All Chapters of Kawin Culik Sang Jenius: Chapter 61 - Chapter 70
109 Chapters
61. Diamuk oleh Isterinya
  . . . Matahari telah terbit begitu tinggi di perkampungan Pulau Henai. Semua orang telah berangkat bekerja baik di kebun anggur, menangkap ikan maupun mencari kayu bakar di hutan disekitar sana. Sehingga suasana sepi sangat terasa di perkampungan itu, menyisakan dua insan yang masih tertidur setelah malam panjang mereka. Berbalutkan selimut yang tipis, pasangan suami isteri itu saling berpelukan dengan tubuh mereka yang masih belum mengenakan apapun. Waktu telah berlalu dengan cepat hingga akhirnya salah satu dari mereka terbangun karena sorot matahari pada celah kecil dinding kayu itu yang menyilaukan. Mengerjapkan matanya, wanita itu dapat merasakan rasa sakit yang seketika menjalar disekujur tubuhnya hingga ia akhirnya ia menyadari kehadiran sebuah tangan besar yang terus meraba-raba tubuhnya.  “Arrkkkk!” Teriak Mawar seketika sebelum akhirnya ia memukul kepala suaminya itu untuk membangunkannya. “Brengsek kau Jay! Arrk!
Read more
62. Topeng Silicon
  . . . Sementara itu, didepan rumah kepala suku, beberapa orang telah berkumpul karena sesuatu hal aneh telah terjadi di perkampungan itu. “Kepala suku… Bagaimana ini?” Tanya seorang tetua yang saat ini begitu sedih karena isterinya telah hilang. Kemarin, tetua itu masih melihat isterinya itu pergi bekerja. Lalu setelah itu, ia melihat isterinya pulang dengan membawa Mawar. Kebetulan, sesuatu hal aneh sempat dirasakan oleh tetua itu karena suara sang isteri sedikit berbeda. Tetapi, ia tidak bisa mengkonfirmasinya karena Tuan Jayden tiba-tiba saja berkunjung ke perkampungan mereka dan membuat kehebohan. Dan setelahnya, ia tidak berjumpa dengan isterinya lagi, namun hanya sebuah benda aneh yang ditemuinya. “Apa ini?” Kepala suku itu bertanya-tanya di dalam hatinya, tetapi ia tidak menemukan jawabannya. Sampai kemudian, seseorang yang mereka kenal tiba-tiba saja muncul di belakang mereka dan memberikan sebuah penjelasan.
Read more
63. Kabar yang Tersebar
. . . Sementara itu, di pulau kecil disamping Pulau Henai, Bos Li yang saat ini sedang berjemur di atas pasir putih dengan celana pantai bergambar daun kelapa nampaknya dikejutkan oleh kehadiran pembantunya. “Bos! Bos!” Dari atas perahu kayu, Kasim terlihat berlarian dan tersandung-sandung untuk menghampiri Bos besarnya yang sedang menatap nanar dirinya. Menegakkan tubuhnya, Bos Li kemudian duduk di atas pasir dan menanti suruhannya itu datang. Sebetulnya, bos Li berharap jika pesuruhnya itu lebih elegan disaat menghampirinya. Tetapi sudahlah, Kasim memang orangnya seperti itu. Sehingga, Bos Li hanya bisa membiasakan dirinya dengan Kasim yang selalu mengagetkannya. “Bos! Bos! Hah…hah…” Ter-engah-engah, Kasim mengatur nafasnya karena ia berlari begitu cepat. “Bicaralah.” Bos Li sudah tidak sabar mendengar sehingga ia kemudian membentak pesuruhnya itu. “Cepat Sim….!” Bos Li semakin tidak tahan dan ia kembali mengambil tongkat dis
Read more
64. Menghukum Si Tua Bangka Li (1)
