Semua Bab Jatuh Terlalu Jauh: Bab 51 - Bab 60
72 Bab
Anak Laki-Laki
Rudy memegang tanganku saat aku sibuk membolak-balik majalah di ruang tunggu untuk mengontrol kehamilan. Semua gambar popok dan benda bayi lainnya yang menakutkanku seperti kotoran bayi. Aku tidak mengatakan padanya tapi kenyataannya hal-hal yang menyangkut bayi mulai mebuatku takut. "Aileen Adira." Seorang perawat memanggil namaku."Itu kita." Kataku sambil tersenyum pada Rudy sebelum berdiri.Dia tidak melepaskan tanganku saat aku membawa kami ke ruang pemeriksaan. Beberapa kali perawat melirik ke arah Rudy. "Di sini." Kata perawat, mundur ke belakang dan membiarkan kau masuk ke dalam ruangan. "Silahkan lepaskan semua pakaian dan ganti dengan baju ini. Dokter akan melakukan pemeriksaan menyeluruh hari ini." Perawat itu berhenti dan melihat pada Rudy. "Apa tidak masalah jika orang ini ada di sini?"Aku tersenyum dan kembali melihat Rudy. "Ya, orang ini adalah ayah si bayi."Perawat berdiri dan memberikan senyum lega. "Itu bagus
Baca selengkapnya
Kenzo Adhitama
Tanpa riasan dan jaket kulit hitam, dia terlihat seperti Rudy. Aku harus bergerak cepat untuk mengikuti Rudy yang menggenggam tanganku erat-erat saat dia berjalan cepat untuk keluar dan melewati beberapa orang di bar. Ayahnya memimpin jalan. Aku tidak yakin apakah Rudy senang melihatnya atau tidak. Satu-satunya interaksi yang mereka lakukan adalah Rudy menganggukkan kepalanya ke arah pintu keluar. Dia jelas tidak ingin ada pembicaraan ini memiliki penonton.Kenzo Adhitama, aktor paling terkenal, berhenti beberapa kali dalam perjalanan keluar untuk memberi tanda tangan pada kertas atau barang yang di sodorkan di depannya. Tidak hanya perempuan, seorang pria bahkan melangkah maju dan memintanya untuk menandatangani serbet bar. Kilauan ancaman di mataRudy saat dia mencoba mengeluarkan ayahnya dari bar membuat mereka menjauh. Sebaliknya, mereka semua tetap diam dan menyaksikan sang bintang keluar dari pintu.Angin malam terasa dingin sekarang. Aku segera menggigil dan Rudy
Baca selengkapnya
Masalah keluarga
Ayah Rudy berjalan ke sofa dan duduk di atasnya sebelum mengeluarkan sebungkus rokok."Tidak boleh merokok di sini atau di sekitaran Aileen. Tidak baik untuk bayinya." Kata Rudy.Ayahnya menaikan salah satu alisnya. "Nak, aku sangat yakin ibumu merokok ketika dia sedang mengandungmu.""Aileen tidak seperti ibu." Jawab Rudy.Aku masuk ke dalam ruang tamu setelah sudah cukup diam-diam menguping pembicaraan ayah dan anak sambil membawa dua kaleng bir. Rudy berjalan ke arahku saat dia melihatku memasuki ruangan."Kau tidak harus membawa ini." Katanya padaku sambil mengambil ke dua bir dari tanganku dan mencium pelipisku."Aku tahu. Tapi kita punya tamu." Jawabku sambil tersenyum."Bawakan aku bir itu nak, dan berhentilah bersikap seperti itu, kau akan mencekik gadis itu. Tidak tahu apa yang sedang merasukimu."Sebuah tawa kecil keluar dari mulutku. Aku tidak bisa berbohong kalau aku menyukai ayahnya."Ini." Kata Rudy sambil menyodor
Baca selengkapnya
Kenangan Natal Tahun Lalu
