All Chapters of Money And The Power: Chapter 11 - Chapter 20
316 Chapters
11, Kisah Malam (1)
     Zeki sudah mencukur rambut halus yang tumbuh di area rahangnya. Ia harus menyamar sebagai anak SMA yang seumuran dengan Kiana. Malam ini, penampilan anak remaja ia singkirkan karena ia menjalani tugas yang sudah disusun dengan sangat sempurna.     Kemeja berwarna merah, celana hitam, dasi merah bercorak, sangat cocok menempel ditubuh Zeki. Ia menenteng jas hitam dilengannya. Gayanya sudah seperti pengusaha muda yang membutukan sebuah hiburan.“Selamat datang, Tuan!” sapa tim keamanan yang menjaga tempat utama.“Hei, kau!” Tunjuk Zeki pada bodyguardnya. “Nyalakan apinya, cepat!” pintanya setelah sebatang rokok terselip diantara kedua bibirnya.      Zeki hanya tersenyum. Seseorang dibelakang Zeki, dijadikan pesuruh olehnya supaya akting yang mereka mainkan terlihat sangat nyata. Zeki diantar ke dalam ruangan VVIP sesuai dana yang ia miliki.&ld
Read more
12. Kisah Malam (2)
      Kiana ditempatkan di dalam kamar bersama dua orang wanita. Kiana belum mengetahui bahaya apa yang akan ia hadapi hanya saja, kejanggalan setiap ruangan sudah terekam jelas.“Kia, selamat menikmati pelatihan,” kata Sofia.“Pelatihan apa, Kak Sofia?”“Pekerjaan.”Brak!      Pintu ditutup. Kiana menoleh dan tersenyum melihat dua wanita yang seumuran dengannya tengah ketakutan. Kiana mengernyitkan keningnya. Ia melempar tasnya di atas ranjang dan mendekati teman sekamarnya.“Eh? Wajahmu kenapa terluka?” tanya Kiana.      Kiana sangat peka dengan apa yang ada di dalam kamar. Di bawah meja rias, ada dua preman bertubuh besar, bertato lebar dan membawa cambuk.“Eh, kenapa ada Kakak pria?” tanya Kiana.“Kami adalah pelatihmu,” jawabnya.‘Sial! Jadi seperti ini car
Read more
13. Kisah Malam (3)
Dua pria paruh baya, hanya mengenakan kaos dan celana pendek supaya tidak menimbulkan perhatian, duduk di atas lantai disamping gedung yang penerus Naga Hitam datangi. Mereka berdua berpenampilan sangat sederhana.“Kenapa kau mengikutiku, sialan?” tanya Delice.“Anakku ada di dalam, bagaimana mungkin aku bisa diam?” balas Ken.“Leon?” tanya Delice.“Kiana! Kenapa kau membahas Leon?”“Kapan kau akan memberitahu Leon?”“Dalam kondisi seperti ini, bagaimana aku bisa memberitahunya?”“Setidaknya kau jangan menunda terlalu lama. Jarak antara kau dan Leon sudah seperti terpisah oleh dinding.”“Akan aku pikirkan.”“Dia itu putramu.”“Aku tahu. Berhentilah mengoceh!” ucap Ken.        Kata seorang putra seperti mimpi baginya. Pada kenyataannya, hubungan Ken dan L
Read more
14. Kisah Malam (4)
Flo memanggil penjaga yang berdiri di depan ruang VVIP. Flo kembali masuk bersama satu penjaga. Flo, Key dan Yana berdiri dibelakang Leon. Mereka mencari tempat perlindungan. Rasa penyesalan karena pergi dari rumah dan menghancurkan masa depannya sendiri.“Hanya kau saja?” tanya Leon. Mode brutal telah aktif dari sorot mata Leon yang sudah sangat tajam seperti pisau yang tidak berhenti di asah.      Zeki melepaskan jas yang tidak ia suka. Ia melonggarkan dasi dan melipatkan lengan kemejanya. Zeki meminta Leon mundur karena jika hanya satu penjaga, tidak perlu membuat Leon turun tangan.“Kau tidak ingin memanggil bosmu?” tanya Zeki.“Hanya kalian, aku seorang diri juga mampu.”Buagh! Buagh! Buagh!      Benar, bukan hal mudah melawan satu penjaga. Zeki menyilangkan kedua tangannya untuk melindungi tubuhnya dari pukulan maut yang penjaga layangkan.&n
Read more
15. Kisah Malam (5)
“Cepat! Kalian harus memindahkan semuanya dengan kilat!”        Perintah itu terus terlontar dari mulut Victor. Orang-orang sibuk hilir mudik ke sana sini membawa beberapa berkas yang dikeluarkan dari dalam brankas. Tinggal sedikit lagi, berkas itu dipindahkan ke tempat yang jauh lebih aman tapi sosok tengil muncul dan menghalangi pintu.“Wah! Sangat sibuk sekali ternyata. Bagaimana kalau aku membantu?” ujarnya. Suaranya nyaring, terdengar sampai ke seluruh telinga setiap orang yang masih terjebak dalam ruangan.“Kau datang sendirian?” tanya Victor.                                                          &
Read more
16. Kisah Malam (6)
