Semua Bab Suamiku Menyesal Menceraikanku: Bab 31 - Bab 40
54 Bab
Bab 31
POV RiskaAku mau masuk ke rumah ini memang sengaja supaya bisa kembali mendapatkan hati Reyhan. Dengan cara apa aku melakukannya? Tentu dengan membuat mereka salah paham. Tak ada cara lain. Yang pasti aku akan terus maju tanpa goyah membuat keduanya terpisah. Menyesal aku telah membuang Reyhan dulu. Menyesal kemudian? Tepatnya memang seperti itu.  Pagi ini, aku telah berhasil menciptakan kerusuhan diantara keduanya. Hem… bukan pagi ini, lebih tepatnya tadi malam. Aku dan Shela kompak memperlihatkan foto Rangga yang menyentuh bibir Hany, dalam foto itu Rangga tersenyum sedang Hany menatap lekat matanya. Aku yakin, suami manapun pasti akan merasa hatinya panas!  Ehem, bukan hanya itu, foto mesra saat Rangga menangkap Hany pun kuperlihatkan padany
Baca selengkapnya
Bab 32
POV Hany"Mas lepasin aku, sakit!" pekiku pada Mas Reyhan karena tak mampu lagi aku menahan emosi. Beberapa kali melihatnya hanya diam saja saat disentuh oleh Riska. Apa maksudnya dia berbuat seperti itu.  "Apa-apaan kamu ini bikin malu saja!" bentaknya. Aku tak peduli kupukuli dadanya sebagai bentuk perotes dan perlawanan. "Aku bikin malu, kata kamu, Mas?!"  "Kamu salah paham!" teriaknya.  "Bela aja terus bela!" Aku tak kalah membentak. " Istri mana yang tak cemburu melihat suaminya bermesraan dengan perempuan lain dan si suami itu hanya diam saja!" berangku seakan hilang kendali.  
Baca selengkapnya
Bab 33
Dua minggu berlalu, sejak hari itu, hubunganku dan Mas Reyhan semakin merenggang. Aku selalu dipenuhi rasa curiga. Bukan tanpa sebab, kekhawatiran itu terjadi karena Riska kini benar-benar telah menjadi sekretaris Mas Reyhan. Itu juga yang membuatku terkadang diam-diam pergi ke kantor Mas Reyhan sekedar menyelidiki hubungan mereka karena akhir-akhir ini, Mas Reyhan dan Riska terlihat semakin dekat.  Rasa takut dan terauma dalam diri ini memang membuatku kerap kali berkata kasar dan yang pasti selalu memicu pertengkaran hebat diantara kami. Entah kenapa Mas Reyhan kini tak pernah mau lagi mendengar atau bahkan percaya dengan ucapanku. Aku tak tahu apa yang membuat Mas Reyhan selalu membela Riska dibanding aku. Dia selalu berkilah kalau Riska tak pernah menggodanya. Pada akhirnya aku juga yang mengalah dan mencoba percaya dengan ucapannya. Karena yang selalu Mas Reyhan katakan adalah sikapku terlalu posesif
Baca selengkapnya
Bab 34
POV ReyhanSaat tengah menikmati makanan, aku mendengar ada keributan dari arah toilet. Kebetulan Riska ijin ke toilet. Suara keributannya juga tak asing ditelingaku. Segera aku berlari menyusulnya. Mataku membulat ketika yang kulihat justru istri dan sekretarisku yang sedang menciptakan keributan itu. Sungguh memalukan! Istriku sedang membabi buta menampari Riska. Sedang Riska hanya terdiam. Sudah mkusuruh Hany untuk menghentikan, namun Hany tak mau mendengarkan hingga membuatku dengan cepat menarik tangannya menuju parkiran mobil. "Malu-maluin kamu!" bentakku.  Ini bukanlah kali pertama dirinya berbuat sedemikian. Sudah kujelaskan aku dan Riska tidak memiliki hubungan apapun, tapi dia selalu menuduh kami berselingkuh membuat telingaku jen
Baca selengkapnya
Bab 35
 Pagi hari sekali sebelum semua orang terbangun, Reyhan segera bergegas ke kantor. Mengemudikan mobilnya dengan lunglai karena terus mengingat Hany yang tengah berdiri memeluk leher pria itu dan hendak mencumbnya. Tak dapat dipungkiri pembalasan Hany terasa sangat menyakitkan. Niat untuk pergi berlibur dan sekaligus ingin melakukan oprasi pelastik pun ia urungkan. Reyhan akan memilih untuk pergi sendiri. Karena waktu masih terlalu pagi, Reyhan memilih untuk singgah di pinggir danau. Menenangkan sejenak pikirannya. Mencoba memahami hati istrinya dengan berbuat sesuatu yang tidak gegabah. Mungkin saja Hany nekad melakukan itu karena ada alasan tersendiri. Bukankah hati wanita memang sensitif? Dan tak banyak kaum lelaki berhasil memenangkan perempuan kala sang perempuan itu sudah salah paham terhadapnya? Dan yang ada mereka menaruh kecurigaan lebih besar. Itulah yang tengah Reyhan pikirkan ketika teng