Bicara tentang natal sudah mengingatkanku pada ibuku. Ini akan menjadi liburan pertamaku tanpanya. Semakin aku tenggelam pada ingatanku padanya semakin sulit aku bernafas. Aku memaksakan senyum dan membuat alasan sebelum bergegas ke atas untuk mandi. Rudy butuh waktu berduaan dengan ayahnya.Aku membiarkan air mata yang aku tahan jatuh bebas saat aku melepaskan pakaian dan melangkah ke kamar mandi. Air hangat dari pancuran menghujaniku saat isak tangisku pecah. Tahun lalu aku memasak saat natal unuk kami dan kami memakannya bersama sambil menonton film. Tidak ada teman atau keluarga. hanya kami berdua. Aku juga menangis malam itu. Karena jauh di lubuk hatiku aku tahu kalau itu adalah natal terakhirku dengan ibuku. Kenangan tahun-tahun berlalu ketika Freya dan ayah ada di sana semakin terasa pahit. Hatiku sakit untuk semua yang telah kami lalui. Aku tidak berpikir apa pun bisa terasa lebih menyakitkan dari ini.Menghadapi liburan natal tanpa ibuku akan terasa berat. Dia
Baca selengkapnya
Rencana Malam Natal
Aku melangkah ke dapur dan melihat seorang aktor terkenal Kenzo Adhitama menggoreng telur sambil bersiul. Aku tidak bisa menahan senyum dari wajahku. Dia menoleh dan tatapannya bertemu denganku. "Selamat pagi sayang. Aku membuatkanmu dan cucuku sarapan. Aku memang mendapat sedikit bantuan tapi aku khawatir kalau aku sudah memberi tahu Rudy sesuatu yang tidak dia ketahui dan itu sedikit mengejutkannya.Dia pergi keluar untu menelpon. Dia akan kembali dalam beberapa menit." Katanya sambil enaruh telur goreng di atas piring.Aku melirik melewatinya ke arah jendela  untuk melihat Rudy sedang berbicara di telepon dengan penuh perhatian. "Apa yang sedang terjadi?" Tanyaku. Aku bertanya-tanya apakah aku harus memeriksanya."Jafin dan Grizelle memiliki hubungan untuk beberapa bulan ini. Grizelle akhirnya mengacaukan segalanya untuk terakhir kalinya dan sekarang semuanya sudah berakhir. Rudy tidak tahu tentang itu."Mulutku menganga saat dia mengatakan i
Baca selengkapnya
Kejutan
Ayah Rudy sedang bernyanyi di dapur sambil memasak ayam yang sngat besar. Aku berdiri tidak jauh darinya memegang sebuah mangkuk yang berisi kentang yang sudah di hancurkan yangdi beri beberapa bumbu dasar dan juga telur sambil  mengaduknya dan aku tersenyum bahagia. Dia berusaha membuatku bernyanyi bersamanya dan aku hanya akan tertawa sambil menggelengkan kepalaku."Kamu bersembunyi di belakang sana karena kau takut tanganmu kotor, nak?" Tanya ayahnya Rudy. Aku berbalik dan tersenyum padanya. Dia berjalan ke arahku dan menarikku mendekat padanya."Kita sedang memasak di sini. Tidak ada waktu untuk bermesraan." Kata ayahnya sambil tertawa.Aku melepaskan diri dari Rudy dan berusaha menahan diri agar tidak tertawa."Ada yang bisa ku bantu?" Tanya Rudy."Ya, kau bisa mebantuku memasukkan ayam raksasa ini ke dalam oven tanpa harus menjatuhkannya atau membakar tanganku." Jawab ayahnya.Ada ketukan singkat di pintu dan kemudian
Baca selengkapnya
Gerakkan Kecil
Mengucapkan selamat tinggal kepada ayahku tidak semudah yang aku bayangkan. Dengan adanya dia di sini membantu menyembuhkan begitu banyak luka. Aku mengikutinya keluar dan menuruni tangga. Dia membawa kopernya dan dia menuju kembali ke lombok di mana dia tinggal di sebuah rumah pantai."Senang melihatmu bahagia. Aku bisa tidur dengan nyenyak di malam hari karena tahu kalau kau di rawat dan di cintai dengan baik. Aku tidak mengira kalau anak laki-laki itu akan mengikat jari manismu." "Apa ayah akan datang untuk pernikahan atau saat bayinya lahir? Aku ingin ayah ada di sini."Ayah mengangguk. "Aku tidak akan melewatkan semua itu."Aku berusaha untuk menangis di depannya. Ini tidak adil baginya. Dia tinggal sendirian. Aku tidak boleh membiarkan emosiku membingungkannya. "Putuskan nama apa yang ayah inginkan untuk di panggil oleh si bayi. Ayahnya Rudy sudah memutuskan dia ingin di panggil papa Kenzo."Ayah tersenyum. Aku suka melihatnya bersemang
