All Chapters of Bukan Pilihan: Chapter 41 - Chapter 50
149 Chapters
Chapter 41 : Pengejaran
    Dua orang lelaki berbadan besar menyeret seorang wanita muda ke dalam kamar yang ditempati Han. Wanita itu meronta dan menjerit sekuat tenaga. Niko menelan ludah melihat pemandangan itu.     Hampir setiap hari wanita-wanita muda dibawa ke villa. Semua untuk memuaskan hasrat Han. Jika beruntung wanita tersebut akan dipulangkan keesokan harinya. Jika tidak dia harus melayani Han selama berhari-hari.    "Hei, Bos di mana?" tanya Niko pada seorang lelaki yang tadi menyeret wanita.    "Hmmh. Masih di luar," gerutu si lelaki.    Niko menunggu dengan sabar. Semua orang tahu Bos Han tidak boleh dihampiri sembarangan. Salah-salah bisa kehilangan salah satu anggota tubuh. Niko melihat Han berjalan menuju kamar tapi dia tidak berani menyapa.     Hukum tak tertulis yang berlaku di antara mereka: jangan memanggil Bos Han terlebih dahulu, tunggu Bos Han yang memanggil, jika dia berkenan.&
Read more
Chapter 42 : Duel di Tengah Jalan
    Alex memberitahu Diana untuk berjalan dengan kepala tegak. Gestur sangat penting di awal konfrontasi, karena yang berjalan dengan kepala menunduk adalah lemah.    Semua pengunjung sudah pulang, yang tinggal hanyalah Niko dan selusin anak buahnya. Alex menggenggam tangan Diana untuk menguatkannya. Dua kelompok berhadapan dalam jumlah seimbang.     "Kita bertemu lagi, Adik," cetus Niko. Matanya menatap sosok wanita mungil di sisi Alex.    "Jaga matamu," geram Alex.    "Santai saja. Aku mengagumi keindahan ciptaan Tuhan." Niko menyeringai.    "Mau bertemu dengan-Nya sekaligus?"    Niko tertawa terbahak-bahak. Anak buahnya ikut tertawa.    "Bos Han ingin bertemu," kata Niko dengan raut wajah serius. Tawanya telah lenyap tak bersisa.    "Aku tidak berminat."    "Oohh padahal aku sudah datang jauh-jauh untuk menjemput. Ayolah, D
Read more
Chapter 43 : Airmata Buaya
    Bibir Alex menelusuri setiap jengkal tubuh Diana, membuatnya kehilangan orientasi. Diana mencengkeram rambut ikal Alex karena hasrat yang meninggi. Tubuh mereka melekat tanpa batas. Gerakan mereka seirama.    Diana membuka mata. Mimpi! Barusan hanya mimpi! Tubuhnya masih terasa panas. Alex menggumam. Dia juga terbangun.    "Mimpi...," gerutu Alex perlahan.    Apakah mimpi kita sama? batin Diana.    "Apa yang kamu mimpikan..?" tanya Alex.    "Tidak penting." Diana memunggungi Alex karena malu.    Alex memeluk Diana dari belakang. Rasanya nyaman dengan Diana menempel di dadanya. Alex menghirup aroma tubuh yang khas dan selalu membuatnya tenang. Jari-jarinya memainkan pucuk lembut di balik baju Diana.     "Apakah mimpi kita sama?" tanya Alex penasaran.    "Mmmh....mungkin...," desah Diana. Sentuhan Alex membuatnya merinding.  &nbs
Read more
Chapter 44 : Mari Berlatih
    Alex benar-benar menyesal menyetujui permintaan Diana. Hatinya lemah oleh airmata! Huh. Alex memperhatikan Diana yang sedang ngobrol dengan Jack. Matanya menilai. Bagaimana cara mengajari beladiri terhadap wanita selembut itu?     Kalau dia membatalkan, Diana akan meminta tolong pada Jack. Tidak boleh! Meskipun hanya melihat Diana sebagai adik tapi Jack tetap seorang lelaki! Alex tidak bisa membayangkan ada lelaki lain berada lebih dekat dengan Diana dibanding dirinya. Tanpa sadar tangan Alex menggebrak meja.    "Hei, kemasukan apa kau, Vorst??" sergah Jack yang terkejut.    Alex menggumam tidak jelas.    Diana tersenyum simpul. Dia tahu apa penyebab kekesalan Alex.    Sehabis makan Alex mengajak Diana ke atap. Dia ingin mengukur kemampuan fisik sebelum mulai melatih.     "Pernah memukul samsak?" tanya Alex skeptis.    "Belum." Mata Diana berbinar dengan semangat
Read more
Chapter 45 : Murid Berbakat
    Han menampar Niko dengan punggung tangannya. Wajah Niko tersentak ke samping. Dia tidak berani menatap Han karena sepasang matanya menyorotkan kematian.    "Kau kalah dengan anak kecil dan masih berani menampakkan diri di hadapanku?" Suara Han sedingin es.    Niko diam saja. Aura Han masih terlalu kuat untuk dilawan meskipun fisiknya sudah mulai dimakan usia.    "Kesempatan kedua." Han mengacungkan dua jari di depan hidung Niko, "Jika gagal lagi kamu tahu akibatnya."    "Ya Bos!"    Han mengibaskan tangan dengan ekspresi jijik seolah mengusir lalat. Laporan Niko membuat hatinya kesal. Han yang kesal harus mencari pelampiasan. Malangnya nasib wanita yang mendapat giliran untuk melayaninya hari ini.    Belasan tahun yang lalu seorang pemuda bernama Alexander Vorst menghancurkan sebagian bisnisnya dengan cara yang tak terpikirkan, melibatkan pihak berwajib dari dalam dan luar negeri. Han k
