Semua Bab Terjebak Nafsu Tuan Sanjaya: Bab 61 - Bab 70
244 Bab
Bab 61 Diandra Tdak Boleh Mati
Davinka mengerang dalam ketidakberdayaannya, menatap Sanjaya dengan marah. Pria ini semakin aneh dengan semua tuduhannya. 'Dasar gila!' "Saya berharap begitu, Tuan. Mungkin saya tidak perlu ada di sana dan bertemu dengan Anda," ujar Davinka dengan wajah datar. Jawaban Davinka sama sekali tidak membuatnya merasa puas. Pria itu lalu bersandar pada kepala ranjang dan membuatnya senyaman mungkin. Dari ujung matanya, Sanjaya melihat tubuh Davinka sedikit berayun dan menggoyang tubuh kecil Reno dalam dekapan wanita itu. 'Davinka sangat lembut, naluri keibuannya sangat terlihat nyata.' Dalam diam Sanjaya memperhatikan semua tingkah Davinka. "Kenapa?" tanya Sanjaya memecah kesunyian. Dia tidak suka merasakan kesunyian tanpa nikotinnya. Tapi mau bagaimana lagi, di sini ada Reno, dan anak itu sangat ketakutan. "Apa Anda yakin mau mendengarnya? Davinka bertanya balik. Ia hanya tidak ingin pria itu kembali marah-marah dan membuat Reno ketakutan. Dan benar saja, belum apa-apa pria itu berdec
Baca selengkapnya
Bab 62 Penggugur Janin
Seolah mendukung. Siang itu mendadak langit berubah mendung dengan butiran-butiran air hujan yang sangat tajam menghujani punggung Sanjaya yang tengah bersimpuh dengan kedua telapak tangan menutup wajahnya. "Diandra!!" Teriak Sanjaya berulang kali memanggil nama istrinya. Teriakan itu sama kencangnya dengan suara petir yang tengah mengamuk di langit sana. Awalnya dia pikir Diandra-nya hanya marah hingga setiap panggilan telepon yang dia lakukan tidak pernah tersambung sejak 3 hari yang lalu ketika dirinya mengabaikan puluhan panggilan yang dilakukan oleh Diandra ditengah meeting yang berlangsung. Para pelayat berhamburan pergi, mengabaikan Sanjaya yang masih meraung-raung menangisi istrinya. Siapapun tidak akan ada yang mampu menghapus duka pria itu. Seolah berkata, 'biarkan pria itu mengutarakan kemarahannya pada alam. Jika bukan saat ini, kapan lagi!' "Ahhhh… kamu tidak boleh pergi Ra, tidak boleh!" Sanjaya bangun dan merusak semua karangan bunga yang berjejer rapi hingga tak
Baca selengkapnya
Bab 63 Dia tidak Pantas
"Kenapa kamu pergi, untuk apa?" tanyanya semakin memilukan. Sanjaya tidak percaya Diandra meninggalkannya begitu saja. Selama bertahun-tahun pacaran, Diandra tidak pernah sekalipun selingkuh dan mengeluh akan rumah tangga mereka. Tidak, Sanjaya tidak akan percaya begitu saja Diandra pergi dengan laki-laki lain! Beberapa orang kepercayaan Hardian meminta para pelayat segera membubarkan diri dan meninggalkan kediaman putranya. Walau bagaimanapun ini adalah aib keluarga yang tidak bisa dipublikasikan, walau kenyataannya memang demikian. Menantunya pergi dengan pria lain dan terpanggang di dalam mobil yang sama. "Seharusnya kamu tidak pergi, jangan pergi, kenapa pergi!" Sanjaya berulang kali mengucapkan pertanyaan dalam benaknya. "Karena dia tidak mencintaimu. Dia memilih untuk mengejar pari lain?" Sambung Venti dengan kejamnya. Wanita itu melemparkan tumpukan foto dihadapan Sanjaya. Dengan tangan gemetar Sanjaya meraih tumpukan foto dan mulai membukanya. Foto pertama begitu mengej