Baca selengkapnya
Helena Gajendra
Rudy meletakkan koperku di kamar tidur miliknya di rumah ayahnya di jakarta. "Wow..." Kataku berjalan di belakangnya. "Kau akan terbiasa dengan kehidupan artis yang sedikit mencolok. Mereka suka memamerkan kesuksesan mereka dengan berbagai hal." Kata Rudy."Aku bisa lihat itu. mereka benar-benar sudah melakukan pekerjaan yang baik untuk memamerkan tempat ini." Kataku, berjalan ke tempat tidur dan kemudian aku menyadari kalau tempat tidur ini terlalu tinggi untukku. Aku berbalik ke arah Rudy dan mengerutkan keningku. "Bagaimana aku bisa naik ke tempat tidur?"Rudy tidak bisa menahan tawa saat melihatku kebingungan. "Aku akan membawakanmu sebuah kursi kecil."Aku tersenyum konyol dan menggelengkan kepalaku. "Ini gila. Jadi, kalau aku ingin berbaring sekarang... bagaimana aku naik ke tempat tidur?"Rudy berjalan ke arahku dan meletakkan kedua tangannya di pinggangku yang mulai melebar dan mengangkatku ke tempat tidur. "Seperti ini."
Baca selengkapnya
Makan malam Keluarga
Aku tidak yakin kalau makan malam keluarga d rumah ini adalah ide yang bagus. Rudy, bagaimana pun bertekad untuk menemukan cara untuk membantu Grizelle dan ayahnya untuk rukun. Aku sudah menghabiskan hari yang panjang di pinggir kolam renang. Meskipun saat ini akhir december, suhu di luar masih panas. Aku sudah terbiasa dengan cuaca musim dingin yang hangat di bali, tapi matahari di sini lebih panas. Rudy berbaring di sampingku dan bersusah payah untuk mengoleskan krim matahari ke seluruh tubuhku.Setelah mandi, aku merasa segar dan siap menghadapi keluarga gila ini demi Rudy. Aku menyukai Elen, setidaknya selama aku menghabiskan sedikit waktu bersamanya. Dia tidak bercanda tentang tetap terkunci di dalam kamarnya. Dia jarang keluar. Aku hampir merasa tidak enak dengannya. rasanya seperti hidup kesepian. Aku bertanya-tanya seperti apa kehidupannya di jawa. Apakah dia punya teman di sana yang dia rindukan?Rudy berjalan ke kamar tapi berhenti saat matanya tertuju padaku
Baca selengkapnya
Kram perut
Ketukan di pintu membangunkanku. Aku bergerak dalam pelukan Rudy dan melihat matahari masuk melalui jendela. "Siapa itu?" Tanyaku masih setengah mengantuk."Tidak tahu. Tetap di sini." Jawab rudyda mencium kepalaku sebelum turun dari tempat tidur.dia membuka pintu dan ayahnya berada di depannya dengan wajah yang kesal. "Kau punya masalah yang harus di hadapi. Apa pun yang kau katakan pada Grizelle tadi malam sangat tidak membantu. Dia pindah ke sini.""Berarti pembicaraanku dan dia memang sudah membantu. Sudah waktunya om Arka menerima dan menebus waktu yang sudah lama dia sia-siakan."Ayahnya tertawa keras. "Itu tidak akan terjadi, Rudy. Kau salah besar. Arka adalah Arka. Dia bukan sosok ayah yang baik dan itulah yang dia inginkan. turun saja dan bantu memperbaiki ini sebelum ada barangku yang berharga dan mahal yang pecah." Kata ayahnya  sebelum berbalik dan berjalan pergi.Rudy menutup pintu dan berbalik ke arahku. Aku sedang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status