Lahat ng Kabanata ng Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya: Kabanata 41 - Kabanata 50
244 Kabanata
Bab 41 Harus Bayar Sewa
"Kamu boleh membenciku, Davinka, karena telah memperlakukan tubuhmu dengan buruk," ucap pria itu tulus. Dia memang tidak seharusnya melakukan hal ini kepada Davinka. "Tidak apa-apa Tuan, Seperti yang Anda katakan, tubuh ini milik Anda. Saya hanya ngontrak di dalam sana," Davinka cemberut saat mengatakan itu, hingga membuat Sanjaya ingin tertawa terbahak-bahak melihat wajahnya yang lucu. Sanjaya memagut bibir Davinka dan menyesapnya sebentar karena gemas dan membuat mata wanita itu terbelalak lebar karena tidak percaya dengan aksi dadakkannya. "Tuan …," Protes Davinka. "Kamu harus membayar sewanya, Davinka!" tegas pria itu tanpa tahu malu. Davinka merengut, haruskah jiwanya ini terbebas dari raganya agar tidak membayar sewa. Akhirnya, dia mencoba negosiasi. "Tapi saya sudah tidak punya uang, Tuan. Saya belum gajian," Davinka menunduk karena frustasi, "bulan ini saya gak dapet bonus," ujarnya lagi terdengar sangat lirih. Semakin gemas, Sanjaya kembali mengangkat dagu Davinka, da
Magbasa pa
Bab 42 Yudha adalah Ancaman
'Eh, kayaknya si Sanja ketinggalan di kamar atas. Sekarang yang ada di depan gue Tuan sanjaya yang sombong!' "Baik, Tuan," jawab Davinka akhirnya tanpa berani menatap wajah Sanjaya.Sanjaya merapihkan kursi roda agar Davinka dapat menikmati sarapannya dengan mudah."Habiskan sarap—"Ucapan Sanjaya terhenti saat suara Reno yang lucu memanggil Davinka dengan penuh antusias."Mommy Tante!" Seru anak itu sambil berlari ke arah Davinka, sedikit menjinjit agar dapat mencapai pipi Tante barunya saat sudah dekat.Davinka paham akan mau bocah itu, sedikit membungkuk agar Reno dapat meraih pipinya dan mendaratkan bibirnya yang basah."Celamat pagi Mommy Tante!" seru anak kecil itu. Senyum cerah terlihat di wajahnya yang cabi."Selamat pagi, Sayang …." Balas Davinka sambil mengelus rambut hitam legam Reno.Sanjaya melongo, sekarang dirinya sudah benar-benar tergantikan posisinya oleh Davinka di hati keponakannya yang tampan i
Magbasa pa
Bab 43 Om Daddy Jahat
Sandy mulai melakukan apa yang minta oleh Tuannya. Memanggil desain interior dan mulai membuat janji. Siang itu Sandy seperti melihat Tuannya telah hidup kembali. Walaupun wajahnya terlihat datar, tapi matanya sangat bercahaya, menunjukkan apa yang tersirat dalam hatinya. Setelah mengkelm, Davinka sebagai Davin-nya, Sanjaya mulai tidak sabar untuk segera menemui wanitanya itu. Dia ingin pekerjaannya segera selesai dan menjemput Davin-nya di rumah Rasty. "Sandy, telepon Rasty, minta dia untuk menyiapkan Davinka dan menjauhkannya dari Reno agar anak itu tidak menghalangi Davinka saat pulang," ujar Sanjaya tanpa mengalihkan pandangannya dari berkas yang sedang dia baca. "Baik, Tuan." "Pastikan, Pak Pudin mendapatkan target untuk pengiriman ke Semarang Rabu ini. Kapal kita sudah kembali, kan, dari Kalimantan?" tanya Sanjaya ingin semuanya selesai hari ini. Sanjaya tidak bisa lepas begitu saja tanggung jawab pada peleburan besi tua yang dirintis dari nol pada pemimpin baru yang dit
Magbasa pa
Bab 44 Tambah Masa Puasa
