All Chapters of Bukan Calon Kakak Ipar: Chapter 121 - Chapter 130
133 Chapters
121. Sesion 4 : 28. Suami Siaga
Aku tengah tertawa menonton serial kartun kesayanganku Boboiboy. Sejak hamil aku senang sekali dengan kartun ini. Gak tahu kenapa. Sesekali memasukkan potongan cokelat kemulutku sambil menonton."Bahagia banget Dek."Suami gantengku datang dan mencium pipiku lalu perutku penuh sayang. Aku tersenyum lalu langsung menyandar manja sambil memeluknya. Kalau Fiqa dan Aya pas hamil katanya gak mau deket-dekat sama suami, aku kebalikannya. Aku justru manja banget. Satu yang aku benci dari suamiku yaitu dia terlalu ganteng. Makanya aku minta rambutnya gak boleh dicukur sama jambangnya gak boleh dicukur. Awalnya Mas Rei protes tapi lama kelamaan akhirnya pasrah dengan rambut gondrongnya, jambangnya pun ia rapikan sedikit jadi kesannya makin macho. Duh, bukannya tambah jelek malah tambang ganteng. Mau gimana lagi, emang dasarnya suami kulkasku ganteng, diapa-apain tetep aja ganteng. Sudahlah lagian aku suka penampilannya sekarang. Mirip Tom Cruise jadinya. Hihihi. Pa
Read more
122. Sesion 4 : 29. Dalang Sihir
POV ReihanAku tengah memandang wajah istriku. Cantik, selalu cantik. Meski berat badannya naik pun tetap cantik. Sesekali kuelus perutnya. Dimana didalamnya terdapat dua calon anak, buah cinta kami. Ya Allah, begitu besar karunia-Mu memberi kami hadiah yang begitu berharga. Rasanya penantian kami selama hampir tiga tahun bakalan dibayar lunas. Rana bergerak gelisah, aku langsung mengusap-usap punggungnya hingga Rana tampak tenang kembali. Kucium keningnya mesra lalu berbaring disampingnya dan memeluknya dengan sayang. Membaca doa tidur dan mulai terlelap ke alam mimpi.Pagi harinya saat aku menuju ruang makan kulihat Rana tengah menata sarapan kami. Sejak tahu Rana hamil, kami memang memutuskan tidur di kamar tamu."Pagi Sayang." Kucium mesra keningnya."Pagi juga Mas.""Hemmm. Enak. Mamah, Papah sama Fina mana?""Mamah lagi nerima telepon, Papah sama Fina belum kelihatan. Mungkin masih bersiap-siap.""Owh ....""
Read more
123. Sesion 4 : 30. Pelaku Tabrak Lari
POV Rana"Kita langsung pulang Mbak.""Mampir sebentar ya buat makan. Hehehe. Mbak laper.""Hihihi. Mbak Zaza sekarang mudah laper ya?""Iya nih, maklum buat tiga orang sih.""Hehehe. Okelah. Yuk kita cari tempat makan. Mbak mau makan apa?""Soto Sami Asih kayaknya enak Fin.""Setuju, ayo kita berangkat?"Akhirnya kami menuju salah satu warung Bakso dan Soto yang sangat terkenal di Purwokerto. Aku dan Fina langsung duduk di salah satu meja sedangkan Pak Yadi memilih makan di depan sambil ngobrol dengan temannya yang jadi juru parkir.Selesai makan, aku dan Fina masih duduk sambil menunggu makanan yang kami makan bisa turun ke lambung."Bu Zaza."Aku dan Fina menoleh ke arah seseorang yang memanggilku, Pak Alan."Bisa kita bicara sebentar. Hanya berdua. Saya mohon, mungkin ini yang terakhir kalinya."Aku menatap Pak Alan secara keseluruhan. Sungguh aku kaget, Pak Alan yang dulunya termasuk lela
Read more
124. Sesion 4 : 31. Masuk Jebakan
Aku baru saja menyerahkan surat ijin cutiku. Walaupun aslinya jatah cuti tiga bulan harusnya diambil satu bulan sebelum HPL dan dua bulan setelah HPL, namun aku sengaja mengambil yang satu minggu sebelum HPL agar aku lebih lama bersama twins nantinya. Lagian sebulan menganggur tanpa aktivitas jelas membuatku bosan setengah mati. "Rana."Aku menoleh dan tersenyum ke arah Dinda."Hai Din. Mau kemana?""Aku ijin, Diva sakit. Aku mau jemput dia di rumah Tanteku.""Tante siapa?""Tante Yana."Aku mengernyit, " Kok aku gak pernah denger ya?""Itu tantenya mantan suamiku, Ran. Tapi dia baik banget sama kami. Ini aku mau ke rumah dia.""Dimana?""Kalibogor.""Owh, aku ikut ya?""Boleh."Aku dan Dinda berjalan bersama menuju mobil. Aku memberi kabar pada Mas Rei bahwa aku akan menengok Diva."Zaza, Dinda kalian mau kemana?""Ke rumah tantenya Dinda. Diva sakit, katanya di sana."