Baca selengkapnya
Bab 64 Dia Bukan Pelacur
"Dia bukan pelacur, Mah. Dia wanitaku, apa mamah juga mau memisahkan kami?" ujar Sanjaya dengan suara dingin. Selain ingin mengenyahkan bayangan Diandra, Sanjaya juga ingin selalu membuat Venti marah karena mengunjungi rumah bordil. Tapi ibunya selalu diam dan tidak pernah mengatakan apapun, tapi apa ini? Sekarang ibunya kembali mengurusi kehidupannya."Itu karena dia tidak pantas?""Lalu siapa yang panas, bagiku hanya Diandra yang pantas untuk mendampingi hidupku!" Sanjaya tahu, ibunya ini tidak akan pernah menyerah untuk membuatnya menderita."Laura, menikahlah dengan Laura. Dia wanita baik, dia juga sudah menyelamatkan nyawa Mama," pinta Venti dengan suara lembut. Kali ini Sanjaya harus menuruti keinginannya. Toh wanita sialan itu sudah mati, dan wanita yang ada di rumah ini, ia bisa mengatasinya dengan mudah."Satu-satunya wanita yang berhak menjadi Nyonya Sanjaya hanyalah Diandra, selain wanita itu tidak akan ada yang berhak
Baca selengkapnya
Bab 65 Wanita tidak Adil
Wajah Davinka langsung memerah saat detail tubuh Sanjaya kembali terlintas di benaknya. Otot-otot pria itu yang sangat sulit dicengkram dengan tetesan air yang masih mengalir melintasi setiap lekuk tubuhnya, V line yang menuju pusat kenikmatan gagah dan menantang. Davinka bisa gila jika kembeli membayangkan hal itu. Dia sama sekali tidak ingat seperti apa struktur tubuh almarhum suami ataupun Yudha. Tapi milik Sanjaya, Davinka dapat membayangkannya tanpa harus berusaha keras untuk mengingat setiap detailnya.Melihat Davinka yang sudah melihat kegerahan. Sanjaya mendekat, berjalan gontai ke arah ranjang dan duduk disini Reno."Reno mau, kan jadi anak yang penurut?" tanya Sanjaya pada anak itu, dan syukurnya, Reno mengangguk. Sanjaya melanjutkan perkataannya, "Daddy dan Mommy harus pergi kerja, Reno sama Mama Rasty dulu, yaa? Nanti sabtu dan Minggu Reno boleh bobo di sini lagi," ujar Sanjaya yang langsung mendapat sorakan."Yehh, bobo cama Mommy lagi!
Baca selengkapnya
Bab 56 Sesapan Nikmat
Sanjaya mengunci kedua tangan Davinka diatas kepala dengan satu tangan, sedang tangan lainnya mulai mencari sesuatu yang sangat ingin dia sentuh. Menggenggamnya, mengarahkan ke dalam mulut dan mulai menyesapnya kuat, si pemilik tubuh dibuat menggelinjang hebat karena sesapan kecil yang Sanjaya lakukan. Sanjaya terus menjilati, memutarinya sampai puncaknya mengeras laksana strawberry yang sangat menggiurkan. "Aku suka milikmu ini, Davin," ujar Sanjaya yang sepenuhnya sudah dikuasai oleh kabut gairah. Mendengar sepenggal namanya dipanggil, jiwa Davinka melambung tinggi dengan taburan kelopak bunga mawar yang membanjiri hatinya. 'Apa wanita itu sudah benar-benar tiada hingga kini Tuan Sanjaya menyebut namaku dengan desahan yang terdengar indah,' ujarnya lirih disela kenikmatan yang tengah dia rasakan. Sanjaya terus memainkan puncak payudara Davinka dengan bibirnya yang basah, menyesapnya, menjilatnya, dan sesekali menggigitnya kecil hingga membuat tubuh Davinka yang berada di bawah
Baca selengkapnya
Bab 67 Mau Mandi Bersama?
