berkumpul sama teman-temanku di club malam?" tanya Mila ia senang sekali menghabiskan uang suaminya di tempat club malam. Bahkan dalam semalam Mila bisa menghabiskan uang hingga ratusan juta. "Iya boleh, nanti aku akan menyuruh Radit untuk mentarnsfer uangnya kedalam rekeningmu." Aska mengusap rambut istrinya dengan lembut, ia senang sekali dengan rambut panjang milik Mila. Aska paling senang dengan wanita yang mempunyai rambut panjang. "Oke, jangan lama-lama ya transfer uangnya. Kalau lama, aku enggak bisa pergi dong sama teman-teman aku." Mila memajukan bibirnya membuat Aska semakin gemas dengan istri barunya. "Iya, apa sih yang enggak buat kamu. Ya udah lanjut lagi ya makan malamnya, pokoknya kamu harus menghabiskan makanan yang ada di sini.” “Enggak mau hah, nanti badan aku bisa gemuk.”   Aska sangat mencintai istrinya ini. Apa pun yan
Baca selengkapnya
Persiapan untuk pergi jauh.
"Apa Ayah yakin dengan keputusan Ayah? Membiarkan Rosa mencari pekerjaan di luar kota?" Mendengar pertanyaan  Brian, membuat ia berhenti mentanda tangani berkas. "Apa kamu menguping pembicaraan kami berdua?" "Maaf Ayah, aku bukan bermaksud untuk menguping pembicaraan kalian berdua. Aku tidak sengaja mendengar saat aku ingin ke sini." "Itu sama saja kamu menguping, kalau kamu enggak sengaja dengar seharusnya kamu bisa pergi!" Brian hanya bisa tertunduk malu. Ia jadi tidak enak ingin mengatakan tujuannya untuk menemui sang ayah. “Mau apa kamu ke sini?" tanya Aska melanjutkan pekerjaannya. Bria terlihat ragu untuk meminta suntikan dana untuk perusahaannya, saat ini perusahaan Brian sedang tidak baik-baik saja. “Kenapa kamu diam? Apa mulutmu sudah dijahit sehingga tidak bisa berbicara dengan Ayah. Atau kamu mau—“ Aska sengaja menghentikan ucapannya, ia in
Baca selengkapnya
Mengajak Dinda pergi ke luar kota bersama.
Akhirnya Rosa bisa terbebas dari zona yang membuatnya terkekang. Kini ia bisa pergi sesuka hati tanpa harus diikuti oleh pengawal ayahnya. Sebelum ia pergi ke luar kota, ia terlebih dahulu mampir ke sebuah kontrakan kecil untuk mengajak temanya. Yang dulu pernah menolong Rosa saat ia kabur dari rumah. Sampai di kontrakan ia pun mengetuk pintunya. Tok..tok.. "Tunggu sebentar," ucap seorang wanita muda membuka pintu. Ceklek! "Dinda!” saat melihat temanya sudah ada di depan matanya Rosa langsung memeluk temannya yang bernama Dinda Lestari. Sudah lama sekali Rosa tidak bertemu dengan Dinda. "Ya, ampun, Rosa. ini benaran kamu? Ya, Tuhan."  Dinda begitu terkejut dengan kedatangan Rosa,  ia yang sudah rindu dengan temannya  langsung membalas pelukan dari Rosa. "Sudah lama kita enggak  ketemu, aku kangen banget sama kamu Din. Gimana kabar ka
Baca selengkapnya
Pihak hotel terlalu meremehkan Rosa
“Dinda? Bagaimana? Apa kamu mau ikut denganku.” Rosa  menatap mata Dinda dengan tatapan melas, agar ia mau menuruti keinginannya. "Hmm, oke deh. Aku mau." Dalam  sekejab mata Rosa langsung membinar, senyumnya mengembang lebar. "Good job, heheh." Rosa senang, akhirnya Dinda mau ikut dengannya ke luar kota, walau pun di hati Dinda ragu. ia pun mau mengikuti saran dari Rosa. Sebenarnya Dinda sudah lelah bekerja di sebuah pabrik plastik yang bayaran hanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya setiap hari, ditambah lagi masih ada adik yang butuh biaya yang cukup besar untuk sekolahnya. Untungnya lagi, ia masih mempunyai pekerjaan sampingan untuk keluarganya. Ini semua berkat Rosa.*** Tiga hari kemudian Rosa dan Dinda telah sampai di Kota S. Mereka berdua pergi menggunakan kereta kelas eksekutif semua biaya sudah Rosa tanggung. Tugas Dinda hanya menuruti perkataan Rosa. Butuh waktu 8 jam untuk sampai
Baca selengkapnya
pertama kalinya Dinda masuk kamar hotel mewah.
