All Chapters of TRAPPED IN PAST LOVE: Chapter 81 - Chapter 90
127 Chapters
Bab 81
 Caca tiba di rumah tepat setelah azan isya. Dia bergegas mandi. Setelah selesai gadis itu langsung berganti pakaian santai dan duduk menghadap ponsel sambil memegang gitar."Hai guys, kayaknya udah lama gue nggak live IG ya?," ucapnya setelah menyalakan kamera.Baru beberapa menit tapi penontonnya sudah mencapai puluhan ribu."Sebenernya gue capek sih karna baru pulang, tapi ... gue juga kangen kalian. Kangen dunia tipu-tipu hahaha ...," ujarnya diakhiri tawa ringan."Oh iya, malam ini gue pengen nyanyi, tapi bingung mau nyanyi apa. Ada yang mau request gak?"You are the reason dong, Kak. @Aizamaya Admesh, jangan lupakan aku. @RizkyIf the world was ending dong. @Zia_00Caca mengangguk-angguk."Ini malam minggu tapi kelihatannya kalian pada galau ya? Em ... sorry, tapi gue pilih komentar yang pertama ya, bentar pindah ke piano dulu," ucapnya kemudian berdiri dan membawa ponselnya ke arah piano berwarna putih
Read more
Bab 82
 Tiba-tiba muncul Dafa dari arah samping, kedua laki-laki berwajah serupa disana menatapnya dengan pandangan tidak suka. Tanpa malu-malu dia mengambil sosis bakar yang berada di piring Caca lalu memakannya. "Ngapain lo kesini?" Tanya Gara dengan ketus. Dia segera mengamankan makanan adiknya. Kalau mau biar Dafa buat sendiri, enak saja dia yang masak tapi laki-laki itu yang makan. "Suka-suka gue, sama tetangga sendiri aja pelit," balas pemuda berkaos putih itu setelah mendengus kesal. Caca diam saja, mulutnya sibuk mengunyah udang yang baru diberikan Arga. "Minta dong, Ca," pinta Dafa dengan bibir manyun. Gadis itu tak menggubris. "Pelit lo semua," dengus Dafa seraya mengambil jagung mentah dan sepiring daging sapi mentah lalu berjalan ke arah Arga. Kalau minta yang matang tidak boleh maka dia akan memanggang sendiri sebanyak mungkin. "Diundang kagak, disuruh makan juga nggak, main nyelonong aja," si
Read more
Bab 83
"Ini dipisah kan, Bun?" Tanya Caca setelah memecah semua telur ke dalam mangkok. Walau sering membuat kue tapi tetap saat ini dia harus bertanya, soalnya kalau salah 'kan sayang semua bahannya, posisinya juga hanya membantu. Fenti yang sedang menuang tepung pada campuran susu dan minyak menoleh padanya, "iya, habis itu jangan lupa dikasih gula," ucapnya. Caca mengangguk, lantas melakukan apa yang wanita paruh baya itu anjurkan. Caca lalu mengocok putih telur dan gula hingga mengembang. "Udah, Bun," ucapnya. Fenti mengangguk, kemudian mencampurkannya dengan adonan yang telah dia buat. Diaduk hingga rata dan dimasukkan ke dalam piping bag lalu diperas diatas loyang. "Caca masukin ini ke oven ya, Bunda mau manggil Dafa dulu. Dari tadi dia belum makan," ujarnya setelah menghentakkan loyang agar adonan sedikit melebar. "Oke, Bun," balas Caca dengan senang hati. Sudah lebih dari 5 menit Fenti pergi, namun belum kembal
Read more
Bab 84
 Gadis berhoodie hitam itu melajukan motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Sejak keluar dari rumah Naya, dia merasa ada yang mengikuti. Beberapa motor berwarna senada dengan miliknya terus membuntuti, bahkan hampir mencegatnya. Mana jumlah mereka banyak lagi. Perempuan itu segera menyalip mobil merah dan beberapa pengendara lain. Beruntungnya jalanan kini sedang tidak terlalu ramai. Caca jadi bingung sendiri, mau menelfon abangnya tapi tidak mungkin sambil mengendarai motor, kalau mau berhenti sama saja menyerahkan diri. "Si*l! Gue harus gimana nih?" Gumam Caca dibalik helmnya. Berkali-kali dia menoleh ke belakang untuk memastikan jarak mereka berjauhan. Kebetulan di depan sana ada pertigaan, Caca langsung menambah kecepatan motornya. Saat sudah mendekati pertigaan gadis itu kembali menoleh sebentar, namun naasnya dia tidak sadar jika dari arah kanan sebuah taksi melaju dengan kecepatan yang sama tinggi. Ciit
Read more
Bab 85
 Mereka berpandangan tidak percaya. Sahabat? Jadi benar jika selama ini sahabat yang dirahasiakan Caca adalah Dafa, orang yang sudah mereka duga. Dan si kembar Darmajaya yang selalu mereka gosipkan karena pesonanya ternyata adalah saudara Caca, abang kembar pernah teman itu ceritakan. Astaga, lucunya takdir ini? Ah, rasanya ketiga gadis itu ingin berteriak dan meminta penjelasan pada Caca, sayang beribu teman saya masih terlelap entah sampai kapan. Ya, sekarang Caca mengalami koma.
