All Chapters of Persimpangan Pilihan: Chapter 11 - Chapter 20
67 Chapters
11. Kegelisahan
Setelah beberapa hari Raline dekat dengan Ifan, sikap Raline perlahan berubah. Setiap ia datang ke kelas senyuman dan tawanya selalu ia bawa sampai membuat Geisha kebingungan. Buat Geisha kalau itu penyebabnya dari Robby, Raline nggak mungkin berbunga-bunga sepanjang hari.  Hari itu kelas ditiadakan karena dosen sedang menghadiri sebuah seminar dan asisten dosen hanya memberikan beberapa tugas. Setelah asisten dosen keluar dari kelas, Raline kembali menatap layar ponselnya sambil tersenyum merona.  “Line, Robby habis ngapain kamu?” Geisha mendekat ke arah Raline sambil mengintip ponsel Raline.  “Ihh.. apa,sih, pengen tahu banget” Raline langsung menghindar dan mengalihkan ponselnya.  
Read more
12. Geisha Yang Rese
Setibanya Raline dirumah ia langsung mengajak Geisha masuk ke dalam kamarnya karena di ruang tamu terlihat ada kakaknya yang baru saja datang dari luar kota. Kakak Raline yang sudah lama merantau karena bekerja hari ini ia datang karena ingin memecahkan celengan rindunya kepada keluarga.  Melihat adiknya yang nyeludur masuk ke rumah tanpa salam membuat Rania sedikit kesal. Cukup lama juga Rania dan Raline tidak membuat keributan dirumah. Dengan perasaan kesal dan geram, Rania menyusul adiknya di kamar.  Ceklek.. Suara pintu kamar Raline terdengar renyah sekali.  “Kakak?!” Raline terkejut melihat mata Rania sudah membelalak kepadanya. Raline juga kesal sebenarnya karena Rania masuk ke kamarnya tanp
Read more
13. Hampir Ketahuan
Seusai mengerjakan tugas yang tertinggal bersama Rino, dengan mulut yang diam seribu bahasa Robby langsung berjalan menuju parkiran motor. Robby masih kepikiran dengan kegelisahannya yang ia rasakan di perpustakaan tadi. Melihat hal itu, Rino dengan sigap merangkul temannya ini ia tidak ingin cowok setampan Robby harus merenung galau memikirkan satu perempuan.    “Masih kusut aja wajahnya, udah dong jangan dipikirin terus” ucap Rino setelah tangan kirinya berhasil merangkul tubuh temannya itu.    “Aku nggak mikirin kok” jawab Robby dengan lirih   “Hahaha wajah kusut kamu, tuh, nggak bisa di bohongi. Emm, gimana kalau kita lupakan semua dengan minum beer di kafe tenda hitam?”    “Kafe tenda hitam?” jaw
Read more
14. Malam Yang Sunyi
Setelah hampir seharian Raline bersama Ifan ia pulang kerumah dengan badan yang lesu dan cukup melelahkan. Bagaimana tidak, setelah ia menyaksikan senja di balkon bersama Ifan, ia pergi keluar untuk membeli makan. Raline dan Ifan begitu menikmati makan malam yang cukup sederhana. Mereka membeli satu bungkus nasi goreng berukuran jumbo dan membeli satu botol besar minuman soda.  Raline dan Ifan menikmati makan malam yang sederhana itu di dalam kamar kost Ifan. Itu saran terbaik dari Ifan karena ia tidak mau Raline kesusahan lagi jika di luar ia bertemu dengan Robby. Hari itu sudah cukup menjadi hari yang menyenangkan untuk Raline.  Setelah makan malam pun mereka masih sempat bersenda gurau membicarakan hal yang tidak penting dan tentunya Ifan berusaha mengeluarkan kata-kata manisnya untuk perempuan yang ia sukai itu. 
