Semua Bab Dilema Arini: Bab 21 - Bab 30
53 Bab
Pindahan
Keesokan harinya Arini sibuk mengemasi barang-barangnya dan memasukkannya ke bagasi mobil, sementara Badrun mengendong Arsy anaknya. “Arini, barang-barangmu sudah kamu masukan ke bagasi mobil semua tidak ada yang ketinggalan, kan, sudah siap semua,” tanya ibunya. “Seingatku sudah semua, Bu,” jawab Arini. “Gimana, semuanya sudah siap?” tanya Badrun sambil menyerahkan Arsy pada Arini. “Sudah, Mas, mau berangkat sekarang?” “Arsy jangan rewel ya, Nak, kata Badrun sambil mencium kening anaknya.  Ya sudah, kita berangkat sekarang.” “Ayo ibu masuk dulu, biar aku mengunci rumah,” kata Lasmi. Setelah Lasmi selesai mengunci pintu rumah lalu menyusul masuk ke mobil. Kemudian Badrun melajukan mobilnya. “Oh, ya, Mas, kemarin Mas bilang semua perabotan akan beli di sana semua,  berarti rumahnya kosong belum ada perabotannya sama sekali?” tanya Arini di dalam mobil saat perjalanan. “Enggak kosong, kemarin aku sudah n
Baca selengkapnya
Saat Lasmi sendirian
“Ya Allah, aku siap melewati  hidup ini, terima kasih atas kesempatan hari ini, Engkau masih memberiku kesempatan untuk melihat dunia dan melihat orang-orang yang aku cintai, beri aku kekuatan untuk melewatinya, ya Allah, terus temani aku dalam setiap langkahku, lapangkan hatiku dalam menerima segala ketetapanmu, amiin,” kata Arini menutup doanya. Kini statusku adalah istri ke dua dari mas Badrun, aku akan mencoba menerima statusku ini walau ini bukan kemauanku tapi takdirlah yang mempertemukanku dengan mas Badrun yang sekarang berstatus suamiku,” batin Arini sambil melipat mukenanya setelah menjalankan sholat shubuh. Di pagi hari ibunya Arini bangun lebih awal saat  subuh, dia langsung menuju ke dapur mencari ceret untuk memasak  air. “Mana ya ceretnya, oh, itu dia, ternyata suami Arini sudah membelikannya,” batin ibunya Arini. Mendengar suara di dapur Arini bangun dari rebahannya, dia pun kemudian berjalan ke dapur untuk memeriksanya.
Baca selengkapnya
Nasehat untuk Maya
Arini turun dari mobil untuk membuka pintu tapi pintu rumahnya terkunci. Thok ... thok ... thok ....” “Lasmi, Buka pintu!” teriak Arini memanggil adiknya. “Ya, Kak, sebentar,” jawab Lasmi. “Kok di kunci kenapa? “Enggak apa-apa, Kak, hanya untuk jaga-jaga saja, aku kan sendirian di rumah,” jawab Lasmi. “Tuh, tolong bantuin Ratih bawa barang belanjaan dari mobil,” suruh Arini pada adiknya. “Ya, Kak,” kata Lasmi sambil berjalan ke arah mobil. Sedangkan Arini masuk ke kamar untuk menidurkan Arsy. Tak berselang lama suaminya menyusul ke kamar. “Rin, maaf aku mengajakmu pindah ke kontrakan, tidak langsung mengajakmu pindah ke rumah baru seperti yang kamu inginkan,” kata Badrun. “Tidak apa-apa, Mas,” jawab Arini. “Apakah kamu, merasa senang,” tanya Badrun. “Asalkan, Mas, selalu ada untukku aku senang walau di rumah kontrakan ini. Oh, ya, Mas, ibu dan adik-adikku besok mau pulang, kalau bisa aku
Baca selengkapnya
Pengasuh baru