Melihat kesulitan Davinka, Sanjaya memindahkan tubuh Reno pada pangkuan wanita itu dan melihat wajah keponakannya yang bahagia.Reno langsung menghujani seluruh pipi Davinka dengan air liurnya, padahal tubuh mungilnya belum sepenuhnya duduk di atas panggung Davinka. Anak itu begitu mencurahkan kasih pada wanita yang baru dia kenal hingga siapapun iri melihatnya.Hati Davinka menangis karena haru mendapat perlakuan manis dari Reno. Bolehkah dia membawa pulang anak ini?Dengan merangkum wajah mungil Reno yang menggemaskan, Davinka mulai bicara dengan lembut, memberikan nasihat pada anak itu agar makan dengan baik."Reno harus banyak makan supaya sehat dan ketemu Tante lagi, mau, kan?" tanya Davinka yang berakhir dengan kecupan hangat di pelipis anak dalam pangkuannya."Oke, Mommy Tante. Nanti bobo bayeng Eno, yaa?" Pinta anak itu yang belum dipenuhi oleh Davinka.Davinka kembali mengangguk dan mencium pipi cabi Reno sebelum mengembalikan anak
Magbasa pa
Bab 45 Devin, Mamah Rindu
Davinka mulai membabi buta memukuli dada Sanjaya dengan kepalan tangannya. Pria ini pasti sudah melakukan sesuatu yang kejam pada Yudha-nya hingga membuat mantan suaminya berada disini. Sanjaya mencekal kedua pergelangan tangan Davinka dan menghempaskannya dengan kasar, sorot matanya jelas menunjukkan ketidak sukaan. "Aku bisa melakukan apapun yang aku mau, Devinka. Seperti apa yang ada dalam benakmu saat ini. Mengubur Yudha hidup-hidup!"  "Apa maksud, kamu? Apa kamu—" Davinka membekap mulutnya. Dia menjawab sendiri pertanyaannya. "Kamu bunuh mas Yudha?!" Tuduh Davinka. Wanita itu semakin menghujami Sanjaya dengan banyak pukulan. Akan tetapi, Sanjaya kembali menahan pergelangan tangan Davinka dan mendorong tubuh wanita itu. Dengan tatapan keji Sanjaya mencengkram rahang Davinka. "Mulai sekarang berhati-hatilah dengan lidahmu dan berhenti menyebut nama pria itu!" Setelah mengatakan itu Sanjaya langsung keluar dengan membant
Magbasa pa
Bab 46 Siapa yang Lebih Dia Cintai?
Mata sayu Davinka mulai terbuka dengan bibirnya yang masih terus meringis karena menahan sakit."Tuan …," panggil Davinka dengan suaranya yang serak.Davinka menatap Sanjaya bingung. Suara yang memanggilnya tadi seperti sudah sangat dia kenal. Tapi, saat matanya terbuka di depannya bukanlah seorang yang dia kenal di masa lalu atau bayangan almarhum suaminya."Devin?" tanya Davinka dengan suaranya lirih."Ya, dia ada di hadapanmu," ujar Sanjaya menenangkan."Tuan … Tuan, tau Devin?"Sanjaya mengangguk, "Dia anak kamu. Kamu mau ketemu dia, kan?" 'Kok dia tahu? Siapa yang kasih tahu?'Davinka hanya diam tanpa kata. Sanjaya bisa melakukan apapun, bukan? Lebih baik tidak usah bertanya.Dia hanya memegangi kepalanya yang masih berdenyut hebat, tapi sebisa mungkin ditahannya."Apa sudah selesai?" tanya Sanjaya lagi saat tidak mendapat jawaban apapun. Sanjaya ingin membawa Davinka dari pem
Magbasa pa
Bab 47 Bodoh dan Ceroboh
Devinka menggeliat saat merasakan tangan kekar melingkar manis di atas perutnya. Davinka pikir pria ini tengah mengabaikannya mengingat perkataan sengit di dalam mobil dan sikap acuhnya. Tapi ternyata, dia tidak memberi ruang sedikit pun untuk dirinya bergerak saat ini. Pria itu memang tertidur lelap, tapi begitu mengintimidasi dan menguasai tubuhnya. Devinka berusaha menyingkirkan lengan kokoh itu. Akan tetapi, pria ini tidak bergerak sedikitpun. "Diamlah Davin, ini masih terlalu pagi untuk bangun!" dengus Sanjaya saat merasa tidurnya terganggu oleh ulah Davinka. Padahal dirinya baru saja terlelap. "Tuan, saya ingin ke kamar kecil. Hanya sebentar, saya janji," pinta Davinka. Sanjaya menguap lebar sambil mengeluh. "Seharusnya mereka menaruh pispot atau baskom di bawah tempat tidur! Tetap disana!"  Masih dengan mata mengantuk Sanjaya menuruni ranjang. Devinka tidak senang mendengar perkataan pria itu, dirinya tidak