. . . “Jay. Bibi itu sudah kembali. Apa yang sebenarnya terjadi?” Mawar bertanya kepada suaminya itu sesaat setelah Jayden kembali ke perkampungan Henai. Wanita itu kebingungan karena Bibi itu tadi sempat berkata bahwa ia tidak pernah mengajak Mawar menginap di perkampungan itu. Lalu, siapa yang mengajaknya menginap dan bahkan memberikan tiket kapal padanya?! Wajah mereka benar-benar sama persis! “Sayang, lain kali jangan mau diajak pergi oleh orang lain. Dan juga, jangan menerima apapun yang bukan berasal dariku. Apa kau mengerti?” Jayden memegang wajah isterinya itu dan memperingatkannya dengan lembut. “Memangnya kenapa?” Dengan polos, Mawar bertanya karena bibi itu kan meskipun dia menyamar dia tetaplah orang baik yang mau menolongnya untuk kabur. “Mawar… Dengarkan aku. Kau tau topeng ini? Tidak sembarang orang bisa membuatnya. Dan jika saja kau naik kapal itu. Kau bisa saja dibuang ke laut.” Jayden berbicara begitu untuk menakut-na
Read more
65. Menghukum si Tua Bangka Li (2)
. . . Sebelum ia bertambah kesal, beruntungnya transaksi itu telah berhasil. Sehingga Bos Li kemudian meletakkan perangkatnya kembali dan hendak mandi sebelum akhirnya sebuah panggilan telepon kembali mengejutkannya. Ring! Begitulah bunyi telepon itu yang membuat Bos Li mengernyitkan alisnya. Siapa kira-kira yang menghubunginya lagi? Sepertinya, dia tidak punya urusan lain selain dengan agen swasta sialan itu. Kembali ke tempat duduknya, Bos Li kemudian mengurungkan niatnya dan mengambil ponselnya kembali. Melihat ke layar ponsel itu, Bos Li tahu jika itu adalah nomor agen rahasia yang disewanyan. Tapi mengapa mereka menghubunginya lagi? Toh mereka sudah mendapatkan uang mereka! Dengan penasaran, Bos Li kemudian mengangkat panggilan itu dan mendengar sebuah suara yang membuatnya terkejut. “Halo Tuan Li, Bagaimana Kabar anda?” Begitulah suara dari agen itu yang membuat Bos Li mengernyitkan alisnya. “Ada apa kau menghubungiku lag
Read more
66. Menulis Surat (1)
  . . . Malam hari begitu dingin di Pulau Henai. Saat ini, Mawar dengan memakai dress sifonnya tampak memandangi langit berbintang di atasnya. Sambil matanya mengamati lautan lepas, ia juga bisa melihat cahaya laut yang berpendar berwarna merah keungu-an ditepian pantai disana. Bagai lampu LED yang berkilauan, cahaya itu menerangi sepanjang pantai itu. Sungguh, cantik sekali. Batinnya dalam hati. Awalnya, Mawar tidak begitu mengetahui detail pantai itu pada malam hari. Tetapi, semakin lama dia disana, semakin ia bisa melihat detail keindahan yang ditunjukkan oleh pulau itu bagian demi bagian. “Kenapa kau melamun sendirian? Hm?” Tiba-tiba suara baritone seorang pria mengejutkannya hingga ia sedikit tersentak. “Astaga, kau rupanya.” Mawar menoleh, lalu mengembalikan posisinya seperti semula, memandang tepian lautan dihadapannya. “Kalau bukan aku, memang kau mengharapkan siapa lagi? Rasyid?” Suara itu semakin mendekat
Read more
67. Menulis Surat (2)
  . . . “Tunggu aku sebentar.” Meletakkan alat makannya kembali, Jayden untuk sementara waktu mengurungkan niatnya untuk makan. Lalu beranjak dari meja itu, ia menuju ke ruang belajar miliknya yang ada dilantai dua. Setelah sampai disana, ia membuka laptopnya dan mengakses beberapa article yang ia baca dengan begitu cepat. Membuat isterinya itu menulis tidaklah sulit, hanya saja, ia perlu membangkitkan semangat Mawar kembali. Sepertinya, isterinya itu tidak hanya bermasalah dengan ke-istimewaannya, tetapi rasa percaya diri yang sangat menurun. Untuk itu, Jayden kemudian memilih beberapa kertas berwarna menarik dan juga pena dengan ukuran tinta yang cukup tebal. Setelah itu, ia terlihat menyiapkan beberapa hadiah yang akan menarik perhatian dari gadis malas itu. Seperti memiliki seorang balita, Jayden mengumpulkan barang-barang itu dan menaruhnya di dalam sebuah box ber-ukuran besar dan membawanya turun ke meja makan yang ada dilan
