Lahat ng Kabanata ng Love Is Complicated: Kabanata 61 - Kabanata 70
96 Kabanata
Aku Ingin Kau Jujur
"Bagaimana dengan kita saat ini?"Steve meneguk ludahnya susah payah, "Apa maksudmu, Lynn?" Dia mengacak rambut Lynn. Namun, pergelangan tangannya langsung dicekal."Kau tahu maksudku, Steve!!" Mata Lynn bergerak-gerak dan pelan-pelan berkaca-kaca."A-aku taku–"Steve menarik Lynn dalam dekapannya, mengelus-elus punggung Lynn. Dia kini merasakan apa yang dirasakan Lynn saat ini."Tak ada yang perlu ditakuti. Aku milikmu!" Steve mengecup pucuk kepala Lynn. Untuk saat ini mungkin kalimat itu masih tepat. Namun, bagaimana dengan esok? Tak akan ada yang menjamin esok kelak masih baik-baik saja seperti hari ini.Namun, pernyataan itu tak cukup bagi Lynn. Dia takut jika dia akan kembali di kondisi mengenaskannya.Bagaimana jika hanya dia yang merasa memiliki Steve, tapi Steve tak merasa memiliki Lynn.Lynn menenggelamkan wajahnya di dada Steve, mencari ketenangan. Dia tak boleh berpikir demikian.*Lynn mele
Magbasa pa
Sejak Kapan Masalah Punya Kaki Tangan
"Aku ingin kau berkata jujur padaku."Steve memperbaiki posisi duduknya menghadap Lynn. Menopang sisi wajahnya dengan siku menumpu di sofa.Lynn menarik napas. "Kau masih mencintai Rose?"Senyum binar Steve kini memudar kala mendengar pertanyaan yang tak disangka-sangkanya keluar dari bibir Lynn. Pria itu mengalihkan pandangannya dari Lynn, menatap mangkuk kosong yang tergeletak di meja."Jawab aku, Steve!" Lynn menyentuh lengan pria itu.Steve menghela napas sambil berkata, "Aku tidak tahu, Lynn. Aku belum bisa mengatakan apapun tentang itu. Maaf." Dia memandang lurus manik Lynn.Lynn berdehem, menetralkan degup jantungnya yang memacu. "Jika ... Rose masih berharap padamu? Apa kau juga masih mengharapkannya?""Kenapa kau bertanya tentang ini?" Steve memaksakan tawa kecil dari bibirnya. Dia tahu dan keduanya tahu, kalau topik ini sensitif bagi keduanya.Lynn meremas ujung bajunya, dia menunduk. "Aku ingin tahu isi hatimu saat ini.
Magbasa pa
Kenapa Kau Harus Kembali
"Terasa lebih baik, makasih." Lynn menghempas punggungnya di sandaran kursi mobil. Matanya yang terpejam mengerjap menoleh menatap Steve."Apa yang kau tunggu? Ayo pulang."Steve menyunggingkan senyum. "Bagaimana caranya bisa pulang kalau kau tak memasang sabuk pengaman." Steve menjulurkan badan memasang sabuk pengaman LynnWanita itu menahan napas saat wajah Steve berlalu di depan wajahnya. Steve tersenyum tipis melihat wajah Lynn."Kebiasaan kamu, ya, curi-curi start!" Lynn memukul pelan lengan atas Steve."Kan kamu yang mulai dahulu, siapa suruh lupa masang seatbelt atau pura-pura lupa, ya.""Sialan, buruan pulang!" Kali ini Lynn memukul keras lengan Steve."Sepertinya aku benar-benar lelah."Steve mengelus pucuk kepala Lynn, "Ya sudah, malam ini istirahat saja."Mobil Steve melaju meninggalkan pelataran rumah Lynn.Wanita itu menghela napas lagi. Maaf, Steve, bohong lagi. Batinnya.Saat jam sudah menunjukka
Magbasa pa
Seberang Jalan
