All Chapters of DIBUAT BANGKRUT ISTRI: Chapter 51 - Chapter 60
62 Chapters
Bab 51
POV ANTON Aku baru tahu kabar meninggalnya Bang Roel, itupun karena saat ini aku ke Jakarta untuk berbelanja. Kaget, sangat kaget. Wajar aku tidak tahu karena aku pun kehilangan nomor mereka. Saat Vina mengirim pesan, Juwita salah paham. Dia tuduh aku mau kembali pada Vina. Alhasil ponselku diambil dan di lempar ke sungai dekat rumah. Sedangkan kartu yang menyimpan kontak mereka juga ada di ponsel itu. "Turut berdukacita ya, Yudh. Aku bener-bener nggak tahu," ucapku pada Yudha. Hari ini aku berada di toko Bang Roel. Aku salah satu langganan dia sekarang. Semenjak aku buka usaha sendiri, barang Bang Roel lah yang paling banyak aku jual terutama daster. Itu sangat laku keras. "Terimakasih Bang Anton. Tak apa, ini sudah tiga bulan kepergiannya." "Umur orang kita memang tidak pernah tahu, Yudh." Sambil menunggu Yudha menyiapkan barang, aku kembali termenu
Read more
Bab 52
POV Yudha "Abang….!" teriaknya berlari menghampirinya di depan pintu. Beberapa kali aku mengucek mata ataupun menampar pipiku sendiri. Bang Roel berdiri di depan pintu persis. Ini memang dia atau hanya halusinasiku? "Bang!" panggilnya lagi dengan tangis. Mereka berpelukan. Bagaimana mungkin ini terjadi? Bang Roel menangis memeluk istrinya dan mengecupi pipinya. Tangis mereka tumpah di sana. Aku berteriak memanggil Mama dan Papa. Ini seperti mimpi. Bagaimana mungkin orang yang sudah dikubur bisa hidup kembali dalam keadaan sehat, bugar seperti ini? Hanya saja masih ada perban di kepalanya. Kak Rani terus menangis dan memegangi pipi suaminya itu. Meraba setiap inci wajahnya. Setelahnya, perempuan itu kembali masuk ke dalam pelukan pria itu. Tangis keduanya tumpah hingga mereka sama-sama bersimpuh.  
Read more
Bab 53
POV ROEL Flashback Aku kaget saat siuman seorang perempuan cantik tengah menggenggam tanganku. Perlahan aku pegang kepala yang terasa sakit. Oh iya, aku baru sadar saat itu ada truk bermuatan besar yang oleng. Sehingga menyebabkan kecelakaan beruntun. Dari arah yang berlawanan, truk itu menghantam mobilku dan juga pengendara sepeda motor. Mungkin juga kendaraan di belakangku. Hantamannya sangat kuat. Saat kepalaku terbentur kaca, saat itu juga sesuatu mengalir deras di kepalaku dan semua terasa gelap. Aku tidak sadar lagi setelahnya.  "Kamu siapa?" tanyaku saat itu. "Ini aku, Sayang. Istri kamu," lirih perempuan itu dengan bibir gemetar.  "Istri?" tanyaku. Perempuan itu mengangguk sambil menangis. Wajahnya terlihat t
Read more
Bab 54
POV RANITiga minggu berlalu, kami kembali menjalani kehidupan dengan normal. Namun, entah kenapa, aku teringat akan orang tua kandung suamiku. Tersirat di benakku untuk mengajaknya silaturahmi ke tempat mereka. Meski bagaimanapun, mereka tetaplah orang tua kami. Kami tidak boleh menyimpan dendam. Mungkin mereka ingin singgah kesini tapi ada perasaan segan. Tidak ada dendam sih, waktu itu suamiku juga bilang akan tetap menjaga silaturahmi dengan mereka. Mungkin suamiku lupa dengan janjinya. Ah, dia pun juga manusia biasa yang perlu diingatkan. Atau larut pada kebenaran tentang Dion yang telah meninggal dunia. Ya, semenjak dia tahu karyawannya itu meninggal dalam kecelakaan, ia merasa sangat bersalah. "Bang, hari ini kita pergi ke rumah Ibu dan Ayah yuk. Kasihan mereka masih dalam suasana berduka. Kita juga t
Read more
Bab 55
POV RANI  Pagi ini kami sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama. Ini kali pertama aku masak di tempat mertuaku. Ya, mereka juga mertuaku. Karena merekalah Bang Roel terlahir. Cintia pagi ini terlihat sangat manis dan penuh senyum. Wajahnya yang teduh lagi ayu, membuat kedamaian sendiri bagi orang yang menatapnya.   "Yudha  sama Afi mana?" tanya Bang Roel.   "Mungkin sebentar lagi turun dari kamar," jawab Cintia. Wanita itu mulai menyusun piring di meja makan.   "Bagaimana keadaan dia?" tanya Bang Roel.   "Alhamdulillah baik. Semalam sebelum tidur juga mau menghabiskan susunya. Dibujuk oleh Mas Yudha," ujarnya lembut. Tutur suara perempuan itu terdengar halus lagi menenangkan.  
