All Chapters of Terpaksa Menikahi Musuh : Chapter 21 - Chapter 30
71 Chapters
Bab 20| Liburan Dadakan
Mulai dari sekarang dan beberapa hari ke depan Ayana akan sibuk mencicipi peran barunya sebagai ibu rumah tangga yang sesungguhnya. Ditinggal oleh sang ibu membuat gadis itu harus menyiapkan segala sesuatu sendiri. Terlebih pembantu di rumah Ayana sedang sakit parah, minggu lalu ia meminta izin untuk pulang kampung. Tanpa mempersulit Junia langsung menyetujuinya. Ibu Ayana itu berpesan pada pembantunya untuk istirahat yang cukup, dan tidak perlu mengkhawatirkan pekerjaannya di rumah ini. Junia menyuruh pembantu itu kembali setelah ia benar-benar sehat.Sungguh mulia hati nyonya rumah itu, beruntung sekali orang-orang yang bekerja dengannya. Junia memang terkenal sebagai pribadi pemurah dan berhati lembut seperti sutra. Tak heran wanita yang tampak anggun dengan segala keramah tamahannya itu kerap membuat orang-orang di sekitarnya merasa nyaman dan dihargai. Kepribadiannya yang penyabar sangat cocok jika disandingkan dengan ayah Ayana yang terbilang keras.Suatu kewajar
Read more
Bab 21| Dua Gadis Menyebalkan
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam 59 menit dari bandara New York akhirnya Liliana dan keluarga Andrs sudah tiba di Los Angeles Internasional Airport. Tidak terlalu banyak barang atau pakaian yang mereka bawa pada liburan kali ini. Mengingat ini hanya liburan singkat, Ayana dan Andres hanya membawa beberapa setel pakaian dan sneakers saja, itu pun sudah cukup memenuhi koper mini milik mereka. Seperti bandara pada umumnya, Los Angeles International Airport tampak semarak oleh orang-orang yang sedang menunggu waktu keberangkatan atau kedatangan mereka di penerbangan berikutnya.Ketiga orang itu dijemput oleh sopir utusan nyonya Grave. Tanpa mengulur banyak waktu mereka semua pun langsung memulai perjalanan mereka dengan mobil mewah itu. Membelah jalanan Los Angeles yang ramai lancar dengan kecepatan standar dan terkadang cukup cepat guna menghindari malam yang terlalu larut. Mereka tidak ingin sampai di sana terlalu malam, karena itu akan sedikit tidak
Read more
Bab 22| Malam yang Menyebalkan
"Sekamar lagi?" gumam Ayana lemah, tenaganya sudah habis terkuras seharian ini. Tidak sabar rasanya untuk segera membenamkan diri di atas tempat tidur king size yang berada di kamar tamu –tempat di mana Ayana dan Andres berada kini."Tidak ada pilihan lain. Bagi mereka kita adalah pasangan yang sesungguhnya," sahut Andres meninggalkan Ayana yang masih berdiri diambang pintu tertutup.Andres menggeret kopernya juga milik Ayana, diletakanlah koper itu di samping tempat tidur. Tepatnya di samping nakas, tempat sebuah table lamp berdiri dengan apik dan memberikan penerangan remang diruangan itu. Andres mengempaskan tubuhnya di atas kasur. Tangannya telentang, kemudian ia meregangkan otot-otot yang terasa tegang. Andres lelah, matanya sudah terasa berat."Tidak ada sofa di sini?" tanya ambigu Ayana. Andres membuka matanya, dan kembali mendudukkan diri ditepi tempat tidur itu."Untuk apa?" sahutnya sambil membuka kedu
