Share

Terbentuknya Trajutrisna. Part 4

            Malam semakin larut api unggun di setiap perkemahan pekerja istana Trajutrisna masih banyak yang menyala. Raden Sitija masih duduk mendengar cerita Patih Prabakesha.

"Apakah Engkau lelah, Ngger...?.."

"Tidak Paman...Aku malah senang mendengarkan cerita Paman....bolehkah Aku minta ramuannya lagi Paman "kata Raden Sitija dengan mengangkat gelas tempurungnya

"Hhha....hha...ha...silahkan Ngger....masih banyak dan masih hangat...."kata Patih Prabakesha sembari tertawa.

Raden Sitija mengambil gayung lalu menuangkan di gelas. .

"Aku Ingin  dengar Paman bercerita bagaimana Paman Werkudara dan Bibi Arimbi ketika pertama kali bertemu...?"Tanya Raden Sitija.

"Dimana ya. ..?Aku harus memulai ceritanya...Ngger..."kata Patih Prabakesha sambil menggaruk -garuk kepalanya.

"Aku  mendengarkan apapun yang paman ceritakan padaku, Aku tertarik tentan bagaimana cerita Paman Werkudara dulu menikahi Bibi Arimbi...."kata Raden Sitija.sambil  tersenyum.

"Ini ada daging rusa panggang yang sudah dipotong -potong kecil -kecil  dan diberi bumbu Ngger tadi dikasih sama Pekerja dari Warga Tunggurana..."sambung Patih Prabakesha memberikan wadah kuali besar yang berisi irisan -irisan daging.

Raden Sitija pun mengambil sepotong lalu dimakannya

"sambil mimil.....biar Kita tidak cepat mengantuk.....hha....hha...hha..."sambung Patih  Prabakesha.

Raden Sitija hanya tersenyum melihat kelakuan Pamannya. ..

"Dahulu kira -kira hampir Empat puluh  tahun yang lalu Ayahku Prabu Trembaka menjalin hubungan baik dengan Ayah para Pandawa....yaitu Prabu Pandhu Dewanata..yang waktu itu menjadi Raja dikerajaan Hastinapura.Tapi karena sebab yang tidak diketahui ujung permasalannya Mereka berselisih paham. Dan akhirnya persahabatan yang Mereka bina selama bertahun -tahun harus berakhir Ngger.Itu terjadi ketika Aku masih kecil.Hingga akhirnya terjadi peperangan antara Kerajaan Pringgodani dan Hastinapura. Perang itu tidak hanya memakan Korban tapi juga merenggut nyawa Mereka berdua. Dua Orang Sahabat itu mati bersama tanpa diketahui alasannya. Dan tidak hanya itu ngger Dewi Madrim ibunda dari Dua Kembar Pandawa yaitu Pamanmu Raden Nakula dan Raden Sadewapun ikut meninggal dalam kejadian itu.Kejadian itu membuat Pringgodani dan Hastinapura berduka. Kakangku Raden Arimba Ayah dari Prabu Arimbaji  yang pada waktu itu masih sangat muda dipaksa naik Tahta. Dendam kesumat pun lahir dalam hatinya pada Anak keturunan Pandhu. Tetapi dendam itu berubah ketika tahu Kakang Mbok Arimbi mendapat wisik dari Batara Narada. Jika kelak Dia akan menjadi salah satu Istri dari pandawa. Yang akan ditemuinya di dalam hutan Wilayah Pringgodani. Mendengar Kakang Mbok seperti itu. Maka Kakang ku pun tidak tega lalu Mereka pun pergi ketengah hutan. Dia melupakan dendamnya. Akhirnya sampailah di sebuah goa Mereka pun bermalam disitu. Pada waktu itu Kakang ku merasa lapar. Walaupun disembunyikan perasaan itu tapi Kakang Mbokku yang tau sifat Kakang ku. Akhirnya Dia bergegas untuk mencari makanan. Dan ketika berusaha mencari makanan. Tanpa terduga Kakang Mbokku bertemu dengan Sosok yang sangat Gagah Perkasa, Bertubuh tinggi dan tegap ditengah hutan. Kakang Mbokku mencintai Sosok itu yang tak lain adalah Kakang Bima atau Kakang  Werkudara. Pada waktu itu Kakang werkudara sangat kaget. Dikira Kakang Mbok ku mau menyerang keberadaan Pandawa dan Ibundanya Dewi Kunthi Tanubrata. Tapi dengan rendah hati Kakang mbok ku malah melamar Kakang Werkudara  ..haha...hha. .ha. ..mungkin Kakang Mbok ku cantik di kawasan pringgodani. Tapi bagi manusia,.seperti Kakang Werkudara waktu itu ya lari terbirit -birit. Akan tetapi ketika Kakang Bima lari malah dicegat oleh Kakang ku. Yang merasa Kakang Bima telah melecehkan Kakang Mbokku, Akhirnya terjadi pertempuran antara Kakang Arimba dan Kakang Werkudara. Kakang Mbok ku yang ketakutan akhirnya juga lari mencari keberadaan Ibunda Kakang Werkudara Dewi  kunthi tanubratadan pandawa lainnya. agar bisa melerai pertikaian mereka Ngger. Tapi terlambat Kakang Arimba akhirnya meregang nyawa di tangan Kakang Werkudara. Dan Ibu Kunthi pun meruwat Kakang Mbok ku hingga jadi Wanita Manusia sempurna.Sampai sekarang. Tapi pada waktu Kakang Arimba sekarat dia sempat berpesan agar Kakang Werkudara mau menikahi Kakang Mbokku. Dan Kakang Werkudara menyanggupinya. Hari. sudah sangat larut ngger. ...sebaiknya Angger Masuk kedalam. biar kan Saya berjaga. ..nanti pasti Guritno kemari. .."kata Patih Prabakesha mengakhiri ceritanya.

