All Chapters of Demon King: Chapter 31 - Chapter 40
46 Chapters
Leya The Saviour
Devon masih berdiri di depan jendela besar yang terletak di lantai dua. Di bawah, terdengar riuh suara para Greenwalds yang entah sedang membicarakan apa. Suasana di luar rumah persembunyian itu masih mencekam, hening dan putih pekat."Kabut putih yang mengitari distrik tempat persembunyian kita ini dibuat oleh Leya, Yang Mulia," ucap Valishka tiba-tiba. Dia muncul di belakang Devon dan memperkenalkan seorang gadis manis dengan kulit berwarna coklat terang, bermata hazel dengan rambut keriting spiral.Gadis yang diperkenalkan sebagai Leya itu membungkuk dalam-dalam kemudian meraih punggung tangan Devon dan menciumnya. Devon sedikit terkejut dengan tingkah gadis itu, namun tak menolaknya."Di ordo Boa, mencium tangan seperti ini sudah biasa untuk menunjukkan rasa hormat yang paling tinggi, Yang Mulia," tutur Leya seraya tertawa ceria."Ah, ma'afkan kelancangan saya," ucap Leya cepat saat melihat wajah Devon yang menatapnya tanpa ekspresi. Devo
Read more
Kill The Killer
Troy begitu bersemangat menaiki Orion. Baru kali ini dia menaiki mobil terbang mewah yang super canggih itu. Selama ini dia hanya bepergian dengan kendaraan berat miliknya, atau menumpang di kargo pesawat induk yang tentunya tak nyaman untuk dinaiki.Sementara Leya berada di aerocar milik Atlas. Sebelum berangkat, Valishka sempat menertawakannya, karena terlalu percaya diri bahwa Devon akan meminta Leya untuk duduk di Orionnya."Tetaplah fokus, Nona Leya. Perjalanan kita bukan untuk main-main," hardik Atlas yang sedari tadi mengawasi gadis manis itu.Leya mendengus kesal dan membuang muka ke jendela aerocar. Awan putih berarak mengikuti perjalanan mereka menuju Ordo Red Phoenix. Di depan, tampak Orion milik Devon menambah kecepatannya dan melesat hingga tak terlihat oleh mata. Atlas pun segera melakukan hal yang sama. Menyetting kendaraannya dengan kecepatan setara kecepatan suara.Di dalam Orion, Troy terlihat begitu panik. Tanpa sadar ia mencengkeram be
Read more
War Zone
Pria-pria berseragam di depan sana sudah dalam kondisi siap. Senjata-senjata laser mereka sudah terkokang dan hanya menunggu perintah untuk ditembakkan. Troy dapat melihat lencana perak di dada mereka, khas anak buah Robertson Hadar. "Apa kita boleh menyerang sekarang?" Tanyanya."Tunggu!" perintah Devon. "Aku akan melangkah lebih dulu. Kita lihat reaksi mereka," titah Devon. Baru satu langkah ke depan, Devon sudah dihujani tembakan.Leya memekik kencang. Dia mengira bahwa detik itu nyawanya akan tamat. Begitu pula Troy, dia tak akan sempat mempergunakan senjatanya, karena kecepatan sinar laser ribuan kali lebih cepat dari hujaman belatinya.Akan tetapi, Devon sudah memperkirakan itu semua. Bersamaan dengan gerak tubuhnya ke depan, Devon juga mengaktifkan pancaran gelombang elektromagnetik sehingga membentuk kubah perisai yang melindungi dirinya dan ketiga rekannya.Tembakan laser itu memantul ke segala arah. Beberapa tembakan memantul ke uda
Read more
String of Destiny
