Semua Bab Laskar Dewa Sitija(Sang Yadawa Terakhir): Bab 11 - Bab 20
63 Bab
Terbentuknya Trajutrisna. Part 4
            Malam semakin larut api unggun di setiap perkemahan pekerja istana Trajutrisna masih banyak yang menyala. Raden Sitija masih duduk mendengar cerita Patih Prabakesha."Apakah Engkau lelah, Ngger...?..""Tidak Paman...Aku malah senang mendengarkan cerita Paman....bolehkah Aku minta ramuannya lagi Paman "kata Raden Sitija dengan mengangkat gelas tempurungnya"Hhha....hha...ha...silahkan Ngger....masih banyak dan masih hangat...."kata Patih Prabakesha sembari tertawa.Raden Sitija mengambil gayung lalu menuangkan di gelas. ."Aku Ingin  dengar Paman bercerita bagaimana Paman Werkudara dan Bibi Arimbi ketika pertama kali bertemu...?"Tanya Raden Sitija."Dimana ya. ..?Aku harus memulai ceritanya...Ngger..."kata Patih Prabakesha sambil menggaruk -garuk kepalanya."Aku  mendengarkan apapun yang paman ceritakan padaku, Aku tertarik tentan bagaimana cerita Paman Werkudara dulu menikahi Bibi Arimbi
Baca selengkapnya
Hyangyanawati
               Siang itu di pendopo istana Trajutrisna. para ksatria dari berbagai wilayah berkumpul. Tampak Sang Narendra Dwarawati Sri Khrisna didampingi Raden Sitija, Prabu Baladewa, Seluruh jajaran Pandawa.PrabuMatsyapati,beserta Putranya Resi Seta, Patih Udawa, Raden Wisata, Raden Wilmuka, Raden Arya Gunadewa, Raden Samba, dan yang terakhir Raden gatotkaca.Raden Sitija membuka gulungan dari kulit Rusa yang sudah digambari denah penyerangan kearah arak arakan menuju kerajaan Giyantipura."Salam kepada para Uwak,Paman, Kakang serta semua dimas yang ada disini"kata Raden Sitija menyatukan kedua tangannya sembari menundukkan kepala. Dan langsung dibalas oleh semua yang ada di dalam ruangan itu."Ini rencana yang akan Kita lakukan nanti 14 hari lagi.......Aku meminta satu Samu yang dibagi menjadi Dua Birudana pasukan....Birudana pertama akan menghambat arak arakan Prabu Bomabomantara dan Birudana kedua menuju Giyantipura.Me
Baca selengkapnya
Wijayakusuma dan Wijayamulya.
                           Wirata, Mandura dan Dwarawati sedang berduka.Kehilangan dua sosok Pemuda gagah. Raden Wisata dan Raden Arya Gunadewa. Prabu Baladewa merenung tidak habis pikir sambil terus menggeleng -gelengkan kepalanya. Dia melihat sendiri putra dan keponakannya berusaha melindunginya dari usaha penculikan terhadap Patih Kismaka.Tapi nasib berkehendak lain,Sang Putra dan Keponakannya harus meregang nyawa di tangan Prabu Bomabomantara.              Raden Guritno yang juga berada disitu masih menunggui mayat kedua Kakak sepupunya.Menunggu Sampai Nang narendra Khrisna datang.Hanya Sang Narayana saja yang bisa diharapkan guna menghidupkan mereka kembali.Kemudian Mereka dikejutkan oleh suara lengkingan Burung elang raksasa yang baru mendarat di halaman Istana Wirata. Raden Sitija dan Wilmuna tiba disitu dan langsung menghormat pada uwaknya Prabu Baladewa.
Baca selengkapnya
Prabu Arimbaji.
