37. Aira's
“Sungguh dari relung hati paling dalam, aku sangat ingin menolongmu.”—Ridwan ***Ridwan duduk di balkon kamarnya seraya melihat bintang yang bersinar terang malam ini. Sekepulangannya dari rumah bu Adila, miris, hatinya benar-benar gundah gelebah mendengar rintihan pilu Aira. Gadis kecil itu harus menangis lara akibat emosi ayahnya sebab dirinya pulang terlambat. Ridwan beberapa kali harus memejamkan matanya kala itu sebab tak tahan mendengar suara tangis Aira walau samar dari arah belakang rumahnya. "Aira," gumamnya sendu. Lantas Ridwan melihat layar ponselnya yang tertera foto Aira yang ia ambil secara diam-diam kala di aula. "Aku berharap … kehidupan kamu yang sebenarnya tak seperti kak May dulu!" Ridwan memejamkan matanya lantas berkelana pada kisah mediang kakaknya dulu yang harus mendapatkan siksaan fisik maupun batin dari kedua orang tuanya yang sekarang telah menelan pahitnya penyesalan.
Baca selengkapnya