Magbasa pa
Bab 48 Kami Berbeda
"Dia …." 'Dia gak sama, sama gue. tapi kenapa Tuan Sanjaya selalu nyebut nama dia pas nyentuh gue? Jelas ini gak masuk akal, kami berbeda!' Devinka benar-benar bingung membandingkan kesamaan antara dirinya dengan paras cantik berlesung pipi di bingkai itu. Lesung pipinya memang tidak sedalam wanita itu, tinggi hidung mereka terlihat berbeda. Yang tidak dapat Davinka enyahkan adalah sorot mata dan bibir sensual itu yang sama persis seperti miliknya. Tapi bagaimana Sanjaya bisa menyamakan mereka berdua? Jelas mereka sama sekali tidak mirip. Devinka terus menatap bingkai itu dan mengkopi dalam benaknya agar dia bisa membandingkan dengan wajahnya sendiri yang jelas sangat berbeda jauh. Suara Nani yang dingin mengenyahkan lamunan Davinka hingga membuat tubuhnya sedikit tersentak. "Pergi ke belakang!" ujar pelayan Nani dengan penuh penekanan di setiap katanya. "Tuan yang akan memutuskan apa hukuman dari kecerobohanmu!" ujar pelayan Nani lagi. Wanita itu sangat terlihat marah. Pelayan
Magbasa pa
Bab 49 Yang Mengacung
"Baiklah akan saya maafkan. Tapi lain kali jika saya melihat kamu memikirkan pria lain tanpa izin dari saya. Bersiaplah untuk menghadiri pemakamannya!" Ancam Sanjaya terlihat tidak main-main. Kaki Davinka sedikit gemetar membayangkan kekejaman pria itu. Devinka sempat berfikir bahwa sebenarnya hati Sanjaya sangat lembut tapi sekarang setelah mengetahui semuanya, hati Sanjaya lebih keras daripada baja. "Baik, Tuan. Terima kasih," jawab Davinka yang hampir menangis dan menumpahkan air matanya hanya karena ancaman sanjaya yang keji. "Pergilah ke kamarmu, nanti saya menyusul!" ketus pria itu lagi sebelum pergi. Davinka masih menatap sinis punggung Sanjaya. Pria selalu bersikap semaunya. Sedikit tertatih, Davinka mulai berjalan ke kamarnya di lantai dua. Dia sama sekali tidak tahu apa yang akan ditugaskan oleh Sanjaya, saat ini Davinka hanya ingin membersihkan diri sebelum pria itu menganiayanya. Sepanjang siang Davinka lelah karena telah mengitari rumah mewah itu yang memiliki banyak
Magbasa pa
Bab 50 Miyak Zaitun
Mata Davinka terbelalak lebar saat Sanjaya mengarahkan tangannya pada kejantanan pria itu yang seperti menantang dirinya. "Sentuh, Davinka. Dia sudah sangat merindukanmu!" lirih pria itu. Melihat benda besar seukuran lengannya yang pernah memuaskan intinya membuat Davinka sedikit ngeri merasakan benda keras namun lunak itu kini berada dalam genggamannya. Namun, yang membuatnya heran, intinya berkedut seolah menyambut kejantanan Sanjaya yang terlihat begitu gagah dan perkasa. Bulu mata wanita itu berkedip beberapa kali, tanda dia sedang grogi. "Ba-bagimana caranya, Tuan?" tanyanya lirih. "Pijat dengan tanganmu dan maju mundurkan, puaskan dia dengan bibir dan payudaramu, Davinka!" pinta Sanjaya menjelaskan. Pria itu semakin mencondongkan tubuhnya, menarik dagu Davinka dan melumat bibir itu lembut. Sanjaya semakin liar menjelajahi isi dalam mulut Davinka dengan lidah dan bibirnya yang tipis. Sementara wanita yang sedang Sanjaya sentuh han
Magbasa pa
PREV
1
...
34567
...
25
DMCA.com Protection Status