Lahat ng Kabanata ng Love Is Complicated: Kabanata 71 - Kabanata 80
96 Kabanata
Bersepeda
"Hanya luka kecil. Tak sengaja teriris." Rose menurunkan tangannya, menyembunyikannya di bawah meja.Ruang dapur itu seketika hening."Aku harus pulang!" sahut Rose memerhatikan jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul sebelas siang."Hati-hatilah. Terima kasih untuk hari ini. " Lynn berdiri di depan memerhatikan mobil Rose yang perlahan menjauh.Steve hanya bungkam di tempatnya berdiri, bahkan saat Lynn sudah masuk kembali ke dapur. Wanita itu membersihkan dapur.Steve menghempaskan diri di sofa, melirik ke arah wanita itu yang masih sibuk membenahi dapur.Lynn pun sama, sesekali mencuri pandang pada lelaki di ruang TV, menatap kosong layar TV. Lynn menarik napas, lalu dia beranjak keluar menuju Steve, raut wajah pria itu entah sedang memikirkan apa."Hey, ada apa dengan wajahmu?"Steve menoleh, tersenyum menatap Lynn yang rupanya memerhatikannya. Steve menepuk sofa sampingnya.Saat Lynn duduk, Steve meraih Lynn, memelu
Magbasa pa
Dengarkan Penjelasanku
Rose mengayuh sepedanya cepat. Steve mengernyit di tempat, lalu mengedikkan bahu tak peduli. Dia berlalu duduk di bangku, lagi-lagi keningnya mengerut. Sebuah ponsel tergeletak di bangku.Ini milik Rose. Steve mengangkat kepala, Rose sudah jauh, rambut panjangnya beterbangan.Steve menggelengkan kepala. "Ceroboh sekali."Dia menyesap minumannya. Namun, ponsel di sampingnya membuatnya duduk tak keruan."Aish, dia selalu merepotkan!"Lalu, ponsel tersebut berdering membuat Steve kaget di tempatnya."Leo?" baca Steve pada nama kontak yang menelepon.Steve mengabaikan panggilan tersebut, menunggu panggilan itu mati dengan sendirinya. Alis Steve melengkung ke atas."Leo? Siapa dia?" tanyanya.Lagi, ponsel itu kembali berdering. Steve mendengus di tempatnya, ia bangkit berdiri mengantongi ponsel tersebut. Dia memutuskan menyusul ke rumah Rose.Sesampainya di depan rumah bercat abu-abu pucat. Steve melangkahkan kakinya mem
Magbasa pa
Penjelasan Masa Lalu
"Aku memang tak pernah memutuskan hubungan denganmu, Steve!""Kau meninggalkanku tiba-tiba, itu sudah jelas kau memutuskanku." Steve menyela tak terima ucapan Rose barusan.Wanita itu menanggapi nada sinis Steve dengan senyum tipis di bibir. Dia mengalihkan pandangan sesaat, menatap pantulan dirinya pada lemari kaca seolah menunggu bayangannya itu membantunya. Sesaat setelahnya, Rose kembali menatap Steve, tanpa kedip, menatapnya cukup lama seolah dia menginginkan Steve mengerti tentangnya hanya dengan tatapannya.Namun, tidak. Steve memutus kontak dengannya, enggan menatapnya. Rose menarik napas, jemarinya terkepal kuat, ingin sekali menggenggam tangan kekar itu. Namun, dia harus membatasi diri."Aku memang meninggalkanmu tiba-tiba tanpa pamit, atau boleh dikata terlalu mendadak. Aku mengingat jelas sehari sebelum hari itu, kau dan aku masih setia mengukir kisah manis ...." Rose menggantung kalimatnya, menarik napas kuat mengisi paru-parunya yang terasa
Magbasa pa
Pamit
