Semua Bab Cinta Hilang Kembali Pulang: Bab 51 - Bab 60
102 Bab
Rachel Hamil (Lagi)
Di dalam kamar sebuah rumah sakit. Nathan terlihat sangat khawatir, tak henti-henti dia memandang Rachel yang sedang terbaring tak sadarkan diri. Awalnya Nathan ingin berkunjung ke rumah Rachel, namum sebelum sampai di depan pagar rumahnya, Nathan melihat Rachel dengan tergesa-gesa memasuki sebuah taxi. Jadi dia langsung mengikuti kemana arah taxi itu pergi. Dan ternyata kejadian seperti di caffe itu lah yang terjadi. Nathan sengaja tidak datang membantu Rachel saat di permalukan oleh Celline, karena ia takut Rachel akan merasa tersinggung dan lebih malu lagi. Dia juga tidak ingin Celline melakukan dan mengatakan hal yang nantinya akan memojokkan posisi Rachel. Tapi setelah melihat Rachel jatuh pingsan, tentu Nathan tidak bisa tinggal diam lagi. Disini lah mereka sekarang. Seorang Dokter wanita sedang memeriksa keadaan Rachel dengan sangat serius. "Tuan, saya harus bicara dengan anda mengenai keadaan Nona ini." Ucap Dokter itu ketika selesai memeriksa
Baca selengkapnya
Apa Papi berkata benar?
Nathan menatap wajah lemah Rachel. Ia membelainya dengan pilu. "Sabar lah, sedikit lagi kita akan bersama. Aku akan segera menyingkirkan wanita licik itu dari hidupku." Ucapnya nyaris tak terdengar. Nathan mengambil ponsel dan segera menghubungi Roy. "Bagaimana Roy? Apakah bajingan itu sudah mau mengakui segalanya? Bagus. Aku akan segera kesana." Lalu panggilan itu di matikan. "Honey, istirahat lah. Sebentar lagi Jihan dan Key akan datang. Aku harus pergi saat ini, aku akan mengurus semua hal yang mengganggu ketenanganmu." Dengan sedikit belaian pada kepala Rachel, tak lupa ia mengecup kening wanita itu dengan lembut. Nathan segera keluar dari ruangan tempat Rachel di rawat, namun ia berpapasan dengan putrinya dan Jihan. "Papii.." sapa Key bahagia dan menghambur ke dalam pelukan Nathan. "Putriku yang cantik. Apa kabarmu sayang?" Nathan memeluk dan berjongkok di depan putrinya. "Heemm, sepertinya aku sedang tidak enak hati."
Baca selengkapnya
Mengakui status Papi.
Setelah tiga hari di rawat, akhirnya Rachel di izinkan untuk pulang. Namun, dokter memperingatkan agar tetap menjaga kesehatannya. Awalnya Rachel hanya ingin mengambil cuti, tapi setelah perdebatan dengan Nathan, akhirnya Rachel setuju untuk berhenti bekerja. Sepertinya itu memang jalan terbaik untuk saat ini. Rachel juga tidak ingin hari-harinya bekerja kemudian hari menjadi tidak nyaman karena rekan-rekan kerjanya pasti akan bertanya tentang kehamilannya. Tentu perutnya semakin hari akan semakin membesar. "Kau sudah mengambil keputusan yang benar. Sekarang dia akan menjaga dan menanggung semua biaya hidupmu. Untuk apa lagi kau bekerja banting tulang di perusahaan ayahku. Aku juga akan bebas mulai sekarang." Ucap Bella pada Rachel sambil membantu mengemasi barang-barang Rachel yang akan di bawa pulang. "Apakah itu berarti, selama ini Momy adalah beban bagi Aunty?" Key yang mendengar kata-kata Bella, langsung menimpalinya. "Owh no, Baby!" Bantah Bella
Baca selengkapnya
Otot-ototku masih kuat.