"Ada tamu rese! Masa minta kamar VVIP sama pihak hotel, udah gitu minta panggil atasan kita lagi.” Lia menunjuk ke arah Rosa dengan kepalanya sambil melipatkan kedua tangannya di dada.  Mata Sri langsung menoleh ke arah Rosa dan juga Dinda, matanya terus memperhatikan penampilan Rosa dari atas kepala hingga bawah kaki. Begitu juga dengan Dinda yang tak luput dari mata Sriyani.  "Pfft." Sriyani langsung  menahan tawanya dengan cara menutup mulutnya pakai satu tangannya. Sebenarnya ia ingin tertawa kencang melihat penampilan Rosa dan juga Dinda, apalagi Dinda terlihat seperti orang kampung dengan pakaian biasanya.  "Mohon maaf nih, rasanya gue pengen ketawa," bisik Sriyani pada Lia.  "Ketawa aja Beb, gue juga dari tadi pengen ketawa kok," timpal Lia, ia juga heran bagaimana bisa Rosa yang berpenampilan seperti ini menyewa kamar VVIP untuk d
Baca selengkapnya
memberi efek jera
“Dinda, kamu ngapain di situ?" tanya Rosa setelah masuk ke dalam kamar, ia melihat temanya sedang berdiri di dekat jendala memandangi luasnya lautan biru.   “Ros, lihat deh pemandangan laut itu. Bagus banget loh. Aku jadi pengen main air laut, kaya seru deh.”   “Nanti aku ajak ke laut ya, tapi sebelum itu kamu di sini dulu ya. Aku masih ada urusan di luar, kalau kamu mau minta apa-apa kamu bisa telepon pegawai yang ada di sini, nanti kamu bisa dibantu.”   “Oke!” Dinda memberikan dua jempol untuk Rosa, ia pun kembali melanjutkan melihat pemandangan laut yang begitu indah.   Rosa bergegas pergi ke ruang kerjanya, ia berjalan di sepanjang lorong hotel. Ketika dia berjalan, ia berpapasan  dengan manajer, ketika manajer itu melihat bos besarnya ada di depan matanya langsung terbelalak.   Rosa menyadari sikap dari manajernya, ia menaruh 1 jarinya di bibirnya menandakan ag
Baca selengkapnya
Kedatangan Brian
Melihat temanya yang sangat keras kepala, Dinda hanya bisa pasrah menerima perkataan Rosa.   Pagi hari telah tiba, Rosa telah bersiap-siap untuk mencari pekerjaan yang cocok untuk mereka berdua. Sedangkan Dinda tetap berada di hotel menikmati semua fasilitas yang ada di sini.   “Aku pergi keluar dulu ya, kamu di sini aja sampai aku kembali ke sini. Kalau kamu mau berenang kamu tinggal ke bawah aja, kalau kamu masih bingung kamu boleh minta bantuan sama Rio. Nanti aku yang akan sampaikan.” Dinda menggoyangkan kedua tangannya, bahwa Dinda menolak akan hal itu. Ia tidak ingin  merepotkan orang lain hanya karena ia ingin berenang di kolam renang.   “Makasih Ros, aku lebih baik tunggu kamu aja dari pada sama orang lain. Aku lebih nyaman sama kamu, aku enggak apa-apa kok nunggu  kamu.”   “Kamu yakin?”   “Yakin! Ya udah sana kamu keluar aja cari kerja, nanti kalau sudah dapat
Baca selengkapnya
Rosa tidak mau pulang
"Aargghh, lepaskan!" Rosa  berontak saat pengawalnya memegang lengannya, ia diseret keluar dari dalam lift dan membawanya pergi menuju mobil. Semua orang yang melihat kejadian itu, merasa heran dan juga takut. Apalagi para pengawal keluarga Adhitama begitu menakutkan.   "Apa-apan ini? Lepaskan saya! Kalian jangan macam-macam ya!" Rosa terus saja memberontak, sayangnya kekuatannya kalah jauh dari para pengawalnya. Sekuat apa pun Rosa melawan, ia tidak akan sanggup  menandingi kekuatan para pengawalnya. Rosa dipaksa masuk ke dalam mobil. "Awas ya kalian semua! Tunggu pembalasanku!" ancam Rosa dari dalam mobil. Tangannya terus menunjuk-nunjuk ke arah pengawalnya.   “Halo adikku tersayang,” sapa Brian dengan senyuman lebarnya menampakkan barisan gigi putih dan rapih.   "Arrghh!" Rosa berteriak kencang, ia kaget ada Brian di dalam mobil. Saking emosinya ia tidak sadar di depannya sudah ada kakak sulungnya. J
Baca selengkapnya
Melamar pekerjaan
Keesokan paginya Dinda, dan Rosa tengah bersiap-siap untuk melamar pekerjaan di sebuah cafe yang jaraknya lumayan jauh dari hotelnya. Untuk melamar pekerjaan mereka berdua harus mempunyai penampilan sebagus mungkin. "Kita sarapannya di sana saja ya? Takut telat nanti." "Iya, lagiian aku belum lapar kok." “Oke, kita berangkat sekarang yuk, takut macet di jalan. Soalnya sekarang waktunya orang berangkat kerja,” ucap Rosa, ia  tidak ingin terjebak macet, ia sengaja berangkat lebih awal dengan sepeda motornya yang telah ia sewa seharian penuh, agar tidak telat. Ia lebih baik menunggu dari pada harus telat untuk datang ke cafe. Kesempatan seperti ini tidak boleh ia lewatkan sedetik pun. Satu jam kemudian Rosa telah sampai di tempat tujuan, ia melihat cafenya masih tutup. Tapi sudah banyak orang yang melamar di cafe ini. sebelum jam menujukan pukul 8 ia dan Dinda memutuskan untuk menunggu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status