All Chapters of Menantu Super Kaya: Chapter 91 - Chapter 100
577 Chapters
91. Bukti Foto
Davin dan Melvin diajak masuk melalui pintu khusus yang hanya bisa diakses oleh petinggi Black Mamba, tak terkecuali Boris dan anak buahnya.Di lantai dua bar, duduk seorang lelaki berpakaian rapi membawa cerutu dan sebotol whisky kelas atas. Dia memandang Melvin, lalu membungkuk sebagai pemberian hormat.“Boris, ini Tuan Muda, aku harap kamu sudah mengenal wajahnya.” Melvin melenggangkan tangan, menyambut pelukan Boris.“Lama tidak bertemu, Melvin, hampir tiga tahun, tak terasa. Salam kenal juga, Tuan Muda, saya Boris, pemilik bar sekaligus markas dua Black Mamba. Sungguh kehormatan bar ini dikunjungi orang sepenting Anda, ada tujuan apa?”“Masalah Levy,” singkat Davin.Boris tidak mau basa-basi, dia segera menceritakan kronologi bagaimana Levy bisa sekarat dan belum sadarkan diri sampai sekarang.“Kejadiannya sangat singkat. Levy mengajakku pergi ke dekat taman kota dan tiba-tiba empat orang lelaki
Read more
92. Cocktail Untuk Tamu Istimewa
Di Jakarta, ada dua mafia yang menguasai bisnis dunia bawah. Mereka dibagi menjadi dua, golongan putih dan golongan hitam.Yang kemarin melukai Melvin dan Levy adalah orang-orang dari Serigala Merah, mafia golongan putih yang dipimpin seseorang bernama Mr. J.Mereka menguasai belahan Utara kota Jakarta dan memiliki relasi dengan beberapa miliarder terkenal, terutama Keluarga Mayapada, pemimpin Klan Emas, hingga Keluarga Orchid dan Keluarga Tatumia.Adapun golongan hitam memiliki markas di belahan Selatan, dan seringkali disebut sebagai Black Mamba.Tidak ada yang tahu kalau Black Mamba merupakan kaki tangan Nayama, mereka sengaja mentasbihkan diri sebagai mafia yang tidak berafiliasi dengan miliarder manapun.Bentrok antar dua golongan ini sudah terjadi sejak belasan tahun silam.Konflik berkepanjangan, perebutan daerah kekuasaan, dan monopoli bisnis selalu menjadi makanan hangat untuk diperbincangkan.Nayama sendiri terang-terangan m
Read more
93. Kencan Berkedok Peringatan
“Duduklah, Melvin, ini sesuai peraturan yang dibuat Tuan Besar Juta. Siapapun, baik itu petinggi Nayama, atau bahkan Tuan Besar Juta sendiri, harus menghargai kinerja Black Mamba dalam mencari informasi. Setidaknya kita membeli informasi itu...”“Katakan, berapa yang kau inginkan!” Melvin langsung menimpali.“Tiga ratus juta untuk satu informasi. Bukankah itu harga yang setimpal?” tawar Boris, senyumnya sungguh licik.“Okay.”Davin menyuruh salah satu bodyguardnya mengambil koper dari jok mobil sedan putih yang tadi dia tunggangi. Koper itu diberikan pada Boris dan Boris langsung tergiur.Jumlah seluruhnya 500 juta.Davin sudah menyiapkannya sehari sebelum berangkat ke sini karena dia tahu, apa saja yang harus disiapkan sebelum menemui seorang mafia.Mereka saling jabat tangan tanda sepakat untuk jual-beli informasi.Boris mulai membuka rahasia bahwa yang mengincar nyawa Melvin ad
Read more
94. Kencan Pertama, Tapi Itu Bencana