                                           Raden Sitija menuju arah gandamadana. petilasan para leluhur sang ayah Sri Narendra Khrisna. Dia berangkat bersama Sang ayah pagi ini. "Ngger apakah kau sudah siapkan ubarampenya...?.""Sudah kanjeng rama.....""Kita akan berkuda saja,Menuju kearah Gandamadana karena letaknya tidak cukup jauh...."Kata Sang Narendra Khrisna pada Putranya. Raden Sitija Tersenyum dan menganggukkan kepalanya.               Para Abdi dalem mempersiapkan kuda -kuda istana mereka memasangkan pelana dan tali kekangnya. "Apakah Kanjeng Sinuwun Narendra dan Sinuwun Pangeran  butuh penunjuk jalan...."kata Seorang Abdi dalem sambil duduk bersimpuh dengan menyatukan kedua tangannya. "Tidak perlu Paman,Kami tahu arahnya hanya beberapa jangkah dari sini.silahkan Pam
Baca selengkapnya
Wijayakusuma dan Wijayamulya. Part 2
            Pemandangan Wana Goasiluman ketika siang dan malam sangat indah pohon -pohon rindang bertebaran. Satwa -satwa liar ketika siang mencari sumber kehidupan baik makan dan minum yang disediakan oleh alam. walaupun banyak bahaya tak terlihat berada di dalamnya.              Raden Sitija,Senopati Prabakhesa,Aditya Pancatyana dan rombongan pasukan Pringgondani sudah berada di dalam wana. banyak kabut menghalangi pandangan hampir menutupi penglihatan mereka."Berhentiii....."kata Patih Prabakesha memberikan isyarat dengan tangannya."Aku akan mencari pohon besar dan melihat dari atas....,harusnya Kita sudah Sampai di Goa Siluman...."sambung Aditya Pancatyana. "Paman.,......apakah Paman -paman semua bisa mengguanakan ajian meringankan tubuh....?"Tanya Raden Sitija pada rombongan pasukan pringgondani"Bisa. ....Sinuwun..."kata semuanya. "Kalau begitu Aku dan Wilmuna akan kea
Baca selengkapnya
Terbentuknya Trajutrisna. Part V
                Pagi itu  Terlihat sangat cerah seperti biasanya .Para pekerja bangunan istana mulai melakukan tugasnya. Tinggal sedikit lagi pembangunannya akan segera rampung. Raden Sitija dan  Sang Ayah berjalan -jalan ditemani oleh Patih Prabakesha beserta Aditya Pancatyana, Aditya anchakagra, Aditya Yayahgriwa, Aditya Maudara dan tak ketinggalan Aditya Amisundha."Sebentar lagi Trajutrisna akan selesai Kanjeng Rama .."kata Raden Sitija.Sang ayahpun tersenyum sambil menepuk bahu sang putra."Padahal waktunya lebih cepat dari yang dibayangkan...."kata Patih Prabakesha."Ini masih hari ke enam puluh,Kita beruntung punya Saudara -saudara yang mau membantu Kita..."Tiba -tiba dari arah depan Raden Guritno menghadang dan langsung memberi hormat pada mereka."Ada apa Adi.....?"Tanya Raden Sitija. "Kakang menurut Teliksandi jangkarbumi. Dalam jangka enam hari Kita akan mendapatkan sera
Baca selengkapnya
Neraka di Tunggurana
                Jutaan Pasukan dari berbagai kerajaan sekutu dari berbagai bangsa.baik manusia,bangsa Raksasa,bangsa Siluman ular,Siluman air dan para penunggang naga mulai bersiap -siap menyambut kedatangan serangan balasan yang akan dilancarkan kearah Trajutrisna. Raden Sitija, Raden Wisanggeni, Raden Wisangkhanta, Raden Guritno, Raden Antareja, Raden Antasena dan Raden Srenggini memohon pamit pada para Ayah mereka. yaitu Sri Narendra Khrisna, Raden Janaka dan Raden Werkudara di balairung istana Trajutrisna."Apakah ada yang bisa Aku suruh lagi mendampingi kalian, Ngger....? "kata Sri Khrisna pada Putra dan para Keponakannya."Kalau boleh Hamba meminta Adi prabakusuma dan Adi Wilugangga untuk ikut dijajaran depan bersama Kami Kanjeng Rama..."kata Raden Sitija."Aku disini Kakang..!."kata salah satu Ksatria keluar dari barisan pemanah. "Aku juga,ada disini,Kakang..!"Ada suara lain dan ada satu lagi sosok ksatria yang keluar d