Read more
Bab 23| Cemburu
Ini hari kedua di Santa Monica, yang juga direncanakan menjadi hari terakhir liburan singkat Andres, Ayana, juga Daniel. Matahari sudah menampakkan diri sejak tiga jam lalu. Pantai yang terletak di bagian barat Amerika ini memang selalu ramai dikunjungi. Terutama di akhir pekan seperti ini, orang-orang berlomba untuk menikmati sensasi unik yang kerap mereka dapat saat mengunjungi pantai. Menggelar tikar di sepanjang pesisir, membuat istana pasir dan berselancar ria disela ombak besar yang datang. Semua kegiatan itu terlihat sangat menyenangkan dan terbukti membuat semua pengunjung di sana ingin tinggal lebih lama lagi.Ayana mengedarkan pandangannya, ke semua penjuru banyak pria dan wanita dalam keadaan mengenaskan menurutnya. Terhitung sudah sepuluh tahun keluarganya menetap di New York seharusnya Ayana sudah terbiasa dengan hal seperti itu. Mata sipit yang dilindungi kaca mata hitam bulat itu masih saja terganggu dengan pemandangan yang menusuk matanya. Wanita berbikini ber
Read more
Bab 24| Jangan Lepaskan Aku
—Ayana—Tangan kekarnya masih menggenggam erat tangan mungilku. Ruas jari kami menyatu tanpa jarak, mengisi kekosongan satu sama lain dan saling melengkapi. Gelenyar hangat di tengah suhu tinggi Santa Monica membuat sekujur tubuhku dibanjiri peluh kegugupan. Setelah kejadian tadi yang membuatku menangis tersedu dalam pelukannya, kami masih betah menyisihkan diri dari orang-orang. Berjalan di tepi pantai selatan berdua, ya hanya berdua, aku dan dia. Meninggalkan keramaian yang memang tidak begitu aku sukai, mungkin dia juga. Setengah jam sudah kami seperti ini, terus menyusuri pantai tanpa ujung.Membawaku menuju ketenangan, itulah tujuannya. Pria ini memang sangat penuh kejutan, sejak aku menyukainya saat jumpa pertama di rumah sakit. Kemudian membencinya dengan sangat, hingga kini hatiku kembali luluh karenanya. Selalu ada hal-hal yang membuatku tercengang dan memutar otak begitu keras. Berusaha mencari tahu kepribadiannya. Menelisik isi hati melalui sorot
Read more
Bab 25| Memusingkan!
Setelah kurang lebih dua hari satu malam Andres dan keluarganya berlibur di California. Kemarin sore mereka semua sudah bertolak kembali ke New York. Masa cuti sepuluh hari yang Andres dan Ayana ambil masih tersisa tiga hari lagi. Namun keduanya tidak berencana untuk menuntaskan masa cuti itu hingga hari terakhir yang telah ditentukan. Selain karena rasa bosan dan canggung jika terus berada di rumah. Andres dan Ayana memang terbilang orang dengan kebiasaan workaholic yang cukup parah. Tubuh mereka terbiasa bekerja, oleh karena itu libur terlalu panjang selalu menimbulkan rasa bosan terus merongrong hati pasangan pengantin baru itu. Menghadirkan rasa tidak nyaman jika terus berdiam diri.Tidak ada hal yang berubah setelah kejadian romantis di pantai Santa Monica tempo hari. Kedua dokter muda itu kembali bersikap seperti biasanya. Beradu mulut, saling tak acuh dan terkadang memberi perhatian lebih. Terhitung satu minggu sudah berlalu sejak hari pengucapan jan
Read more
Bab 26| Kapan Kamu Terluka?