“Lisa, apa kabar? Sudah lama menunggu?” sapa Davin, dia berusaha terlihat tenang padahal matanya mengawasi keadaan sekitar bar.“Heyy, you’re so long. I’ve been waiting for you, maybe half minute ago.” Lisa nampak cemberut, bibirnya manyun, pipinya mulai bersemu merah karena terlalu lama menunggu Davin.“Hehe, maaf, Lis, aku telat karena ada urusan yang harus diselesaikan.” Davin mengelus rambut Lisa, lalu mengajaknya duduk.“Nggak masalah. Kamu orangnya romantis ternyata, mengajakku berkencan tepat di samping laut. Ini mempesona. Ngomong-ngomong, ini adalah kencan pertamaku bersama seorang lelaki.”“Oh yeah?!” Davin tertegun mendengarnya.Seperti biasa, Lisa nampak anggun dengan balutan gaun biru muda dan rambut disimpul kuda. Tidak ada bedak atau pelembab yang menempel di wajahnya, kecantikannya natural tanpa perawatan apapun.Semerbak avocado terendus oleh Davin, dia
Read more
95. Kekalahan Davin
Selang belasan detik setelah Lisa berhasil menuruni anak tangga dan lari menuju tempat yang ditunjukkan Davin, tiga orang lelaki naik ke lantai tiga. Masing-masing membawa senjata, ada yang pisau, ada senapan, ada yang bawa botol kaca. “Itu dia orangnya!” teriak salah satu lelaki. Davin langsung lari dan menendang satu pria berbadan kekar yang mengincar nyawanya dengan pisau tajam. Tendangan itu berhasil dihindari, kawan pria berbadan kekar mengeluarkan senapan laras pendek. “Angkat tanganmu atau kutarik pelatuk ini!” Ancaman itu sepertinya tidak berlaku bagi Davin. “Tarik saja jika kau mau, aku tidak takut! Senapanmu tidak cukup untuk membuatku gentar ketakutan!” Dulu saat masih aktif di perguruan bela diri, Davin sering mendapat ancaman berupa senjata tajam dan senapan laras pendek maupun panjang. Dengan sigap, Davin meraih ujung senapan itu, lalu membengkokkan tembakannya ke udara. Duar! Duar! Duar! Panik mem
Read more
96. Pengorbanan
Di sisi lain, Levy dan Melvin melihat para pelanggan bar melarikan diri. Levy menyisir wajah tiap pelanggan dan menemukan Lisa yang ditawan dua pria berbadan kekar.“I-itu, kan, Lisa?” Levy menunjuk seorang gadis dengan gaun biru muda menawan. “Dia dikejar dua orang anggota Serigala Merah!”Usai mendapat izin dari Boris untuk meninggalkan lokasi awal, mereka berdua segera memacu mobil menuju dekat kafe guna menyelamatkan Lisa.Baru saja Melvin menyentuh pintu mobil, tangan Levy dengan cepat menyambar. “Biar aku saja, kau jaga di sini dan pantau Tuan Davin!”“Ta-tapi...”“Tidak ada tapi! Jika kau ikut turun membantu Lisa, tidak ada lagi yang mengawasi kondisi Davin.  Boris dan rekannya butuh laporan darimu.”Levy turun dari mobil dan lari mengincar dua kepala botak yang menawan Lisa.Prak!Prak!Dua pukulan mengenai lelaki tersebut.Levy berhasil mele
Read more
97. Jangan Bohong!
“Tu-tuan, Anda sudah sadar, aku sangat senang melihat Anda membuka mata.”Melvin duduk di samping Davin, mereka ada di sebuah ruangan tersembunyi bagian Utara pelabuhan.Boris datang tepat waktu dan memberi pertolongan pertama pada Levy. Telat semenit saja, mungkin nyawa Levy tidak lagi tertolong.Perban, jahitan, hingga kotak P3K sengaja disiapkan untuk Levy. Dokter spesialis bedah yang bekerja untuk Black Mamba juga diminta datang ke pelabuhan. Untungnya dokter itu tinggal di pinggiran ibukota, jadi tidak terlalu jauh waktu yang ditempuh saat berkendara.Berselang lima menit, seorang lelaki datang dan melempar ponsel kepada Davin.Terdengar suara laki-laki, dia tertawa penuh kemenangan. Saat ponsel diangkat, Davin terkejut bukan main. Davin meneguk ludah berulang kali, diikuti pandangan aneh Melvin dan Boris. Semua khawatir.Loudspeaker ponsel ditekan, mereka akhirnya sadar bahwa itu adalah suara...“Prima.”