"Iya Paman.....besok juga ada pertemuan. .apa Paman mau ikut?"

"Jangan dulu Ngger Aku dan Adi Pancatyana harus menyelesaikan istana ini tepat waktu...."

"Baiklah Paman terimakasih atas jamuannya..."Raden Sitija lalu beranjak pamit dengan menyatukan kedua tangannya. Sembari menunduk Pabakeshapun membalasnya. Akhirnya Semua kembali Lengang. Dingin yang merebak mengantarkan banyak Makhluk untuk merebah. Gatotkaca melihat sekeliling Trajutrisna dari atas awan.

...........................

              Pagi itu pengerjaan istana dimulai lagi. Patih Prabakesha dan Aditya Pancatyana sebagai pemimpin pekerjanya.Baik dari kalangan Manusia dan Para Raksasa saling bantu.-membantu agar pengerjaan Istana cepat selesai tepat seperti waktu yang ditentukan.

Prabu Baladewa berjalan -jalan di pinggiran hutan Tunggurana, Dia menghirup udara segar pagi sambil menata nafasnya. Lalu Dia mengeluarkan Tombak Alugara. Tombak berwarna Merah bermata dua Atas dan bawah .Pertama Prabu Baladewa  membuat putaran -putaran kecil. Suara putaran Tombak seketika berubah seiring kecepatan yang dilakukan oleh Prabu Baladewa seperti suara dengungan ribuan Tawon. Prabu Baladewa membuat putaran Tombak yang seperti Topan, Tombak itu berputar cepat Lalu  diarahkan ke dua sisi kiri dan kanan secara bergantian Hempasan Putaran Tombak  menerpa tanah terdengar Seperti Angin puting beliung yang bisa menerbangkan apa saja yang berada Didepannya.

                 Semakin lama semakin cepat hingga banyak Debu yang  mengitari Tubuhnya.