Saat semuanya sudah bersiap untuk meninggalkan kamar rawat inap ini, Arnold datang mengagetkan Nathan. "Arnold? Bagaimana kau bisa ada disini? Bukan kah kau bekerja untuk ayah Celline?" Nathan tentu saja merasa heran. "Itu dulu. Sekarang aku tidak mau lagi berurusan dengan keluarga itu. Aku bertugas disini sekarang. Dan ini, hasil pemeriksaan akhirmu, Rachel!" Ucapnya menyodorkan berkas dalam map coklat. "Terima kasih, Arnold. Ops, apa aku harus memanggilmu Dokter Arnold mulai sekarang?" Tanya Rachel bercanda. "Haha... jangan terlalu formal padaku. Atau nanti aku yang akan menanggung akibatnya. Kau tau sendiri bagaimana kepribadian Tuan Muda kita ini." Arnold melirik pada Nathan, yang langsung saja mendapat tatapan tajam dari Nathan. "Kau benar! Dia hanya akan melunak dan menjadi seperti pria idiot jika bersama Rachel. Saat dengan orang lain, dia akan memasang wajah mematikannya itu." Timpal Bella tak mau kalah. Roy yang mendengar perk
Baca selengkapnya
Key di culik.
"Benarkah? Jangan main-main denganku. Aku bisa memotong lidahmu itu." Teriak Celline pada seorang wanita yang bekerja di Rumah Sakit tempat dimana Arnold kini bekerja. "Be-Benar, Nona. Aku berani bersumpah. Ini copy-an hasil pemeriksaannya." Jawab wanita itu sambil menyerahkan dua lembar kertas putih pada Celline. Jelas terlihat perawat itu gemetar karena takut. Sejujurnya Celline sangat penasaran apa yang terjadi pada Rachel hari itu. Kenapa ia keluar dari Rumah Sakit dengan wajah pucat dan di kawal oleh beberapa orang. Jadi di sini lah Celline sekarang berada. Di sebuah ruangan Rumah Sakit itu dan dia menyuap seorang perawat untuk dapat membocorkan beberapa informasi pribadi dan rahasia milik pasien. Yang harusnya dia jaga kerahasiaannya, apapun keadaan dan situasinya. "Baik lah, kau boleh pergi sekarang." Perintahnya pada perawat itu. Celline membaca setiap informasi yang tertulis di kertas putih itu. Banyak kejutan yang dia dapatkan dari secarik k
Baca selengkapnya
Paman, siapa yang menyuruhmu menculikku?
"Apa maksudmu Jihan? Apakah dia sendiri? Apakah Key bersamanya?" Tanya Nathan dengan panik saar menerima panggilan dari Arnold. "Aku tidak melihat siapa pun di sana selain dirinya dan sepeda motornya. Kau, hubungi lah Rachel segera. Pasti terjadi sesuatu tadi pada gadis ini. Kelihatannya dia hanya syok." Jelas Arnold lagi, dan sebelum memberi jawaban, Nathan sudah mematikan panggilan itu. "Dasar, Mr Arogant ini." Kesalnya lagi. Sesampai di Rumah Sakit, Arnold membawa Jihan masuk ruanh UGD. Memasang infus dan selang oksigen. Dia memberikan satu suntikan untuk penguat daya tahan tubuh. Hanya itu yang bisa dia lakukan saat ini. Sambil menunggu Jihan sadar. "Apa? Apa maksudmu? Key tidak ada bersama Jihan? Dimana Key? Dimana putriku?" Teriak Rachel histeris saat mendengar kabar dari Nathan. "Tenang lah, aku akan segera kesana. Tunggu aku, okey?" Nathan berusaha membuatnya tenang. Tapi tidak ada jawaban.Nathan mematikan telepon lalu segera menuju ke
Baca selengkapnya
Percaya lah padaku!
Nathan mengacak-acak rambutnya. Dia sudah menyuruh Roy menyelidiki kejadian ini. Dan sampai saat ini belum ada kabar dari Roy. Roy takut saat nanti Rachel bangun, dia akan kembali histeris jika tetap belum ada kabar tentang keberadaan Keynara. "Tadi, saat kami dalam perjalanan pulang..." Jihan mulai menceritakan semua kejadian yang dia alami sebelum tak sadarkan diri. " Hanya itu yang bisa aku ingat." Ucapnya setelah selesai menceritakan kejadian penculikan itu. "Tentu saja, karena setelah itu kau pingsan." Sambung Arnold. Membuat Jihan agak tersentak dari lamunannya tentang kejadian yang begitu singkat itu.  "Tapi, Key sama sekali tidak terlihat panik. Dia hanya diam dan tidak memberontak atau memberikan perlawanan sedikit pun." Ucap Jihan lagi dengan perasaan heran. "Itu adalah salah satu strategi bertahan. Ternyata anak itu sangat cerdik. Hah, tentu saja. Darahmu mengalir dalam darahnya." Seru Arnold pada Nathan. "Apa maksudmu?" Tanya
Baca selengkapnya
Merayu para penculik.