Read more
98. Ingatan Kapal
Davin menyadari hal tersebut, melawan enam penjaga tentu tidak mudah baginya. Dia melihat gelombang air berayun dari belakang, pertanda ada sesuatu yang mendekat.“Melvin...”“Benarkah itu kamu?”Melvin memunculkan kepalanya, menghirup nafas, lantas memeragakan gestur dengan posisi telunjuk ditaruh di tengah-tengah bibir. Dia menyuruh Davin diam, lantas menunjuk atas kapal dan memberi kode angka enam.Davin mengangguk, dia sudah tahu semuanya.Mereka berdua diskusi sejenak, memastikan rencana apa yang harus dilakukan saat menghadapi posisi seperti ini.Tidak ada lagi rasa takut, semua kenekatan ini harus dibayar dengan dua resiko besar; berhasil menyelamatkan Lisa dari cengkeraman orang-orang Serigala Merah, atau mati karena memperjuangkan cinta sejati.Terdengar bodoh memang, tapi begitulah cinta, membutakan segalanya!“Pergi ke dek seberang kapal, lucuti dua dari empat produk, lalu alihkan perhat
Read more
99. Adu Tembak di Dek Lantai Dua
Melvin mengendap ke pojok kiri.Dia bersembunyi di balik kotak kayu besar berisi stok makanan kaleng, sementara Davin pergi ke celah kecil di pojok kanan. Mereka berpencar untuk mempermudah misi.Menuruni tangga menuju dek lantai dua kapal, Davin melihat sebuah pintu kayu besar, lalu memutar gagang pintu tersebut. Sangat pelan, sampai dia sendiri tidak mendengar suaranya.Ada tiga penjaga di ruang tamu kapal.Mereka habis berpesta, terlihat dari botol-botol vodka yang berserakan. Tiga dari empat penjaga itu terlalu banyak meneguk vodka sehingga terkapar di atas sofa dek lantai dua kapal.Davin memanfaatkan kesempatan itu, dia membuka pintu kapal dan masuk ke ruang tamu.“Mereka mabuk berat. Aku yakin, mereka tidak akan mengenali siapa kawan siapa lawan. Aku harus segera pergi sebelum mereka sadar.” Davin mulai mengendap masuk, menyelinap melewati pinggiran meja berhiaskan vas mahal.Sialnya, salah satu penja
Read more
100. Melvin Ketahuan!
Di saat terdesak, tiba-tiba saja Davin teringat perkataan Melvin waktu berlatih beladiri beberapa tahun silam. “Intinya adalah fokus. Kerahkan seluruh panca inderamu dan tetap pusatkan semuanya pada satu hal. Dengan kemampuan itu, kau dapat menebak keberadaan musuhmu, atau bahkan jika fokusmu sudah mencapai puncak, gerakan yang akan dilakukan musuhmu akan terbaca juga.”Seperti seorang detektif, Davin mencoba fokus, mengerahkan seluruh panca inderanya untuk satu orang penjaga yang tersisa.Penjaga itu mencari posisi lain yang lebih aman karena dia tahu, saat ini Davin sedang membawa pistol yang dicuri dari kantong celana belakang Gorgio.Suara derapan kaki tidak terdengar sama sekali, penjaga terakhir yakin Davin tidak tahu posisinya sekarang.“Dia mulai bergerak,” batin Davin, hidungnya mencium bau bubuk peluru dari arah jam empat. “Pintar juga dia mau mengecohku. Sekarang aku yang akan mengecohmu. Jangan p
Read more
PREV
1
...
89101112
...
58
DMCA.com Protection Status