Baca selengkapnya
Kematian Bhoma
                 Prabu Narakasura dan Prabu Bomabomantara Tercengang melihat apa yang terjadi dan dialami oleh jutaan pasukan milik mereka. Baru kali ini Mereka yang biasa nya tak bisa dikalahkan. Ternyata hanya dalam hitungan arah matahari yang sampai keubun ubun pasukan Prajatista dan Surateleng yang biasanya  beringas seakan tidak memiliki daya. Ketika dibantai oleh pasukan lawannya. Pasukan Prajatista dan Surateleng yang biasanya membantai kini seolah terbalik oleh keadaan.              Jeritan -jeritan kesakitan menghadapi ajal dari pasukan Prajatista dan Surateleng. Seolah kutukan yang diberikan oleh para dewa atas kelakuan yang pernah mereka lakukan.  Bau daging terbakar dari mayat prajurit yang hangus. Jutaan raga tak utuh berserakan. Baik dari kaum para Raksasa dan manusia disana.                   Sementara pasukan lawa
Baca selengkapnya
Prabu Narakasura
                    Di Singgasana Prajatista duduk termenung seorang Raja yang kehilangan segalanya. Dengan Gada besar penuh duri  bersandar di balik Singgasananya.Malam kian temaram dengan raut muka penuh murka Sang Raja mencoba tetap tenang. Tampak dari kejauhan Sesosok pemuda membawa tiga Kepala Manusia yang masih segar dengan darah menetes di setiap lantai berada pada genggaman tangan kirinya.Tombak prajurit di tangan kanannya melangkah menuju kearah sang Raja.Lalu Sang Pemuda melemparkan Kepala -kepala manusia itu dibawah kakinya. "Hha...hha...hha...Ternyata hanya Seorang bocah ingusan yang bisa membantai semua pasukan Prajatista dan membunuh Kakangku Bomabomantara.Siapa namamu, Ngger...?,Apa kau puas dengan ini semua..?"Seru Sang Raja pada Sang Pemuda. "Narakasura...Namaku adalah Sitija Putra dari  Pratiwi dan Sri khrisna.Aku tahu kau dan Bomabomantara merencanakan sesuatu yang buruk pada kerajaa
Baca selengkapnya
Misteri Bomabomantara
              Lalu Sri Khrisna kembali di tengah tengah semuanya. Dan Sang Narendra meminta ma'af dengan menghormat."Tidak mungkin satu negara dipimpin oleh dua orang Raja dengan Nama dan gelar yang sama?"kata Raden Guritno."Apakah mungkin jika Paman Prahasta dijadikan alat untuk jadi kambing hitam oleh Prabu Bomabomantara yang asli..."kata Raden Wisata."Bisa Jadi demikian.Waktu penyerangan di arah Tunggurana.Aku melihat ada kejanggalan...!"sambung Raden Wisanggeni."Pada waktu itu Aku tidak menoleh kearah Patih Prahasta.Sebab Aku tahu dari fisik dan perawakannya.Ketika Aku hampir melukainya dengan sentilanku,Aku terbang kearah atas.  disitu ada hampir dari Separuh atau lebih Pasukan Raksasa.Ikut menanggalkan senjatanya bersama -sama pasukan jalma(manusia).Aku menaruh kecurigaan kemungkinan ada Pemimpin lain yang mengendalikan keberadaan Mereka.Disekitar tempat itu, Aku yakin pasti Prabu Bomabomantara yang asli
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status