Read more
Chapter 46 : Rencana Busuk
    Handphone Diana berdering. Nomor tak dikenal. Siapa gerangan? Alex yang mendengar bunyi itu mendekati.    "Siapa?" tanya Alex.    Diana mengangkat bahu.    "Halo?" Diana menjawab panggilan tersebut.    "Halo, dengan Diana Hartanto?" kata seorang lelaki.    "Iya betul."    "Anda putri dari Benyamin Hartanto?"    "Betul."    "Benyamin dan istrinya mengalami kecelakaan mobil dan tidak sadarkan diri. Harap Mbak bisa ke rumah sakit untuk mengidentifikasi."    Jantung Diana berhenti berdetak selama sedetik, "Baik, rumah sakit mana?"    Lelaki peneleponnya menyebutkan salah satu rumah sakit di kota tempat tinggal orangtua Diana.    Alex cemas melihat wajah Diana yang memucat, "Ada apa?"    "Papa mamaku kecelakaan mobil dan sekarang ada di rumah sakit."    Jack mengerutkan alis.    "K
Read more
Chapter 47 : Mereka Sudah Tahu
    Singkat kata Alex dan Diana pulang tanpa Jack. Diana tahu Jack akan menghubungi ayahnya dan akan segera bebas. Kecemasan berikutnya adalah ketika ayahnya mengetahui apa yang terjadi dan marah besar.    Begitu tiba di penthouse Diana mengurus luka di wajah Alex. Lukanya sudah mulai mengering. Diana hanya perlu membersihkan dan menempel perban.    "Apa jadinya aku tanpa kamu?" Alex menarik Diana duduk di pangkuannya.    "Kamu tetap kamu." Diana menunduk tersipu.    Akex mengangkat dagu Diana. Diana mengalungkan lengan di leher Alex. Bibir mereka berpagutan. Diana mendesah saat tangan Alex menjelajah dengan bebas.    "Aku tidak sabar untuk memilikimu...," desis Alex.    "Katamu bisa menunggu beberapa bulan lagi?"    "Tentu saja." Alex menciumi wajah dan leher Diana.    "Hmmm... Aku juga tidak sabar..." Diana memejamkan mata menikmati sentuhan Alex.  &nb
Read more
Chapter 48 : Alex dan Benyamin
    "Vorst, ini aku."    "Sampai mati pun aku tidak bisa lupa suaramu" ejek Alex pada peneleponnya.    Tawa Jack meledak, "Kutunggu ronde berikutnya!"    "Ada apa?" Alex tersenyum.    "Pak Ben mau bertemu, berdua saja. Jangan beritahu Nona Diana."    "Kapan dan dimana?" Alex melirik ke kamar Diana. Kekasihnya sedang mandi saat ini.    "Nanti kukirim alamatnya."    "Oke."    "Semoga sukses."    Alex merenung. Apa yang mau dibicarakan Benyamin? Alex tidak berpikir banyak karena Diana membuka pintu kamar. Dia terlihat cantik memakai apa saja.    "Wajahmu serius sekali?" tanya Diana. Dia berjalan anggun menghampiri Alex.    "Hmmm... Ada telepon dari club." Posisi Alex yang duduk memudahkannya memeluk dan menghirup aroma tubuh Diana. Seketika segala beban dalam pikirannya lenyap.    "Eh, kamu ini..." Diana tercek
Read more
Chapter 49 : Cincin Pengikat Janji
    Diana merasa bosan. Sudah dua jam sejak kepergian Alex. Kira-kira urusan apa yang dikerjakannya? Bukan wanita kan? Diana mencoba mengirim pesan singkat tapi tidak dibalas.    Diana menyalakan televisi dan mencari tontonan menarik. Mendadak muncul channel film dewasa. Jantung Diana berdebar melihat adegan pemeran lelaki dan wanita yang bercinta seolah tidak ada hari esok. Wajahnya memerah. Apakah Alex sering menonton film seperti ini?    Suara-suara erotis dari televisi memenuhi kamar Diana. Alex yang baru keluar dari lift terpaku mendengar suara-suara itu. Dia bergegas. Alex melihat Diana duduk memeluk bantal. Sepasang matanya menatap televisi dengan serius. Wajahnya merona.    Alex tersenyum geli. Dia berdeham.    Diana terlompat kaget. Tangannya cepat-cepat mengganti channel. Suara-suara erotis digantikan oleh suara pembaca berita.    "Kamu serius sekali, Princess. Film apa yang kamu tonton tadi?"
Read more
Chapter 50 : Menjemput Sang Nona
    Jack duduk di sofa lobby apartemen. Kakinya yang tersilang bergerak-gerak gelisah. Sebuah majalah ekonomi tidak dapat mengalihkan perhatiannya dari lift eksklusif penghuni penthouse. Setelah pertemuan Benyamin dengan Alex kemarin siang tidak membuahkan titik temu, Benyamin mengutusnya untuk menjemput Diana.    Sebagai lelaki yang memiliki prinsip hidup sederhana, terperangkap di tengah konflik keluarga membuat Jack merasa sangat tidak nyaman. Di satu sisi dia loyal terhadap Benyamin, tapi di sisi lain dia bersimpati kepada Alex. Jack tahu sikap Alex tulus terhadap Diana.    Yah, seperti dikatakannya dari awal, seekor anjing tidak akan menggigit tangan yang memberinya makan. Jack patuh pada Benyamin.    Jack melihat pintu lift terbuka. Alex menahan pintu lift dan memberi tanda pada Jack untuk ikut. Jack bergegas. Alex menyeringai.    "Kupikir mereka akan memukulimu di kantor polisi." Alex menyalami Jack.
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status