Read more
Bab 56
POV VINAAku tak menyangka kembali bertemu dengan Rani dalam keadaan yang sangat memprihatinkan seperti ini. Aku malu … sekarang aku sangat lemah. Hari ini kau merasakan sakit luar biasa terutama di bagian alat vitalku. Dapat kurasakan sesuatu mengalir deras seperti perempuan yang tengah mengalami menstruasi. Tapi bukan darah. Melainkan nanah. Apakah ini balasan atas perbuatan yang kulakukan? Bang Roel, dia terus menjauh sambil menutup hidung. Mungkin bau yang ditimbulkan ini memang sangat menyengat? "Mas bagaimana?" tanya Rani. "Bagaimana apanya? Tidak mungkin kita yang antar dia ke rumah sakit. Vina sangat kotor. Dan ya, di dalam juga ada anak-anak. Nggak mungkin kita ajak Vina masuk ke mobil. Kamu kasih duit saja biar dia bisa ke rumah
Read more
Bab 57
 POV RANI Hari terus berlalu seiring berjalannya waktu. Setelah beberapa bulan ini, sejak bertemu dengan Vina, aku tidak pernah lagi mendengar kabar tentangnya. Terakhir dia mengabari sudah berada di kampung dan sampai saat ini tidak pernah lagi memberi kabar. Nomor yang digunakan untuk menghubungiku juga sudah tidak pernah aktif lagi. Pernah aku coba hubungi untuk menanyakan kabarnya, tapi tidak bisa. Apapun itu, semoga saja keadaan Vina membaik. Diangkat segala penyakitnya supaya bisa menjalani hidup dengan baik. Dalam beberapa bulan ini banyak yang terjadi. Sekarang Damar dan Wulan sudah berusia 7 bulan. Keduanya tumbuh sehat. Mereka sudah bisa mengucapkan kata mama atau papa, juga sudah mulai bisa tengkurap, dan bahkan berguling untuk berpindah dari satu sisi tempat tidur ke sisi lainnya. Pokoknya aku dan Bang Roel benar-benar tidak mau melewati masa lucu
Read more
Bab 58
POV CINTIA "Jangan melamun, Nak. Apa yang kamu pikirkan? Kenapa seperti hilang konsentrasi?" sapa Ibu mertua saat aku tengah membuat sarapan pagi ini. Aku tersenyum pada mertuaku sambil menggenggam tangannya.  "Tidak ada, Bu. Setelah berpikir semalaman, memang ada baiknya aku mencoba membuka diri untuk menerima Mas Yudha," ujarku lirih. Tak kusangka ku lontarkan juga kata-kata ini.  "Alhamdulillah. Memang sebaiknya begitu. Terlebih Afi pun sudah sangat dekat dengan Yudha," ucap Ibu. 'Bukan hanya dekat, Bu. Tapi Afi bilang sosok Ayahnya ada pada Yudha. Aku tidak boleh egois. Tidak menutup kemungkinan jika suatu saat Yudha bisa bersama orang lain, lantas bagaimana dengan Afi. Aku tidak mau itu kembali terjadi. "Iya, Bu," ucapku coba tersenyum sambil membawa nasi go
Read more
Bab 59
POV RANI Malam ini seperti biasa kami berkumpul di ruang tamu. Hujan sedari siang tadi masih belum berhenti. Justru semakin deras. Sudah pukul delapan malam Yudha belum juga pulang. Begitupun dengan Dita. Ponsel mereka tidak aktif sama sekali. Kemana mereka pergi.  Ting … nong ….! Terdengar suara bel berbunyi. Segera ART kami berlari membukakan pintu. Mungkin Yudha dan Dita.  "Assalamualaikum!" ucap Dita.  "Walaikumsalam!" jawab kami serempak. Segera adik Iparku itu berjalan menghampiri kami.  "Baru pulang?" tanyaku.  "Ya, Mbak. Tadi aku mampir dulu di restoran makan. Hujannya bikin male
Read more
Bab 60
Pov Rani "Bang aku kok gak bisa tidur ya? Kepikiran nasib Vina," lirihku karena mataku masih terjaga. Bang Roel langsung mengusap rambutku dengan lembut dan mencium pucuk kepalaku.  "Iya. Abang juga kasihan. Doakan saja yang terbaik. Apa kita coba tengok ke kampung halamannya?"  "Ide bagus tuh, Bang. Tapi anak-anak kasihan kalau harus dibawa pergi jauh. Pasti mereka kecapekan, Bang," ujarku.  "Iya juga sih. Besok Abang bicarakan dengan Yudha," ujarnya.  "Dia lagi malam pertama pasti, Bang." "Abang juga mau malam pertama kita diulang. Boleh?" ijinnya sembari menatap dalam mataku.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status