Read more
125. Sesion 4 : 32. Rahasia Karina
Karina kembali mengelus perutku dengan penuh pemujaan sedangkan aku benar-benar ketakutan. Karina menatapku dengan seringai jahat.Bugh."Aw ...." Aku meringis karena Karina memukul perutku. Aku merintih menahan rasa sakit."Kak Karin jangan!""Hahahaha."Karina menatapku dengan tatapan penuh kebencian. Aku masih berusaha menahan rasa sakit."Kamu tahu, ibuku benar-benar wanita menjijikkan. Entah berapa pria yang pernah tidur sama dia. Sungguh menyebalkan." Karina menoleh ke arah Dinda. Kemudian dia mengelus pipi Dinda membuat Dinda ketakutan bahkan berusaha memalingkan wajahnya."Aku dan Dinda berasal dari rahim yang sama namun ayah berbeda. Dan yang menyebalkan, kami tak tahu siapa mereka.""Bukannya kakak, anak mendiang Dokter Wijaya?" cicit Dinda."Hahaha. Bukan! Sayangnya bukan! Kalau bukan karena otak cerdikku dan keinginan Ibu kita untuk lepas dari kemiskinan, tak mungkin aku bisa sampai disini."
Read more
126. Sesion 4 : 33. Menyelamatkanmu
POV Reihan Aku membaca chat dari Rana yang meminta ijin menjenguk Diva yang sedang sakit. Aku pun mengijinkannya. Hampir satu jam kemudian HP-ku berdering terus. Aku mengeceknya. Pak Yadi."Kenapa Pak?""Mas Rei, Mbak Zaza gak ada. Tadi saya disuruh beli apel sama Mbak Zaza. Eh pas balik mereka udah gak ada.""Oke. Kamu tetap tunggu disitu. Cari terus."Aku segera mematikan sambungan dan menghubungi Elang."El, tolong lacak Rana. Dia menghilang.""Oke."Aku segera mengambil kunci mobilku dan berpesan pada Suster Dira untuk meminta bantuan Dokter Joko menangani pasien-pasienku. Aku berlari menuju ke mobil. Entah kenapa firasatku tak enak."Iya El, bagaimana?""Mereka ke arah Baturaden. Aku sharelock lokasinya. Aku dan kawan-kawan menuju kesana."Aku segera memacu mobilku dengan kecepatan maksimal yang aku bisa. Kurang lebih tiga puluh menit aku sampai di sebuah vila. Aku parkir di tempat j
Read more
127. Sesion 4 : 34. Tolong Bertahanlah
"Dek ... Dek," panggilku.Rana tersenyum kearahku. Aku menggenggam tangannya dan sesekali menciumnya."Kamu bisa. Kamu bilang kamu ingin mereka selamat kan?"Dia mengangguk, dengan susah payah Rana menahan rasa sakitnya. Aku tahu pembukaan sudah sempurna hanya saja Rana mungkin sudah tak punya tenaga untuk mengejan. Sementara perjalanan kami masih lama."Eghhh ... huft ... egghhh ....""Dorong sayang, ingat Allah, ingat anak kita. Kamu mau mereka selamat kan? Ingat, surga kita ada pada mereka Sayang?"Rana menatapku dengan mata berkaca, entah kenapa aku seperti melihat pancaran semangat dalam matanya.Meski susah payah Rana berusaha mengejan dan aku mencoba membantunya. Rana terus mengejan hingga tangisan pertama keluar."Eaaaaa ...."Aku segera mengeluarkan bayiku, melepas bajuku dan kuselimuti bayi lelakiku."Mbak, pegang!""Oke."Setelah menyerahkan kepada rekan Elang, aku segera menyemangati Rana
Read more
128. Sesion 4 : 35. Percobaan Penculikan