Read more
15. I Miss You
Jam alarm yang sedari tadi bunyi tidak berhasil membuat Robby bangun. Pagi itu Robby harus di bangunkan oleh Mamanya yang hendak berangkat bekerja.  Ketika Eni masuk ke dalam kamar anak laki-lakinya ia begitu tidak menyangka dengan isi kamar Robby seperti kapal pecah yang terkena badai di laut. Eni menggelengkan kepalanya sambil berusaha membangunkan Robby.  “Rob.. Robby.. ini alarm kamu dari tadi bunyi kamu kok nggak segera bangun?” ucap Eni yang terus menggoyangkan tubuh Robby  Hari itu Robby akan ada ujian susulan karena ia pernah melewatkan satu matakuliah. Bicara soal semalam, Robby tidak begitu ingat banyak ia hanya ingat saat masih datang pertama di kafe Tenda Hitam. Ketika ia sedang berusaha mengumpulkan nyawa ia baru memeriksa ponselnya.&n
Read more
16. Masalalunya
Canggung rasanya ketika mereka melakukan hal itu ada tawa geli yang mereka selipkan saat bercumbu mesrah. Semua terbayar lunas antara rindu dan emosi yang saling mereka tahan.  “Hehe, maaf aku nggak tahan” ucap Raline saat menyudahi adegan tersebut  “Nggak papa aku juga senang kalau kamu menyerang aku duluan” jawab Robby sambil membelai manja pipi Raline  “Kamu kenapa?” tanya Raline sambil menatap Robby begitu dalam  “Nggak kenapa-kenapa emang lagi sibuk aja”  “Bukan kamu banget lho yang sibuk sampai nggak kasih kabar”  
Read more
17. Defani Zahra
Hari sudah berganti saatnya Raline pulang karena Kakaknya sedari tadi menelponnya tiada henti. Sepulangnya ia kuliah tadi, ia mampir kerumah Robby untuk makan malam. Ia bertemu dengan Eni, Mamanya Robby. Ketika di meja makan Raline tampak begitu canggung, selama Raline dan Robby menjalin hubungan mungkin bisa dihitung pakai jari pertemuan Raline dengan Eni. Robby memang nampak jarang membawa Raline kerumah dan waktu itu orang tua Robby masih kurang suka dengan Raline, terutama Eni.  “Terima kasih banyak, Tante. Makan malam kali ini nikmat sekali” ucap Raline yang hendak berpamitan dengan Eni di teras rumah  “Sama-sama.. senang bisa ketemu sama kamu.” jawab Eni dengan sambil mengepakan senyumnya.  “Raline juga senang bisa ketemu sama Tante”  “Yakin nggak mau aku anterin aja?” sahut Robby yang sedari tadi sudah menawarkan untuk diantar pulang  “Yakin.. :)”  “Besok kamu
Read more
18. Mood Yang Berantakan
Hari demi hari Raline jalani dengan yang seharusnya terjadi. Ia terus membagi waktunya untuk Robby dan Ifan, namun mulai semalam Ifan menunjukan gelagat yang aneh bagi Raline. Ia begitu lama membalas pesan Raline dan ia menolak untuk melakukan panggilan suara seperti yang biasa mereka lakukan. Kata Ifan; ia masih sibuk membuat promosi jualannya. Tapi, itu sebuah hal yang nggak mungkin banget alasan membuat promosi jualan sampai mengabaikan Raline.  Mulai semalam suasana hati Raline cukup berantakan dan untungnya ia bisa mengendalikan ketika sedang membalas pesan dari Robby. Robby sendiri juga sedang berbunga hatinya karena setelah pertemuan Raline dengan Eni, hubungan mereka semakin di dukung dan Raline selalu di perhatikan serta di cari-cari oleh Eni. Kabar bahagia itu Robby sampaikan dengan perasaan senang yang sulit dikendalikan jika diibaratkan rasanya ia ingin memeluk Raline dengan
Read more
19. Pikiran Yang Menghancurkannya
Setelah ia melepaskan semua tangisannya di toilet, ia keluar dan kembali bertemu dengan Rania. Namun, ia mendapati Rania sedang mengemasi barangnya dan akan meninggalkan kafe Tenda Hitam. Katanya; teman yang menelponnya tadi ingin bertemu dengannya di kafe yang nggak jauh dari Tenda Hitam dan berhubung Rania masih sedikit kesal dengan Raline, ia memutuskan untuk naik taxi. Raline hanya bisa mengiyakan karena ia tidak berani membantah kakaknya. Raline mengantarkan Rania sampai kakaknya masuk ke dalam taxi dan ketika taxi Rania melaju cukup kencang, Raline menghela nafas panjang.  Hari libur yang sungguh mengesalkan bagi Raline, ia juga tidak menyangka kalau Rania akan semarah ini dengannya dan Raline pikir masalah dengan mantannya sudah ia kubur dalam-dalam, tapi ternyata luka itu masih basah dan terus melekat di pikiran Rania.  
Read more
20. Serangan Panik
Malam yang melelahkan buat Geisha karena seharian ia harus mengerjakan beberapa tugas yang tertinggal. Malam itu ia baru saja tiba di kamarnya setelah ia mengerjakan tugas di salah satu kost teman sekelasnya. Kebiasaan Geisha setelah dari bepergian tidak langsung mandi melainkan ia harus memeriksa ponselnya dan membaca beberapa pesan yang belum sempat ia baca atau balas. Hari ini dia tidak mendapatkan sama sekali kabar dari Raline ia berpikir kalau Raline menghabiskan waktu dengan salah satu pacarnya. Tapi, tunggu sebentar…  “Robby telpon aku sebanyak ini?” Geisha terkejut melihat deretan notifikasi panggilan tak terjawab di ponselnya kalau dihitung mungkin  ada lima panggilan tak terjawab dari pacar Raline itu. Geisha langsung bangun dari posisi tidurnya dan mencari posisi yang pas untuk menenangkan dirinya, sebab kalau Robby sudah mencari Raline kepadanya pasti
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status