Rose muncul dengan kotak perhiasan berbungkus beledu marun. Rose menyodorkan kotak tersebut pada Steve.Steve meraih kotak tersebut, tak mengerti. Steve mengernyit saat membuka kotak perhiasan tersebut, lalu ia menatap bergantian gelang emas model bangle bertahta mawar dengan wajah Rose."Aku merawatnya dengan baik, kan selama ini?" Rose menyunggingkan senyum.Steve tak memutuskan kontak menatap Rose dengan dahi mengerut."Aku mengembalikannya untukmu, Steve. Aku ... tak dapat memakainya lagi."Steve menyodorkan kembali gelang tersebut. "Tak apa, aku sudah memberikannya padamu. Ini sudah murni milikmu. Kalau kau tak ingin memakainya, simpan saja!"Rose menggeleng, mendorong kembali kotak tersebut. "Maaf, aku tak bisa, Steve. Bagaimana pun juga gelang ini milikmu."Rose menyunggingkan senyumnya, memastikan ucapannya. Lekuk dia kedua pipinya timbul nan dalam."Aku akan selalu mencintaimu, Steve, dimana pun aku berada. Aku mencint
Magbasa pa
Aku Mencintainya
Di sisi lain, Steve terbayang akan Lynn, benih-benih cinta sudah tumbuh dalam dadanya. Namun kembali runyam sejak Rose kembali.Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, matanya masih kesulitan tertidur, seringkali dia berjalan mondar-mandir di kamarnya.Rambutnya acak-acakan oleh ulah tangannya. Dia pun berpindah pada mejanya, meraih pulpen dan kertas di hadapannya. Kaki Steve bergerak-gerak lalu kian cepat, dia memejamkan mata, lalu mengerjap kembali, lalu menulis segala kerumitan dalam kepalanya.1. Apa alasanku untuk mempertahankan Rose, sedangkan aku sudah memiliki Lynn.2. Apa aku ingin membuat Lynn kembali terpuruk sakit hati? Lynn sudah mencintaiku sedari lama.3. Apa aku tak memiliki hati nurani? Wanita siapa yang rela jika kekasihnya membagi cinta?4. Cinta ....Steve terdiam sesaat, dia menatap lima rangkaian huruf itu, ujung dari semua masalahnya. Tak lama setelahnya, Steve mencoret pertanyaan yang sudah dibuatnya."
Magbasa pa
Pengakuan
"Aku mencintainya," gumam Steve.Lynn menoleh menatap Steve, menatapnya tak mengerti. "Apa yang baru saja kau katakan?"Steve menarik tangan Lynn, beranjak keluar di tengah-tengah film berlangsung."Hei, hei, Steve. Ada apa?" teriak Lynn tak mengerti apa gerangan terjadi pada Steve.Steve hanya melirik sekilas ke arah Lynn, lalu dia melepas cekalan tangannya."Filmnya belum selesai Steve!" decak Lynn sambil mencekal lengan Steve. "Ada apa?"Steve menoleh, mendapati Lynn yang berkerut kening menatapnya."Kau kenapa? Tiba-tiba saja menarikku keluar dan kau kini hanya menatapku? Kau pikir aku bisa mengerti raut wajahmu?" Lynn berusah menahan nada suaranya agar tidak meninggi."Kau ingin ikut atau tidak?"Pertanyaan Steve semakin membuat Lynn kesal, wanita itu kini memutar bola mata. Jelas bahwa dia tak menyukai aksi Steve saat ini."Apa maksudmu?""Kau ingin ikut atau tidak?" Steve mengulangi ucapannya, kali i
Magbasa pa
Datang Ke Rumah Lynn
"Kau mengkhianatiku, Steve!" Lynn berbalik meninggalkan Steve, dia sudah tak tahan menyaksikan keduanya.Rose menggenggam tangan Steve. Lelaki itu pun balas tersenyum, mengambil alih gandengan tangan Rose.Deru napas Lynn menderu. Dia membanting pintunya kuat."Arghh!" teriak Lynn sambil menyapu alat-alat riasnya di meja. Hingga semuanya berhamburan di lantai. Dia menatap tampilan kacaunya di cermin. Setelahnya, kunci mobil di tangannya, ia lemparkan ke cermin, hingga pantulan bayangannya di cermin terserak. Retak menjalari permukaan cermin tersebut."Rose ... Sialan kau ...!" Lynn beralih melempar bantalnya, menarik sepreinya.Lynn terduduk, bersandar pada tepi ranjang. Kedua lututnya menekuk, dia menyembunyikan tangisnya dalam lipatan tangannya.Dia hancur. Lynn hancur kembali.*"Steve, hentikan. Itu mengganggu konsentrasiku." Alis Fianna melekuk menatap Steve dengan kesal. Sedari tadi pria itu mengantuk-antukkan ujung pulpenn
Magbasa pa
Kau Baik-Baik Saja?