Davincka menyeringai saat melihat kepuasan diwajah Sanjaya. Pria itu bahkan berkali-kali memuji dirinya. 'Apa Tuan Sanjaya juga mulai menyukaiku?' tanyanya penuh harap. Bagaimana Davinka tidak berharap sepertinya Wanita itu sudah benar-benar tergila-gila terhadap pesona Sanjaya. "Benarkah saya sahabat itu, Tuan?" Devinka bertanya dengan suaranya yang serak. Semakin menggoda Sanjaya dengan bibirnya yang kini sudah membengkak akibat gigitan dan lumatannya. Sanjaya bahkan masih ingin menggigit dan menggigitnya lagi tanpa henti. Bibir merah merekah Davinka sangat menggodanya, menariknya seperti magnet. "Hemm, mau mandi bersama?" tanya Sanjaya akhirnya. Dia ingin menyentuh wanita itu dengan gaya yang berbeda. Devinka hanya mengangguk, dia bisa melakukan apa lagi selain mengiakan semua permintaan pria itu. Menolak pun percuma, bukan? Sanjaya pasti akan mengingatkan dirinya bahwa tubuh ini hanyalah milik pria itu. Sanjaya langsung menggendong tubuh Davinka seperti bayi koala yang mende
Baca selengkapnya
Bab 68 End-end
"Ingin lagi, hemm?" Pria itu bertanya dengan suara yang masih serak karena menahan sisa gairah yang masih terpendam. Bukannya menjawab Davinka malah balik bertanya dengan senyum sensualnya yang begitu indah. "Apa, Tuan ingin lagi? Seperti tadi!" Davinka sudah menyentuh kejantan pria itu yang masih mengacung tinggi tanpa dipinta Sanjaya. Merasakan kenikmatan dari jemari Davinka yang memijatnya lembut membuat pandangan Sanjaya kembali kabur. Pria itu kembali mendorong tubuh Davinka kedinding dengan menekan lehernya sampai kepala wanita itu terangkat dan menatap Sanjaya penuh damba. Davinka tahu, Sanjaya tengah menahan hasratnya setengah mati. Wajah pria itu sangat merah karena gairah. Namun, gerakan Sanjaya berikutnya membuat Davinka kecewa. Pria itu meninggalkan dirinya dibawah guyuran shower yang mulai terasa dingin. Melangkah beberapa langkah meninggalkan dirinya. 'Sial, dia nolak gue!' Davinka hanya melirik pria itu dari sudut matanya. Kecwea dengan tindakan Sanjaya yang mengaba
Baca selengkapnya
Bab 69 Emang Aku Bihun?
Dari menyipitkan matanya, kini Sanjaya sudah melotot, siap menghancurkan apapun. Jika sampai Si Jepang itu menyentuh Davinka sedikit saja, maka bisa dipastikan pria itu tidak akan bisa pulang ke negaranya. "Kenapa harus end-end?" tanya Sanjaya geram hingga mampu membuat tubuh Atik gemetar. "Untuk mendapatkan ikan kakap, terkadang nelayan butuh umpan yang lebih besar," tukas Davinka terlihat acuh. Wanita itu jelas memancing kemarahan Sanjaya. Davinka hanya ingin tahu seberapa besar Sanjaya peduli terhadapnya. Gadis di hadapan Davinka seperti tengah berfikir, gadis itu hanya diam mematung dengan pandangan ke bawah. 'Apa Atik merasa takut?' Dua Minggu dipimpin oleh Bosnya ini, baru kali ini Atik mendengar nada tidak suka, bahkan sekarang tangan bosnya ini mengepal kuat dengan buku tangan yang hampir memutih. 'Apa Pak Sanjaya marah? Aku 'kan hanya mengatakan fakta di bank sebelah!' "I-itukan, di bank sebelah, Pak. Bank kita jangan, dong! Lagian saya yakin Davinka bisa membujuk nas
Baca selengkapnya
Bab 70 Maut Kedua
"Karena hasilnya ditunggu Pak Sanjaya," jawab Sandy dengan menekan nama Tuannya. "dan, Davinka, kamu sekarang menjadi aspinya pak Sanjaya, kan? Jadi pulang cepat dan selesaikan tugasmu!" Sandy bergegas pergi dan berharap Davinka mengerti. Sandy tidak tahu apa yang akan terjadi jika Davinka pergi kerumah sakit untuk menemui mantan suaminya. Tuannya pasti akan merasa dikhianati. Rani menggandeng tangan Davinka dan kembali mengajaknya keluar kantor. "Lo masih jadi asisten pribadi Pak Sanjaya, Vie?" tanya Rani hanya menatap wajah Davinka sekilas sebelum naik kedalam mobil. Davinka hanya menghela napas setelah bokongnya duduk dengan nyaman di samping Rani. Ia ingin menjawabnya pertanyaan Rani, akan tetapi tatapan dari kaca spion membuat Davinka kembali mengunci mulutnya. Sementara Rani, wanita itu masih menatap Davinka games karena tidak juga menjawab pertanyaan, dan Davinka, Davinka kini malah mulai membaca berkas PT Cahaya Paper. "Jalan, Pak!" pinta Rani pada sopir. Nadanya sedikit
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
25
DMCA.com Protection Status