Baca selengkapnya
Bab 36
Sebelumnya :Sampai di ruangan, Riska langsung mengmbil air minum untuk Reyhan. Lalu dengan sengaja ia menabrak Rey, dan menyiramkan air itu ke dada Reyhan hingga membasahi kemejanya. "Maaf … maaf," ujar Riska. Reyhan melepas dasinya dan hendak membuka kancing kemejanya. Namun, dengan sigap Riska mengambil alih. Sengaja ia menatap tajam mata Reyhan agar ia tergoda. "Biar aku aja," ucap Reyhan. Namun, Riska tetap bersikukuh. "Jadi ini yang kalian lakukan? Hah! Dan kamu masih tidak ada kapoknya menggoda suamiku!" bentak Hany. Ia kemudian menarik Riska dan memberi tamparan keras di pipinya. Reyhan menarik tangan Hany yang hampir kembali menyerang Riska. Tubuh Hany tersungkur mengenai tembok. Sedang Riska beringsut dan mencari perlindungan Reyhan dengan memegangi tangannya. Reyhan menatap wajah Riska, lalu membentaknya dan menyuruh keluar. "Kamu keluar!" bentak Reyhan pada Riska. Dengan perasaan kes
Baca selengkapnya
Bab 37
POV HanyTok …! Tok ….! "Mbak Hany! Ada tamu mencari, Mas Reyhan!" Samar-samar aku mendengar suara Juriah sambil terus mengetuk pintu.  Perlahan aku mencoba untuk membuka mata sepenuhnya. 'Jadi semuanya hanya mimpi?'  Kulirik Mas Reyhan masih tertidur pulas. Dengan langkah gontai aku pun beranjak untuk membuka pintu. "Iya, Mbak. Siapa tamunya? Bukankah hari ini hari libur?" jawabku sembari mengucek mata. Sungguh, aku sangat merasa terganggu. Terlebih aku sedang berada di alam mimpi yang indah. "Itu, ada Mbak Riska dan Mbak Shela."
Baca selengkapnya
Bab 38
Sebelumnya Aku memandang perempuan penggoda itu dengan tatapan sinis. 'Tidak akan ada kebohongan yang abadi, Riska.'"Tom …! Tomo ….!" "Tolong, Mbak." ucap Tante Mirna dengan tangis yang tergugu. Sejenak konsentrasi kami pun beralih pada Tante Mirna. "Mama!" teriak Shela sembari menghampiri Tante Mirna. "Shel ….!" "Semua
Baca selengkapnya
Bab 39
Pov 3 Setelah sampai di rumahnya, Riska langsung masuk ke kamar, mengunci pintu lalu membaringkan tubuhnya di ranjang. Bahkan, sapaan kedua orangtuanya yang tengah berbincang santai pun ia abaikan. Dia terus mengumpat Reyhan dan keluarganya.  "Sialan! Brengsek! Awas kalian semua! Mereka pikir mereka telah menang dari-ku? Tidak! Ini baru awal permainan yang sesungguhnya akan dimulai." Ih, kesal sekali rasanya mengingat kejadian tadi. Aku malu!" rutuknya. "Aku gila harta! Aku gila akan kekayaan! Itulah yang membuatku berambisi untuk kembali mendapatkan hati, Reyhan. Namun, Reaksi Hany sungguh membuatku tak menyangka. Padahal aku sudah sangat yakin bisa kembali mendapatkan, Reyhan." "Hah! Sepertinya akalku memang terlalu bodoh. Kenapa tak kugunakan uangku untuk menyuap m
Baca selengkapnya
Bab 40
"Pa, bagaimana nasib, Mbak Mirna kedepannya? Masa dia nyusahin keluarga kita terus sih, Pa. Bukan apa, lama-lama aku juga merasa keberatan. Lagi pula, Aldo 'kan sudah bekerja, suruh saja dia tanggung biaya hidup Mama dan Adiknya," keluh Rani. POV 3"Iya, Ma. Papa ngerti. Tapi, bagaimana cara mengatakannya? Papa merasa tidak enak," balas Tomo.  "Tidak bapak, tidak anak. Sama saja memiliki sifat tidak enak-kan. Papa itu harus tegas untuk mengambil keputusan. Supaya tidak disepelekan, Pa. Terkadang menjadi orang yang tega juga dibutuhkan. Toh, kita hanya ingin supaya Mbak Mirna dan anak-anaknya mampu berpikir. Supaya bisa menghargai orang lain," ujar Rani. "Percuma juga, Papa memenuhi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status