"Bagaimana dengan hari pertamamu bekerja setelah cuti panjang?" tanya dr. Harold pada Andres. Kedua dokter beda generasi itu sedang berada di ruang kerja dr. Harold. Mereka baru saja selesai membahas urusan pencalonan diri Andres untuk menjadi kepala bagian di departemen HPB. Jika sebelumnya Andres hanya mengetuai tim satu sebagai manager. Maka jika rencana ini berjalan lancar kelak Andres akan mengetuai seluruh tim di departemen HPB."Normal seperti biasanya. Hanya saja aku merasa hari ini rumah sakit jadi semakin berisik," jawab Andres tersenyum kecil. dr. Harold tertawa lepas saat mendengar jawaban Andres. Pria paruh baya itu mengempaskan punggungnya ke sandaran kursi, lalu sedikit melakukan pergerakan ke arah kiri dan kanan pada kursi beroda yang didudukinya."Itu karena ulahmu sendiri, Andres. Kau yang membuat semua orang terperanjat kaget. Jujur aku juga sangat terkejut, kalian berdua membuatku nyaris terkena serangan jantung.""Kau tahu baga
Read more
Bab 27| Jatuh Sakit
—Andres—Kulihat Ayana begitu tergesa keluar dari mobil, berjalan lurus menuju rumah tanpa mengucap satu patah kata pun. Sepertinya dia masih marah padaku, terlihat jelas dari ekspresi juga caranya mendiamiku selama perjalanan pulang tadi. Bahkan sejak kami berdua keluar dari rumah sakit dia sudah mendiamiku. Hah, wanita memang benar-benar rumit dan memusingkan. Selalu marah tanpa alasan yang jelas. Meminta suatu penjelasan dan ketika aku memberinya dia malah tersinggung dan menimbulkan permasalahan baru. Aku membuka seatbelt lebih dulu sebelum menyusul Ayana. Sebuah pesan masuk menghentikan niatku yang semula ingin segera membuka pintu.Yena sakit!(Sender: Kevin)Cobaan apa lagi ini? tidak cukupkah hanya dengan kemarahan Ayana saja? Kenapa mesti ada hal lain yang membuat kepalaku pusing. Aku bukan orang yang percaya takhayul, tapi aku merasa hari ini adalah hari sialku. Tanpa menunggu lama aku lan
Read more
Bab 28| Tentang Rasa Percaya
"Hoamm."Ayana menguap lepas saat terbangun dari lelapnya. Ia mengerjapkan mata dan merasakan sesuatu yang aneh di daerah kening. Gadis itu mengambil handuk yang ternyata masih menyampir di sana. Ayana mengangkat sebelah alisnya, heran."Siapa yang mengompresku? Apa itu ibu atau Lolly?" Ayana menerka-nerka."Wajahku terasa ringan dan tidak lengket. Apa ibu juga yang membersihkannya?"Gadis itu menoleh ke arah meja, matanya berbinar saat melihat sebuah mangkuk yang tertutup lengkap dengan minuman juga buah apel. Sepertinya demam Ayana sudah turun, terlihat dari gerak tubuhnya yang kembali gesit tidak lesu seperti kemarin malam. Wajahnya juga tampak cerah dan segar. Ayana beringsut dari tempat tidurnya lalu membuka tutup mangkuk itu. Kepulan asap beraroma sedap memasuki rongga hidungnya."Sepertinya lezat!" ujar Ayana. Ia ingin segera melahap bubur abalon itu tapi Ayana sadar akan keadaannya yang belum membersihkan diri. D
Read more
Bab 29| Salah Paham
Seminggu kemudian..."Dokter Ayana!" panggil Jenny lantang, saat ia melihat Ayana sedang duduk sendiri di kantin rumah sakit. Bersama Robert dan Gerald, gadis Amerika yang kini sudah mengubah warna rambutnya menjadi kecokelatan itu menghampiri tempat duduk Ayana penuh semangat."Aku merindukanmu Ketua tim," rajuk Jenny menampilkan wajah innoucent-nya. Ayana bergidik, mencibir lalu berkata, "Sebaliknya, aku sama sekali tidak merindukanmu." Jenny mendengus dan mengerucutkan bibir."Astaga, masih saja galak," gumam Jenny mendumel."Aku tidak tuli Jenny Wilson!" Ayana memperingati, dengan perhatian yang masih ia tujukan pada makanannya."Kita jarang sekali dinas di shift yang sama," ujar Robert, pria tampan ini juga ternyata sedikit rindu pada omelan-omelan Ayana."Ya, ya kuakui aku merindukan kalian semua, kecuali Gerald!"Ayana menyapu udara dengan telunjuknya –bermaksud untuk menunjuk orang-orang
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status