Tidak hanya itu kadang juga Sang Prabu  memukulkan alugara ketanah bertubi -tubi. Hingga terdengar seperti bunyi -bunyi ledakan yang menggetarkan Bumi. Ketika sampai ke Sebatang Pohon  Beringin Sang Prabu memutar -mutar ujung Tajam tombaknya dan seperti suara dengungan jutaan tawon yang memekakkan telinga. Semakin lama putaran ujung tombak alugara semakin kencang kearah Pohon. Ujung Tombak Alugara pun bisa membuat lubang menganga di pohon beringin. Prabu Baladewa menarik Alugara dan segera menyatukan kedua tangannya. Kemudian Sang Prabu memejamkan mata dan mengatur pernafasannya.

                Tampak dari kejauhan Raden Sitija melihat dan mengamati Sang Uwak yang berlatih kanuragan. Lalu Raden Sitija pun beranjak mendekati Sang Uwak.

"Selamat pagi Uwak Kakrasana......."kata Raden Sitija sambil menghormat menyatukan tangannya sambil membungkukkan badan kearah Prabu Baladewa.

"Pagi Ngger......Ada apa Nakmas Sitija?.."jawab Prabu Baladewa sembari membalikkan badan menghadap keponakannya.

"Nanti siang apakah Uwak dan Paman Werkudara  bisa ke pendopo istana?"

"Hha....hha....hha....tentu saja Ngger.....iya nanti Aku ajak Adi Werkudara dan Paman- pamanmu dari semua Pandawa berikut Kakangmu Wisata, Wilmuka beserta Adik-adikmu

Ngger...Pradjumna,Gunadewa dan Samba,Mereka baru datang dari Mandura....dan mungkin nanti siang Mereka sudah berada disini..."

"Terima kasih Uwak....Kakrasana...."

"Apakah Kau tidak mau mencoba ini....."kata Prabu Baladewa sambil melemparkan alugara kearah Raden Sitija.

Sitijapun langsung menangkap alugara sambil menimang -nimangnya dengan sebelah tangan kanannya

Prabu Baladewa pun bertepuk tangan melihat kelakuan ponakannya.

"Kau Sungguh Luar biasa Ngger. .......padahal Alugara itu sangat berat....bahkan untuk Orang biasa saja Dia tidak akan mampu menimang -nimangnya seperti Kamu Ngger. .....hha. ...hha. ..hha. .. mengangkatnya saja meskipun mempunyai kekuatan sekelas Dewa.Akan berpikir dua kali untuk menimang Alugara. ...bahkan putra -putraku sendiri. ....tidak akan sanggup. ... "

"Terimalah ini kembali Uwak "kata Raden Sitija kepada Uwaknya Prabu Baladewa sembari mengembalikan alugara dengan kedua tangannya.

"Apa Kau tidak mau mencobanya....Nanti siang akan kuambil...."Kata baladewa berlalu dari hadapan Sitija. ..melompat dengan tinggi menggunakan ilmu meringankan tubuhnya....meninggalkan Raden Sitija sendiri di pinggiran hutan Tunggurana..

Raden Sitija mulai menirukan gerakan -gerakan Uwaknya. Dia mengingat -ingat semua yang dilihatnya. Raden Sitija pun mulai mengayun -ayunkan dengan memutar  tombak alugara pertama sangat pelan kemudian semakin lama semakin cepat. Raden Sitija  melakukan gerakan yang digunakan Prabu Baladewa tadi dengan sempurna. ..bahkan tenaga yang dihasilkan dari putaran  tombak Sitija lebih kencang daripada sang Uwak. Suara tombak itu berdengung -dengung seperti badai. Sitija membuat putaran sangat kencang kearah depan, kanan, kiri dan kebelakang. Kemudian Dia melompat sangat tinggi hingga hampir menembus awan dengan kemampuan meringankan tubuhnya.

             Sambil terus membuat putaran tombak Alugara. Raden  Sitija  melihat dari atas pemandangan yang sangat indah.Hingga terlihat istana Trajutrisna yang sedang dibangun.Raden  Sitija menambah sedikit demi sedikit bebannya agar bisa kembali turun dengan menggunakan putaran tombak bermata Dua Alugara sebagai terpaan anginnya.  Dia melandai pelan diatas tanah kembali kearah pinggiran hutan. lalu kembali pulang  ke istana Trajutrisna. ......

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status