“Tidak pernah terpikirkan olehku untuk menjadi istri kedua, menjadi orang ketiga, bahkan menjadi perusak rumah tangga orang lain. Tapi keadaan membuatku harus menjadi seorang istri kedua. Namun selama ini aku terus mengalami konflik batin. Sejujurnya aku bukanlah seorang wanita yang jahat, yang tega merampas milik orang lain, tapi satu sisi aku juga membutuhkan mas Badrun, jujur aku mulai mencintainya.” Kadang aku sedih, karena aku jarang bertemu dengan mas Badrun, mungkin hanya sehari dalam seminggu aku bisa bersama mas Badrun dan aku mencoba untuk setia,” kata hati Arini. Kriing ... kriing ... kriiing ....” Terdengar dering telepon membuyarkan lamunan Arini yang sedang sendirian di rumah karena ibu dan adik-adiknya sudah pulang. Arini pun mengangkat telepon itu. “Hallo, ini dengan siapa?” tanya Arini saat menjawab telepon yang nomornya asing. “Hallo, dengan mbak Arini, ya, saya ibu Dani,” jawab ibu Dani. “Oh, ibu Dani, kirain siapa! Ada apa,
Baca selengkapnya
Bertemu Maya
Pagi harinya mbak Sari  datang ke rumah Arini untuk memenuhi pekerjaannya. “Mbak, ini Arsy kalau mau di mandikan dulu,” kata Arini sambil menyerahkan Arsy ke gendongan mbak Sari. “Iya, Mbak bawa sini,” kata  mbak Sari. “Nang ning nang ninggung, anak lanang bagus dewe," kata mbak sari saat menggendong Arsy. “Rin, aku berangkat kerja dulu ya! “Ya, Mas,” kata Arini sambil mencium punggung tangan suaminya. Mbak Sari yang melihat Arini mencium tangan suaminya berkata dalam hati. “Hah, ternyata lelaki yang aku lihat sore kemarin saat aku pulang ternyata suami mbak Arini, umurnya kok jauh sekali lebih pantas kalau dia jadi bapaknya, kenapa mbak Arini mau menikahinya, padahal mbak Arini cantik dan masih muda, ih merinding aku,” batin mbak Sari penasaran. Melihat mbak Sari yang bengong memperhatikan dirinya. “Mbak, Mbak?” panggil Arini. “Eh, ya mbak,’ kata mbak Sari kaget. “Mbak, nanti airnya ke
Baca selengkapnya
Sari ngegosip
Arini merasa seakan dirinya rendah karena statusnya merupakan istri kedua, apalagi dengan kedatangan Maya anak sulung Badrun yang memperlakukannya kurang sopan dan memandang rendah dirinya serta tidak menghormatinya sama sekali.“Apa aku ceritakan saja, ya, ke mas Badrun tentang kedatangan Maya ke sini, tapi aku takut hubungan mereka sebagai anak dan ayah akan menjadi renggang, aku tidak ingin itu terjadi,” batin Arini mencoba menimbang-nimbang perasaannya.“Kalau aku tidak cerita ke mas Badrun aku takut nanti Maya akan bertingkah semakin kurang ajar kepadaku,  saat mas Badrun tidak ada di rumah, sedangkan aku lebih banyak sendiri dan mas Badrun jarang pulang, dia harus membagi waktunya antara pekerjaan dan istri-istrinya.Arini bimbang antara harus menceritakan atau tidak kepada suaminya  tentang kedatangan anak sulungnya yang bernama Maya dan memperlakukannya dengan tidak baik.Sementara itu Sari pengasuh baru Arini sebelum p
Baca selengkapnya
Bisik-Bisik Tetangga
Dua bulan sudah Arini hidup di rumah kontrakannya. Hari-harinya sering di lewati dengan kesendirian, suaminya tak mesti pulang setiap hari. Setiap malam dia merasa kesepian hanya anaknya Arsy yang menjadi pelipur laranya. Sari pembantunya setiap sore pulang jadi tak ada teman bicara jika malam tiba. Senja sudah berganti menjadi malam, Arini baru menyelesaikan sholat isya.  Arini teringat dengan bapaknya kalau jam segini sering bercerita-cerita dan berkeluh kesah. Dia teringat kehangatan di keluarganya yang di rasa saat mereka berkumpul di rumah,  kini semua hanya tersisa kenangan, seiring berjalannya waktu kehidupan terus berjalan dan seseorang harus memerankan peranya dari Sang Pencipta dan mengikuti alur kehidupan. Arini memandangi wajah anaknya Arsy yang tertidur pulas, doa terus ia ucapkan pada Sang Pencipta untuk kebahagiaan anaknya, jauh di relung hatinya dia berharap ingin memiliki keluarga yang seutuhnya. Arini tidak tahu kalau dirinya jadi