Read more
Bab 86
"Naura mantan kamu, Dafa ...," ucap Fenti dengan geram. "Emang mantanku ada ya yang namanya Naura?" Akhirnya kepalan tangan Fenti mendarat juga di kepala anaknya. Gini nih kalau kebanyakan mantan, namanya saja sampai lupa. "Makanya kalau punya mantan jangan banyak-banyak." Dafa meringis kesakitan. Dia memegangi kepalanya sambil mengingat nama yang diucapkan sang bunda. Naura. Mantan yang mana? Yang seperti apa rupanya? Ah, kenapa perempuan ribet banget sih? Kalau putus harusnya ya putus saja, terima nasib. "Udahlah, Bunda mau duduk di samping Caca aja. Disini sama kamu bikin darah tinggi Bunda kambuh." Fenti segera bangkit dan berpindah ke samping brangkar gadis yang telah ia anggap anak sendiri, mau dianggap mantu tapi Dafa tidak mau menghalalkan. "Bunda tau dari siapa kalau yang mau celakain Caca itu mantanku?" Fenti menoleh, menatap sang anak dengan pandangan jengah. "Arga tadi yang ngomong," ucapnya.
Read more
Bab 87
 Sudah beberapa hari Caca sakit dan publik mulai geger karena postingan akun HiDFY, juga ketiga membernya yang menandai akun Caca sambil mengucapkan get well soon. Dafa juga melakukan hal yang sama, mengunggah foto tangan Caca dengan ucapan cepat sembuh dan diakhiri emoticon love.  Banyak yang mengomentari dengan doa agar cepat sembuh. Entah orang-orang itu bersungguh-sungguh atau tidak yang jelas sore ini keadaan Caca sudah membaik. "Makasih karna udah nunjukin perubahan yang baik, aku tau kamu pasti kuat. Cepet bangun ya, Ca, nanti aku anterin kemanapun kamu mau," ujar Dafa yang duduk di samping brankar gadis itu. Tangannya terulur untuk menggenggam jemari sang sahabat yang terasa dingin. Hah, Dafa menghela napas kasar. Mending diomeli daripada ditinggal sakit begini. "Heh pendek, nggak ada niat buat bangun apa? Nanti aku ajakin ke kebun binatang deh biar bisa ketemu temen kamu," ucapnya dengan lesu. Yang dimaksud teman ole
Read more
Bab 88
"Enggak ada Caca gini kok jadi sepi ya? Padahal kalau ngumpul dia juga nggak banyak omong," ujar Naya. Saat ini dia tengah berkumpul di ruang tamu apartemen Fey. Menonton televisi sambil makan snack. Caca memang tidak banyak bicara, tapi gadis yang paling muda diantara mereka itu akan berisik jika bagian makanannya diambil Naya atau Kiara. "Sepi banget, kita lagi ngumpul bertiga tapi berasa hambar aja gitu. Dari tadi juga sibuk sendiri-sendiri, nggak ada yang ngobrol, nggak ada yang bener-bener merhatiin TV," balas Fey setelah menenggak minuman kalengnya. Lalu secara tidak sengaja mereka berdecak berbarengan. Ketiganya saling berpandangan, kemudian terkekeh. Fey menyugar rambutnya ke belakang. "Padahal baru hari ini kita nggak datang jenguk Caca, tapi rasanya udah kangen ... banget," sahut Naya. "Karna walaupun datang, kita tetep nggak denger suaranya," jawab Kiara. "Lo pada di spam DM nggak sih?" Ujar Fey dengan pandangan yang fokus p
Read more
Bab 89
 Dafa mempercepat makannya, Fenti dan Dio yang melihat hal itu menjadi tersenyum dan menggelengkan kepala. "Nggak usah buru-buru,makanannya nggak bakal Ayah minta kok," celetuk Dio membuat gerakan tangan Dafa berhenti sesaat. Pemuda itu menggeleng, dia kembali memasukkan makanan ke dalam mulutnya. "Biar cepet habis terus cepet ke rumah sakit," balasnya dengan mulut penuh makanan. "Awas kesedak," peringat Fenti. Baru saja bibirnya mengatup, tiba-tiba .... "Khuk ... ukhuk ...." "Nah, kan. Bunda baru selesai ngomong lho." Wanita itu segera menyodorkan segelas air. "Walaupun makanan kamu habis tapikan makanan Bunda sama Ayah belum. Emang kamu mau le rumah sakit sendiri?" Cetus Dio sambil menepuk punggung anaknya beberapa kali. Dafa menggeleng, dia baru ingat kalau mau pergi bareng orang tuanya. Percuma dong dia makan tergesa-gesa, sedangkan orang tuanya saja makannya seperti siput. "Ayah sama Bunda kala
Read more
Bab 90
"Gimana Bang, udah ketemu yang punya akun kemarin?" Tanya Dafa pada laki-laki yang baru selesai lari pagi. Arga yang hendak membuka pagar rumahnya mengurungkan niat, dia memilih berjalan kearah Dafa yang sedang mencuci motor. "Udah, masih ada hubungannya sama Jenny," balasnya. "Jenny?" Arga mengangguk. "Lo masih ingat Carla?" Tanyanya dengan lirih. Dafa mematung sesaat, dia jelas mengingat Carla. Sosok gadis kecil yang dulu juga menjadi sahabatnya. Kalau Caca anak yang manis, sedangkan Carla bersifat keras dan judes. Lalu apa hubungannya antara Jenny dengan Carla? "Ternyata yang nabrak Carla masih saudaranya Jenny, lebih tepatnya pamannya," papar Arga membuat Dafa tersentak dari lamunannya. "Lo ngomong kayak gini ... ada buktinya kan, Bang?" Tanya Dafa dengan hati-hati. Arga menghela napas, dia sangat tau seperti apa tersiksanya Dafa dan Caca saat itu. Apalagi Caca yang melihat kejadian tragis tepat di d
Read more
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status