Sementara itu, saat ini di gedung tua tempat Key di sekap. "Paman, kenapa paman gendut itu belum datang?" Tanya Key pada pria bermata satu. "Dia pergi membeli makan malam untukmu." Jawabnya dengan tetap memainkan ponselnya. Ia sedang menunggu kabar dari Dokter tempat Ibunya di rawat.  "Kenapa rasanya lama sekali? Jam berapa saat ini?" Tanyanya lagi. "Jam setengah enam sore. Kau pikir kita ada dimana saat ini? Ini jauh dari kota, tentu saja dia belum kembali. Tiga puluh menit lagi pasti dia datang." Ucapnya tanpa sadar, telah memberi petunjuk tentang lokasi mereka saat ini. "Tapi aku sangat lapar, dari siang tadi aku belum makan apa-apa." Keluh Key. Bagaimana pun juga dia hanya.lah anak kecil.  "Apakah kau mau sepotong roti ini?" Tiba-tiba pria bertato mengeluarkan sebungkus roti dari balik jaketnya. "Emm.." Jawab Key dengan anggukan, dan segera mengambil roti yang di sodorkan pria bertato. "Terima kasih, Paman
Baca selengkapnya
Berusaha mengirimkan signal gps.
Malam itu, setelah menghabiskan jatah makannya. Key tertidur. Mungkin karena ia sudah lelah seharian ini terikat dan berdebat dengan para penculik. Key tertidur dengan posisi duduk dan tangsn terikat di atas pegangan kursi. Dia hanya mendapat kebebasan sebentar, saat makan tadi. Dua pria bawahan si gendut menjaganya dengan sangat baik. Sementara pria gendut itu sudah tertidur pulas pula di sebuah kursi busa yang sudah hancur di sudut ruangan itu. Pria gendut mendengkur dengan sangat keras. Sehingga membangunkan Key di pertengahan malam. Saat ini, pukul menunjukkan jam dua malam. Key terbangun. Awalnya dia terbangun karena merasa terganggu oleh suara dengkuran si pria gendut. Namun, tiba-tiba dia juga merasa ingin buang air kecil. "Paman, aku ingin buang air kecil. Apa kau bisa melepaskan ikatanku ini?" Tanya Key pada pria bermata satu, yang sedang berjuang menahan rasa kantuknya. "Benarkah? Apa kau tidak akan mencoba untuk kabur?" Pria itu jelas ragu
Baca selengkapnya
10 Milyar ?
Pria gendut sudah berdiri tepat di depannya, mengambil ponsel dari tangan Key. Lalu mulai berbicara pada Rachel. "Kau sudah mendengar bukan? Anakmu baik-baik saja di sini. Kami merawatnya dengan sangat baik." Ucap pria gendut. "Tolong... Tolong jangan sakiti putriku. Aku akan melakukan apa pun. Tolong, kembalikan dia padaku." Rachel memohon dan mulai terisak. "Tenang lah Nyonya. Dia pasti akan kembali dalam pelukanmu. Tapi.." Dia sengaja menggantung kata-katanya. "Ta-tapi apa? Katakan padaku!" Desak Rachel tak sabar. "Siapkan uang 10 Miliyar, dan besok pagi aku akan mengirim alamat tempat pertukarannya dengan putrimu." Jawabnya dengan enteng. "Se-sepuluh Milyar? Apa kau gila? Darimana aku bisa mendapatkan uang sebanyak itu dalam hitungan jam? Apa kau sengaja mempermainkanku?" "Hahaha... Ayah gadis ini adalah orang yang sangat kaya. Uang segitu tidak ada artinya bagi dia. Suruh dia menyiapkan secepatnya, dan jangan coba-coba lap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status