"Lynn?"Wanita yang dipanggil itu tak menoleh sedikitpun. Steve mendekat dan menarik lepas headphone di telinga Lynn.Wanita itu terjungkang kaget, dia berbalik dengan pisau di tangan."Oh, Steve. Kau ... kau mengagetkanku. Maafkan aku," ujarnya lalu menurunkan kembali pisau di tangan.Steve mengatur napasnya. Dia hanya menyengir sesaat. "Aku sedari tadi memanggilmu," ujar Steve sambil meneliti air muka wanita itu."Kau menunggu lama di depan? Astaga, maaf aku tak mendengarnya. Harusnya aku tak memasang benda ini." Lynn melepas headphone-nya, meletakkannya di meja dapur."Tunggu sebentar, aku akan menyelesaikan ini dulu!"Steve hanya manggut-manggut melihat Lynn yang berkutat pada blender di depannya. Steve berlalu duduk di kursi makan, memerhatikan wanita itu yang kini menuang cairan yang berwarna hijau kecoklatan, sepertinya jus buah alpukat.Lynn melepas celemeknya, membawa dua gelas itu ke meja, meletakkan satu di depan Steve
Magbasa pa
Lynn Menjadi Obat Nyamuk
Satu minggu kemudian.Di hari minggu yang sedikit mendung itu. Namun, ramalan cuaca mengatakan tak akan turun hujan. Steve dan Rose memutuskan untuk bertamasya ke kebun binatang, tepatnya atas permintaan wanita itu.Steve melihat raut senang tercetak jelas di wajah Rose, seperti anak kecil yanh sudah menunggu lama ingin berjalan-jalan. Rambutnya yang terkuncir bergoyang ke kanan dan ke kiri.Bukan hanya berdua saja. Mereka bertiga, Lynn ikut dengan pasangan itu walau Lynn tahu betul, pemandangan pasangan baru di depannya akan membuat amarahnya bangkit. Rasa-rasanya baru kemarin Steve berbaring berbantal paha Lynn dan hari ini, posisinya digilir lagi.Lynn berulang kali membuang wajah diikuti putaran bola mata malas kala melihat pasangan itu seperti pacaran ala bocah."Lynn, foto kami berdua di sini!" panggil Steve.Dengan senyum terpaksa, Lynn mendekat, menerima uluran kamera digital di tangan Steve.Lynn membidik kamera ke arah pasan
Magbasa pa
Perbincangan Dengan Lynn
Dalam perjalanan pulang, Steve menangkap sekilas seorang wanita dalam balutan hoodie, meskipun dia memasang tudung jaketnya, dan rambutnya terumbai angin hingga menutup separuh wajahnya. Namun, Steve seperti mengenalinya.Steve memundurkan mobilnya hingga sejajar di depan supermarket. Dia menyipitkan mata, dan setelahnya dia segera menurunkan kaca jendela mobilnya."Lynn!" panggilnya.Lynn yang memainkan kunci mobil di tangannya sontak berhenti dan kunci itu jatuh dari tangannya. Dia menoleh mencari sumber suara. Namun, tak menemukannya.Steve segera turun dari mobil dan menepuk bahu wanita itu.Lynn berbalik dengan satu tendangan di tulang kering Steve."Aarrgh!" ringis Steve. Untung tiang lampu ada di dekatnya hingga dia berpegangan saja, tendangan Lynn cukup membuatnya terpincang sesaat.Lynn menutup mulutnya, dia kaget bukan main. Sambil melototkan mata, dia berujar, "Steve? Kenapa kau di sini?""Jangan melototiku, itu sema
Magbasa pa
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status