Sudah tiga hari, Rana masih tak sadarkan diri. Menurut  ahli obgyn, perut Rana mengalami benturan yang cukup keras. Namun tak membahayakan rahimnya. Aku masih ingat, bagaimana Rana berkutat dengan Karina yang ingin memukul perutnya saat itu. Berulangkali dia menghalangi tinju Karina. Ya Allah. Semoga Engkau membalas perlakuan Karina sesuai dengan tindakannya, amin. Pembersihan rahim juga sudah dilaksakan. Nindy bilang, tak ada masalah. Ketidaksadaran Rana diakibatkan kelelahan dan pasokan oksigen ke otak yang hampir saja berkurang. Selama tiga hari ini kondisi baby twins mulai stabil. Mereka sudah dipindahkan ke ruang anak. Bersyukur Aya dan Fiqa memiliki ASI yang melimpah. Riyyan dan Ela juga sudah berusia satu tahun dan sudah makan. Jadi, ibu mereka bisa mendonorkan ASI-nya untuk kedua anakku."Kondisi mereka sudah stabil." Mamah menghampiriku dan mengelus kedua pipi cucu kembarnya. Mamah habis melaksanakan sholat tahajud di masjid."Iy
Read more
129. Sesion 4 : 36. Kembali
POV RanaAku terbangun di sebuah hamparan pasir yang indah. Kutatap sekelilingku. Pantai?Aku menoleh ke kiri dan ke kanan. Sepi. Kemana semua orang?Mana Mas Reihan? Dan ... kenapa perutku kempes? Dimana bayiku? Aku panik. Aku mencoba berlari mencari orang-orang tapi tak ada satupun yang kutemui. Hingga kulihat sebuah perahu di sana. Aku berlari menuju perahu yang masih berada di bibir pantai sepertinya mereka akan berlayar."Permisi ... permisi. Bolehkah sa-" Aku tertegun. Mataku berkaca-kaca. Aku segera berlari menyongsong kedua orang yang sangat kurindu."Ayah, Bunda, Rana kangen." Kedua orang tuaku memelukku. Lama kami berpelukan."Kalian mau kemana?""Berlayar," ucap Ayah."Boleh Rana ikut?""Boleh," kini Bunda yang menyahut.Aku menggenggam tangan Ayah dan Bunda di kanan kiriku. Aku bahagia sekali. Kami berjalan bergandengan tangan dan akan naik ke perahu. Ayah yang pertama naik, kemudian Ayah mengulurkan t
Read more
130. Sesion 4 : 37. Reza dan Zahra
"Mereka luar biasa Mas.""Iya. Sangat luar biasa."Aku dan Mas Reihan tengah menatap baby twins. Keduanya benar-benar luar biasa. Mereka adalah hadiah terindah bagi kami setelah tiga tahun penantian. Aku bersyukur, Allah memberi kami kepercayaan dua buah hati sekaligus. Mana kembar sepasang lagi.Cup.Aku menoleh ke arah Mas Reihan. Lalu mencubit perutnya. "Mas!" bentakku sambil memelototinya. Dasar! Suka sekali cari kesempatan."Apa? Hem ...." Dia hanya tersenyum dan menatapku jahil. Bahkan tangannya sudah memainkan kerudungku dari tadi dan diputar-putarnya. "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Refleks Mas Reihan menghentikan aksi anehnya dan berdiri menyambut tamu yang datang."Zazaaaaa.""Yayaaaa."Yaya menuju ke ranjangku. Dia langsung memelukku dan aku balik memeluknya, heboh pokoknya. Aku menyambut uluran tangan semua rekan kerjaku yang datang."Wah ganteng dan cantik ya Za
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status