Bola-bola besi yang berjumlah sebelas buah, kesemuanya mengeluarkan asap dan tidak berfungsi, setelah salah satu bola itu retak dan memercikkan api. Yang paling mengejutkan baginya adalah pertemuannya kembali dengan gadis dalam mimpi. Gadis itu merangkak keluar dari dalam bola besi. Dengan susah payah, ia berusaha berdiri dan berjalan. Akan tetapi, sepertinya dia terluka, hingga terhuyung dan terjatuh tak sadarkan diri. Tanpa pikir panjang, Devon segera berlari menghampiri. Dia duduk berjongkok dan mulai mengamati gadis yang terbaring lemah di atas aspal itu. Pelipisnya berdarah dan tampak beberapa luka lecet di sekitar pipi dan leher. Akan tetapi, semua itu sama sekali tak mengurangi kecantikannya.  Devon tak sadar ketika tangannya seakan memiliki keinginan sendiri untuk menyentuh wajah indah itu. Telunjuknya menyusuri alis, kelopak mata, hidung dan berakhir di bibir. Bibir kemerahan itu terasa lembut dan kenyal, membuatnya hilang kendali. Logika Devon
Read more
Bella's Charm
Gadis itu menyibakkan rambut lurusnya ke belakang. Bulir-bulir keringat mulai muncul di keningnya. Dirinya mulai agak tenang ketika mengetahui kenyataan bahwa Devon juga memiliki keinginan yang sama dengannya, yaitu menghancurkan Dark Shadows, ordo penjajah yang berpura-pura menjadi pengawas semua ordo, dengan tujuan untuk mempermudah mengawasi semuanya. Mengawasi planet jajahan dan menancapkan kuku-kuku tajam mereka ke dalam bumi dan menghisap habis kekayaan serta sumber daya alamnya. "Bagaimana caranya kau bisa menggantikan Kaisar Agung? Apakah para Tetua yang memilihmu?" Gadis itu tak mampu lagi menyembunyikan rasa penasarannya. "Akan kuberitahu kalau kau memberitahu namamu," jawab Devon ringan seraya tersenyum. Tangannya sibuk memegang pisau lipat yang ia gunakan untuk mengupas akar-akaran yang merambat di tepian sungai. Leya mendengus kesal. Dia tampak tidak suka melihat interaksi Devon dengan gadis jelita di depannya itu. "Yang Mulia harus waspada. Dia
Read more
Green Smoke
"Ah, jadi kau putri dari perwakilan Kementerian Teknologi yang sempat memberiku sebuah catatan kecil beberapa waktu lalu," ujar Devon sambil tersenyum. Bellatrix mengerutkan keningnya, "Catatan kecil? Catatan kecil apa?" "Catatan kecil untuk memperingatkanku akan betapa bahayanya Ganymede Petrochinni," sahut Devon seraya mendekati gadis cantik itu. "Kurasa ayahmu tak terlalu buruk. Apakah menurutmu kami bisa berteman?" Gurau Devon. Lagi-lagi ia mendekatkan wajahnya pada wajah Bellatrix. Seakan ada magnet super kuat yang selalu berusaha menarik Devon untuk mendekat padanya. Bellatrix terlihat gugup, sehingga ia memundurkan tubuhnya beberapa langkah. "Pesawat sudah siap. Kita bisa bergegas sekarang sebelum semuanya terlambat," tukas Bellatrix sembari mengangkat dan mengepalkan satu tangannya ke udara dan diam beberapa saat. Pesawat siluman itu perlahan bergerak turun. Ia mendarat sempurna di atas tanah. Beberapa detik kemudian, sisi samping kanan dan ki
Read more
Black Sky
"Kalau begitu, tunggu apa lagi? Mari kita turun dan selesaikan semuanya saat ini juga!" ajak Troy yang mulai tak sabar."Mr. Troy," Bellatrix memandang lekat-lekat pada pria berambut panjang itu. "Jangan gegabah. Kita tak tahu apa yang sedang kita hadapi di bawah sana. Saranku, gunakanlah masker biohazard yang sudah kusiapkan untuk kalian."Bertepatan dengan berakhirnya kalimat Bellatrix, muncullah selang-selang putih panjang yang menjulur dari langit-langit pesawat. Di ujung masing-masing selang, terdapat masker biohazard berwarna hitam. Leya dan Devon saling berpandangan sebelum akhirnya mereka mengambil masker itu dan memasangnya di wajah.Setelah semuanya siap, lantai pesawat kembali berwarna keperakan dan terbuka perlahan. Bellatrix kemudian memasangkan sebuah benda bulat pipih berwarna hitam pada dada tiap orang. "Tekanlah bulatan itu dan kalian bisa melayang secara leluasa," ujarnya.Troy yang selalu tidak sabaran, mengiku