Zavier mengikuti para keamanan HG. Ia memperhatikan dengan sangat teliti, dimulai dari penjepit dasi yang mereka kenakan. Penjepit itu sama, yang membedakan hanya warna dan designnya. Sekilas, Zavier teringat sesuatu.‘Benar. Penjepitnya itu sama dengan yang Kak Kiana berikan padaku. Apa kegunaannya?’ batin Zavier.      Zavier hanya melangkahkan kakinya sesuai insting yang ia yakini. Tidak ada para penjaga yang siaga. Jalanan terasa sepi. Mungkin saja para penjaga sudah dilumpuhkan oleh rekan-rekannya. Itu yang Zavier pikirkan.Tap... Tap... Tap...      Zavier masuk ke dalam lift. Ia menggunakan penjepit dasinya untuk mengisi sensor. Kecerdasannya bisa menganalisa seluruh gedung itu. Fasilitas terendah hingga yang tertinggi.“Ah! Nomornya acak?” pekik Zavier. “Jadi seperti ini cara kerja mereka untuk menyembunyikan ruang rahasia?” gumamnya lagi. &nb
Read more
17. Kisah Malam (Selesai)
Brak! Krak!Hah! Hah! Hah!      Nafas Leon dan Azo terengah-engah. Saat ini bukan lagi penyusupan, melainkan pembantaian yang tak kunjung usai. Leon menyisir rambutnya ke belakang. Ekspresi diwajahnya tetap sama, tidak berubah walau hanya sedikit.“Aku mengakui kekuatanmu tapi kali ini, aku tidak akan lagi memakai teknik,” kata Leon.       Tidak ada kuda-kuda, tidak ada persiapan. Insting liar kembali menyala dari matanya. Bisa dilihat dari kepalan tangan Leon. Dia sudah terlatih dengan berbagai jurus.Buak! Duak! Blarrr!Gubrak!“Akh!” Azo berusaha bangkit.        Tubuh Azo terkena tendangan telak. Ia terjatuh menembus pintu. Leon tidak bisa membiarkan orang yang sudah memukulnya untuk tetap hidup.Brak!        Azo menghindar kala kaki Leon berusaha menginjaknya.
Read more
18. Kisah Malam (Setelahnya)
  Drap... Drap... Drap... Hah... Hah... Hah...        Selain suara kaki yang terdengar saling  bersahutan, suara nafas juga membuat Kiana yang terbaring di atas ranjang terkejut. Keringat menetes dari wajah dua pria paruh baya yang menatapnya penuh kekhawatiran. Pintu seakan ingin diterjang untuk menentukan siapa pemenang yang lebih dulu masuk ke dalam kamar rawat Kiana. “KIANA!” teriak Delice dan Ken bersamaan. “Ayah! Daddy!” pekik Kiana.        Delice dan Ken tersenyum melihat Kiana yang baik-baik saja. Mereka berdua mendekati Kiana. Naura yang tengah mengupas apel, tahu kalau senyum dari mereka berdua terlihat janggal. “Hahahahaha...” Ken tertawa sembari mengusap ujung kepala Kiana. “Anak Daddy kuat sekali ya sampai hanya sedikit luka,”ujar Ken. “Hahahahaha... Tidak sia-sia Ayah melatihmu menjadi kuat,” kata Delice.     
Read more
19. Judi (1)
       Sekerumunan orang berkumpul mengelilingi meja bundar. Hanya saja, ada satu orang yang sedang geram sembari menatap kartu yang berceceran di atas meja. Ia duduk dalam ketidak tenangan.“Kau sedang meremehkanku?” gertak Renza.“Hahaha... Aku tidak perlu turun tangan untuk melawanmu,” ujar Teo.“Kau meminta mereka yang berhutang padamu karena judi untuk melawanku. Tapi kalau mereka kalah kau akan melipat gandakan hutang mereka? Kesepakatan macam apa ini?” teriak Renza.‘Posisi seperti ini menyulitkanku,’ batin Renza.       Renza merasa Teo tidak adil dalam hal ini. Dia yang membuka lebar secara terang-terangan tentang judi yang disahkan dalam SMA HG. Banyak sekali murid yang terperangkap. Tidak peduli itu murid laki-laki atau perempuan.       Kemenangan pertama membuat mata mereka buta akan k
Read more
20. Judi (2)
       Kesepakatan baru diantara Teo dan Renza. Di mana Renza akan mempertaruhkan dirinya sendiri, uang yang ia bawa dan juga black card miliknya. Sedangkan Teo, siap menghapus semua bunga atas hutang semua murid HG.“Kau sudah siap, Tuan muda Teo?” tanya Renza sembari menyeringai.Plak!“Akh!” pekik Renza. Arta tiba-tiba saja memukul kepala Renza tanpa alasan yang jelas. “Sialan! Apa yang kau lakukan? Kau sedang cemburu, sayang?” seru Renza sembari mengusap kepalanya.“Kalau main, ya main saja. Kau terlalu banyak bicara,” omel Arta.“Apa boleh buat. Ayo kita ulang permainan, karena aku muak melihat kalian bermesra-mesraan,” gertak Teo.      Babak pertama tidak ada yang membuka kartu. Tidak diketahui siapa pemenang yang sebenarnya. Permainan pertama dianggap sebagai pemanasan. Sekarang, enam orang yang terdiri dari Renza,
Read more
PREV
123456
...
32
DMCA.com Protection Status