Sepulangnya dari kantor, Steve tak langsung pulang. Entah mengapa dia merindukan kedai roti di seberang jalan. Di sinilah Steve berdiri di antara kerumunan orang yang menunggu lampu lalu lintas berpindah warna.Steve mengedarkan pandangannya, netranya tak sengaja menangkap seseorang di seberang jalan. Seseorang yang akhir-akhir ini menghantuinya.Bahkan dalam kerumunan pinggir jalan, Steve tahu jika wanita itu juga memandangnya. Titik temu mata mereka beradu. Ada desiran yang menggelora dalam dada Steve.Dia Rose. Helai rambut pirangnya melambai-lambai seiring semilir angin. Tatapannya sendu menatap Steve yang membatu di seberang jalan.Lampu lalu lintas berganti, kendaraan berhenti berjejer menyaksikan kerumanan itu berbaur di badan jalan. Steve terbatu, matanya masih menatap wanita itu. Entah mengapa, susah bagi Steve untuk memutuskan kontak mata.Steve menghela napas, lalu mengambil langkah pertamanya. Dulu, dia sering menonton drama seperti ini
Magbasa pa
Jangan Sebut Namanya
Lynn memandang Steve, sesekali tersenyum kecil hingga Steve mengakhiri petikannya, keduanya kembali beradu dalam satu garis pandangan. Tangan Steve terangkat menyelipkan anak rambut Lynn ke belakang telinganya."Ada yang mengganggu pikiranmu?" Lynn memerhatikan Steve bukan karena tampang wajahnya. Namun,melihat guratan pilu yang tertahan disana. Dia jelas melihat, wajah murung nan redup milik Steve.Steve menyungging senyum, dia mengelengkan kepala. "Bukan apa-apa."Lynn tersenyum samar. Dia tahu apa yang ada di pikiran Steve. Namun, barangkai lelaki itu tak ingin berbagi karena tentunya kembali mengungkit luka lama dan menciptakan luka baru. Lynn pun beralih meraih tangan kekar Steve."Sungguh?" Lynn harusnya tak bertanya karena ucapan Steve selanjutnya menghunjam dadanya, sakit rasanya.Steve mengalihkan pandangannya, dia menatap nanar gitar yang berdiri di sampingnya. "Rose menemuiku tadi," ujarnya lirih.Sudut bibir Lynn terangkat sebela
Magbasa pa
Kau Ingin Mati, Huh?
Steve menghela napas, dia kini merasa marah dan kasihan sekaligus. Dia jelas melihat tubuh Rose yang bergetar. Bagaimanapun bencinya Steve pada Rose, dia tetap tak tega melihat wanita itu yang sudah dua jam lebih menunggu di luar. Steve menghela napas lalu mengambil keputusan untuk membuka pintu.Rose menoleh kala menyadari pintu berderik. Wanita itu buru-buru berdiri."Steve!" panggilnya."Pulanglah, sudah larut," ujar Steve tanpa menatap lawan bicaranya.Rose melangkah mendekat. "Dengarkan aku dahulu, Steve. Setelahnya terserah, apa kau akan percaya atau tidak! Ku mohon!" pinta Rose."Jangan bersusah payah melakukan itu! Pulanglah!" Steve berbalik hendak masuk. Namun, tiba-tiba tangannya dicekal."Steve!"Steve melirik wajah dan tangan Rose yang kini memegang lengannya."Lepas!" ujarnya dingin."M-maaf," lirihnya. "Ku mohon, Steve, dengarkan aku dulu!""Apa kau tuli!" bentak Steve. Setelahnya dia menyesali apa y
Magbasa pa
Mencari Rumah Rose
"Apa kau terluka?" Suara Rose melunak. Maniknya bergerak-gerak memeriksa tubuh Steve. Walau tubuhnya sendiri terasa nyeri akibat gesekan aspal.Steve hanya mengangguk seraya menjauhkan diri. Sekilas dia menangkap goresan di bawah siku wanita itu. Baru saja Steve hendak menanyakan keadaan Rose, Lynn keburu meneriakkan namanya."Steve!" Lynn berlari menghampiri Steve."Kau terluka dimana?" tanya Lynn khawatir.Rose yang kini merasa diabaikan beranjak dari posisinya. Wanita itu menghela napas berat, dia pun meninggalkan pasangan itu, melanjutkan langkahnya dengan tertatih-tatih.Steve yang tengah diseret oleh Lynn menolehkan kepala sebentar. Dilihatnya Rose yang berjalan menunduk, lemah. Steve kini melihat jelas siku Rose yang memerah.Lynn membantu Steve memasuki mobil. Sorot matanya menatap Steve. "Maafkan aku," ujarnya pelan."Ini bukan salahmu."Lynn menarik napas. "Biarkan aku mengemudi!""Aku seharusnya tak menyuruhmu m