Read more
68. Kabar dari Mawar
. . . Sementara itu, di pusat kota S, Rasyid saat ini tengah selesai mengerjakan semua tugas-tugas yang sebelumnya sempat tertunda karena mencari keberadaan Mawar. Meskipun pria itu masih khawatir, tetapi ia tetap harus memakai logikanya untuk bekerja diperusahaan yang selama ini sudah membesarkan namanya itu. “Pak, ayo kita pulang.” Suara sekretaris dari pria itu terdengar begitu lembut dan menggoda. “Tidak Sinta. Pulanglah sendiri ke rumahmu.” Sahut Rasyid sembari masih berkutat dengan pekerjaannya. Entah mengapa sejak menghilangnya Mawar, Rasyid menjadi tidak tertarik untuk bermain dengan sekretarisnya itu karena pikirannya masih dipenuhi dengan Mawar. “Apakah anda yakin Pak?” Sinta kemudian mengedipkan matanya dan menyibak rambut panjangnya hanya untuk menggoda sang bos yang biasanya langsung saja menubruknya. “Aku bilang tidak Sinta! Sana Pergi!” Rasyid begitu jengkel. Tidak hanya Lisa, tetapi sekarang Sinta juga menggodan
Read more
69. Wanita itu Tergoda? (1)
  . . . “Thanks Jay…” Suara Mawar terdengar dengan lembut ditelinga pria itu. Namun sayangnya pria itu masih sibuk membereskan peralatan laptopnya dan tidak mendengarkan ucapan terima kasih darinya. “Eh, Jay… kau lapar tidak?” Wanita itu kembali bertanya, tetapi kali ini ia mendekatkan dirinya kepada pria yang masih tidak meresponnya. “Kau tidak lapar ya. Atau kau mau kubantu?” Mawar kemudian berusaha membantu melipat kabel didepannya, tetapi Jayden langsung menyahut kabel itu begitu saja. Sepertinya, kali ini Jayden benar-benar kesal kepada isterinya itu. “Jay… Ayolah. Kenapa kau seperi ini? Apa aku salah?” Tanya Mawar kemudian yang malah mendapat kedipan lampu hijau dari Jali si robot yang ada dibawahnya. Melihat robot pembersih bulat itu, Mawar menghela nafasnya. Rupanya tidak hanya bibi Hans, tetapi Jali si robot juga membela tuannya. Menundukkan kepalanya ke bawah, Mawar yang sedang diabaikan oleh suaminya itu
Read more
70. Wanita itu Tergoda? (2)
. . . “Ih. Brengsek!” Di depan beranda rumah pantai itu, Mawar terdengar mengumpat sembari mengusap mimisannya dengan tisyu kering. Ditemani oleh robot J, Mawar kemudian duduk di kursi dan membersihkan hidungnya dari sisa-sisa darah yang tadi sempat keluar. “Kau Ke-na-pa?” Tanya robot J sembari merangkak ke atas kursi dan ikut duduk disamping Mawar yang sedang geram itu. “Tidak apa-apa Jay. Aku hanya kesal saja.” Jawab Mawar kemudian mengingat apa yang barusaja dilihatnya. Suaminya itu benar-benar sangat brengsek! Barusaja dirinya akan memberikan sepiring sandwich buatannya, tetapi ia terlebih dahulu telah dikejutkan oleh kehadiran suaminya yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan tidak mengenakan pakaian sehelaipun! Sialan! Mawar benar-benar sangat terkejut sehingga tadi ia bahkan hampir tidak bisa menggerakkan satu jaripun. Masih segar dalam ingatannya, Mawar dapat melihat jelas tubuh pria tampan itu begitu kekar dengan
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status