Read more
Troy, The Survivor
Devon berada dalam dilema. Jika dia hanya dalam posisi bertahan, entah sampai berapa lama rekan-rekannya akan sanggup berdiri bersamanya. Akan tetapi, jika Devon melawan, maka dia tidak akan bisa mengontrol kekuatannya. Bisa jadi seluruh makhluk yang bermutasi itu akan musnah dan Devon sungguh tak ingin itu terjadi.Dia selalu teringat akan ibunya ketika dia berhadapan ras asli penduduk bumi. Entah dia sanggup atau tidak untuk menahan beratnya rasa bersalah yang mungkin akan dia tanggung."Apa yang harus kita lakukan, Yang Mulia? Kami menunggu perintahmu!" seruan Atlas menyadarkannya."Kita tinggalkan tempat ini untuk sementara!" titah Devon seraya mengeluarkan perisainya yang membentuk kubah di sekeliling dia dan semua rekannya."Bagaimana dengan Troy? Kita tidak bisa meninggalkannya sendiri di sini!" protes Leya yang segera dijawab dengan gelengan kepala oleh Devon."Tidak ada waktu sekarang! Jumlah mereka terlalu banyak! Nanti aku akan kembali l
Read more
Hunted
"Lalu, dimana mereka sekarang? Kenapa tidak terlihat seorang pun makhluk monster itu?" Bellatrix menyapu pandangannya ke segala arah. "Itu nanti saja kita pikirkan. Kita bawa Troy dulu," Devon sigap mengangkat tubuh lemah Troy, memanggulnya di pundak dan memencet pin hitamnya. Ketiga orang itu pun kembali ke pesawat siluman.  Atlas menyambut mereka dengan raut cemas. Sementara Leya terpekik senang melihat Troy ditemukan dengan selamat, meskipun kondisinya lemah. Devon meletakkan pria itu hati-hati di atas kursi penumpang. Bellatrix menekan salah satu tombol di sisi kursi hingga sandarannya bergerak horizontal membentuk ranjang. Pandangan Bellatrix tak lepas dari wajah Troy yang pucat. Setitik kekhawatiran muncul dalam dirinya. "M-menurutmu apa dia akan berubah menjadi salah satu monster itu?" tanyanya ragu-ragu. "Apa yang mereka lakukan pada Troy?" Leya turut bertanya. "Mereka menggigitnya," sahut Devon pelan. "Semoga saja tidak ada efek
Read more
Become A Monster
Leya memencet sebuah tombol yang terletak di sisi ruangan. Dinding di hadapannya kemudian bergeser pelan. Sebuah layar datar berwarna putih muncul dari dalamnya. Sementara Valishka berdiri di sisi Leya, sudah siap dengan benda pipih transparan yang selalu ia bawa kemana pun itu.Ini adalah hari ketiga sejak Leya tiba di markas rahasia. Entah kenapa, saat itu Devon yang berada di darat, tiba-tiba memerintahkannya untuk kembali terlebih dulu tanpa dirinya dan Bellatrix. Atlas yang awalnya menolak, terpaksa menyetujui keinginan Devon. Bahkan Bellatrix telah mengatur titik koordinat dan mengaktifkan kemudi otomatis pesawat siluman sehingga kendaraan canggih itu terbang dan berhenti tepat di atas pusaran kabut pelindung bangunan markas.Fokus utamanya ketika tiba adalah melakukan perawatan terhadap Troy. Halusinasinya makin parah sejak ia digigit oleh makhluk monster, sehingga Leya terpaksa menyuntikkan obat penenang dan penghilang rasa sakit secara bersamaan. Kondisinya se
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status