Magbasa pa
Kau Terlalu Cantik
"Terima kasih atas pertolonganmu, dan maafkan aku. Kau mendapat luka itu gara-gara aku.""Tak apa-apa!" balas Rose sambil memaksakan senyum lebarnya."Aku akan pulang sekarang!" ujar Steve bangkit dari duduknya.Rose ingin sekali menahan pria itu agar lebih lama. Namun, dia tak memiliki alasan untuk itu."Jangan salah paham. Aku kemari hanya untuk membayar hutang terima kasih." Steve kembali menjelaskan kedatangannya dan meyelonong masuk ke mobilnya.Rose memehatikan mobil Steve yang melaju. Dia memegang dadanya, sebercik rasa senang menyergapnya. Tak apa jika Steve belum memaafkanku tentang masa lalu! Batinnya.Dia cukup senang sebab Steve sudah berbicara dengannya. Terlebih pria itu tak menatapnya dingin dan datar seperti malam lalu saat Rose menemuinya.Selama perjalanan pulang. Terjadi perdebatan antara kepalanya dan hatinya. Bahkan Steve membanting stir mobilnya, mengenyahkan pikiran-pikiran berkecamuknya."Tidak, Steve. B
Magbasa pa
Makan Malam
Rose menyesap minumannya. Dia sudah menunggu hampir tiga pukul menit lamanya. Namun, Steve belum kunjung muncul batang hidungnya. Sesekali dia menatap pintu masuk dan berakhir dalam helaan napas kecewa. Orang yang ditunggunua belum datang. Dia menunduk, mengaduk malas minumannya.Saat Rose memutuskan untuk beranjak pulang saja. Steve dan Lynn muncul. Rose terdiam terpaku sesaat saat Steve melontarkan senyum tipis untuknya. Ada kehangatan yang menyusup dalam dadanya. Rose pun berganti menatap Lynn yang tampak begitu memukau malam itu."Maaf, membuatmu lama menunggu. Kami terjebak macet," ujar Steve.Rose menyunggingkan senyum. "Tidak masalah.""Senang bertemu kembali denganmu, Rose!" sahut Lynn dengan nada suara yang lembut."Senang bertemu denganmu, Lynn!" Tatapan Rose beralih pada kalung yang dipakai Lynn dan posisi wanita itu yang masih setia menggamit lengan kokoh Steve, seolah tak rela melepaskannya barang sedetik pun."Silakan duduk!" u
Magbasa pa
Membuat Kue
Di pagi hari itu, Lynn langsung menuju supermarket, barangkali hari ini dia akan membuat kue, itupun kalau dia tidak berubah pikiran.Kunciran rambutnya menari-nari dan kaos kebesarannya terumbai-umbai. Dia mendorong troli menyusuri rak bahan baku. Saat dia memilah terigu, seseorang memanggilnya."Lynn?"Lynn yang terpanggil mengangkat kepala, dan tatapannya bertemu dengan Rose. Lynn bangkit berdiri dari posisinya yang menjongkok. Lynn memaksakan senyum tipisnya."Oh, kau rupanya. Belanja bahan kue juga?" tanya Lynn memerhatikan isi troli Rose yang sepertinya wanita itu sudah selesai memilih bahan.Rose mengangguk. "Iya, barangkali aku kurang kerjaan nantinya. Mungkin, akan kubuat," ujar Rose dengan kepala manggut-manggut."Sungguhkah?" Seketika ide melintas dalam kepala Lynn. "Kebetulan sekali, aku juga akan membuat kue hari ini. Bagaimana kalau kita membuatnya di rumahku? Bukankah terdengar seru?"Rose tampak berpikir sejenak, menim
Magbasa pa
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status