Baca selengkapnya
Siasat ibu Diah
“Benarkah?” tanya Sari cemas, Sari merasa cemas jika dia Arini majikannya tahu kalau digosipkan menjadi istri simpanan dan lebih parahnya lagi di sebut pelakor karena ulahnya sendiri yang menyebar gosip itu. “Aduuh bagaimana,  ini?  Jika ibu Arini tahu kalau semua gosip itu aku yang menyebar, bisa gawat ini aku, bisa kehilangan pekerjaan lagi,” batin Sari sambil menggaruk  kepalanya yang tak terasa gatal. “Mu-mu-mungkin ibu salah dengar!” kata Sari mencoba memastikan omongan Arini majikannya. “Enggak aku jelas mendengarnya walau mereka berbicara dengan berbisik-bisik,” kata Arini. “huuuf,” Arini mendesah menghembuskan nafas beratnya. “ Kenapa mereka tega membicarakan diriku seperti itu, padahal mereka tidak tahu apa sebenarnya yang aku alami, kadang apa yang kita lihat tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi, mengapa mereka ngomong dan memvonis seseorang seenaknya sendiri tidak memikirkan perasaan orang yang di omongkan,” kata Arini.
Baca selengkapnya
Curhatan Arini
Merasa kesepian, sedih, kesal, cemas, gelisah bercampur aduk dalam perasaan Arini. Arini tidak bisa berbuat apa-apa dengan kehidupannya saat ini yang ada dalam pikirannya hanya pasrah pada sang pencipta. kerinduan yang mendalam pada ibunya, Arini pun menelepon ibunya. “Hallo! Assalamu’ alaikum, Bu,” kata Arini dari seberang telepon. “Hallo, walaikumsalam, Arini ada apa, Nak, malam-malam menelepon ibu? Tidak ada apa-apa kan, Rin? Arsy cucu ibu gimana sehat kan? Tanya ibunya. “Alhamdulillah, semua baik-baik saja, Bu, aku hanya kangen sama Ibu, bagaimana kabar di sana, Bu? Baik-baik saja kan? “Baik, Rin,” jawab ibunya. “Bu! “Iya ada apa, Rin? Arini menghela napasnya dengan berat. “ Bu! Terdengar isakan tangis Arini. “Ada apa, Nak, ayo bicaralah jangan kau pendam sendiri masalahmu,” kata ibunya mencoba mencari jawaban. Mendengar tangisan anaknya ibu Ida menjadi perasaannya cemas dengan keadaan Arini  anaknya yang sanga
Baca selengkapnya
Melihat rumah baru
“Tok ... tok ... tok! “Mbak Sari!” itu ada tamu, tolong bukakan pintu! Panggil Arini saat mendengar pintu rumah di ketuk seseorang. “Ya, Bu,” jawab Sari keluar dari dapur dan bergegas membuka pintu. Arini mendengar samar-samar Sari berbicara dengan seseorang laki-laki. “Siapa mbak Sari?” tanya Arini saat keluar dari kamarnya. “ini, Mbak, tukangnya bu Diah meminta izin untuk masuk soalnya dia disuruh untuk membangun kamar di belakang dapur. “Oh, ini maksudnya bu Diah apa sih, rumah masih ditempati kok dibangun, apalagi tukangnya nanti mondar-mandir di dalam rumah ini,” batin Arini. Melihat Arini terdiam. “Mbak! Gimana ini?” tanya Sari. “Ya sudah enggak apa-apa suruh masuk saja! Setelah mendapat izin dari Arini kedua tukang itu pun masuk dan melihat-lihat tempat yang akan di bangun kamar. “Loh, Bu, suami ibu sudah diberitahu masalah ini belum," tanya Sari. “Sudah, tadi malam," jawab Arini.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status