All Chapters of Penakluk Hati Om Dokter: Chapter 101 - Chapter 110
119 Chapters
Part 101-Petunjuk Buta
Setelah keributan yang terjadi kemarin antara ia dan Dirga, serta kericuhan di dapur antar karyawannya, Rizal mengunpulkan semua karyawannya sebelum caffe beroperasi. Awalnya pria berwajah oriental itu tak mau ikut campur urusan pribadi karyawannya. Namun kemarin sore, Farid—koki yang paling dekat dengannya—menceritakan tentang penyebab keributan Wina dan karyawan lainnya.Rizal akui, sebelumnya ia tidak pernah mempertimbangkan hal ini. Mulanya, ia juga tak ada niatan memperkerjakan Wina dalam waktu lama. Tapi semua terjadi begitu saja. Jalan yang ia tempuh tidak mulus. Seiring berjalannya waktu, ketika ia sudah terbiasa dengan Wina di dekatnya, ia dilema. Tidak tega membiarkan Wina kembali berhadapan dengan masalah ekonomi yang baginya tidak seberapa itu.Pria berkulit putih itu juga tidak ingin Wina dipandang buruk oleh karyawan lain. Maka dari itu, ia mengumpulkan karyawannya. Bermaksud untuk menjelaskan sikapnya yang selama ini terlihat terlalu mengistimewakan Wina.“Ehm!” Rizal m
Read more
part 102-Plan B
“Untuk bisa melihat jenis kelaminnya, Bapak dan Ibu bisa datang lagi bulan depan.” Ucap Sheryl ramah pada pasiennya. Tangannya sibuk menulis resep.“Obatnya jangan lupa diminum terus ya, Bu.”Sepasang suami-istri di depannya mengangguk. Setelah semua pemeriksaan selesai, keduanya pamit.“Selanjutnya!” Ucap Sheryl pada asistennya.Tak ada sahutan. Dokter kandungan itu mendongak. Namun yang di dapati bukanlah asistennya melainkan laki-laki yang paling ia benci kehadirannya. Amarahnya kembali bangkit. Mengingat kembali kebodohannya yang mempercayai manusia berotak kadal yang berani-beraninya menipunya.Si tamu tersenyum manis dengan tatapan seolah mereka bersahabat. Berbanding terbalik dengan dokter cantik yang masih anteng di kursi kerjanya, balas menatap dengan tatapan benci. Diletakkan pulpen dengan kasar, tangannya bersedekap di dada.“Siapa yang kamu hamili kali ini, Tuan Aldo?” Tanyanya mengejek.Pria yang baru saja menerobos antrian para pasien itu hanya mengedikkan bahunya. Tanpa
Read more
Part 103-Membentuk Tim
Dengan langkah berat, mata mengantuk, dan baju yang berantakan, Rizal berjalan lesu memasuki caffe-nya yang masih sepi. Belum ada satupun karyawannya yang berangkat karena maih terlalu pagi. Begitu selesai shift malamnya, pria itu langsung pulang ke caffe.Sebenarnya hari ini ia berniat untuk pulang ke rumahnya. Mamahnya sudah merengek memintanya pulang. Namun terpaksa harus ke caffe dulu untuk mengambil sesuatu.Ia mengedarkan pandangannya pada caffe yang masih sepi. Beberapa kursi masih nangkring di atas meja, listrik yang masih belum nyala, dan lantai yang masih sedikit kotor. Semalam caffe tutup lebih malam karena malam minggu.Kemudian ia berjalan menuju dapur. Tempat para koki dan staff dapur bekerja keras untuk mempersembahkan hidangan lezat para customer. Dari kejauhan, ia melihat secarik kertas tertempel di pintu kulkas. Rizal mendekat, mengambil kertas yang berisi coretan tinta hitam.Siapa lagi pelakunya kalau bukan Farid. Karena hari ini koki itu libur, Farid mencatat apa
Read more
Part 104-Daftar Tersangka
“Ada orang yang aku curigai.”Wina dan Rizal kompak menoleh ke arah Dirga. Menatap pria bermata coklat itu dengan penasaran. Pemilik caffe itu mendekat, “siapa?”Gadis mungil itu juga semakin merapatkan tubuhnya pada laki-laki yang sedari tadi sibuk menyuapkan jajan dan minuman padanya. Sebelum menjawab, laki-laki itu menyuapkan lagi roti sobek isi selai blueberry.“Aldo,” jawab Dirga singkat.Wina terjingkat, “wah, wah, wah. I know, i know. Tuh orang emang dendam kesumat sama aku, Om!” Seru gadis itu lantang, seolah menguatkan asumsi Dirga. Sampai-sampai roti yang sedang dikunyahnya muncrat kemana-mana. Tentu Dirga langsung sigap mengambilkan tisue dan membersihkan sekitar mulut Wina yang cukup belepotan.Wina sih nurut saja.Namun berbeda dengan Rizal, pria itu masih belum mengerti. “Memangnya apa alasan dia harus mencelakai kamu?”“Waktu aku jadi ART Om Dirga, dia tuh pernah mau ngelecehin aku. Terus selalu ngancem-ngancem—” perkataan Wina yang berapi-api langsung dipotong oleh Dir
Read more
Part 105-Ular Berbisa
Dirga memasuki ruang kerjanya dengan bersungut-sungut. Masih tidak terima dengan tuduhan Wina kemarin yang malah memasukkan Sheryl ke daftar tersangka dalang di balik kecelakaannya waktu itu. Nah, akibat ia membantah tuduhan gadis mungil itu, berbuntut perdebatan kecil antara mereka. Padahal baru juga berbaikan.Tak hanya dirinya, Rizal, sepupunya juga tak luput dari amukan Wina kala laki-laki itu juga ikut membela Dirga. Ya, bagaimanapun, kedua sepupu itu sudah bersahabat lama dengan Shery. Tentu mereka kenal, orang seperti apa Sheryl itu. Tak pernah sedikitpun mereka membayangkan sahabat cantiknya akan melakukan tindakan gila seperti itu.Wina ngambek. Bahkan menolak tawarannya untuk mengantarkan mahasiswa semester akhir itu akan menemui dosen pembingingnya di kampus.“Dok, siap-siap. 17 menit lagi kita persiapan untuk operasi pasien yang kecelakaan tempo hari.” Ucap seorang perawat mengingatkan sang dokter residen sembari menunjuk jam yang melingkar di pergelangan tangan.Pria berj
Read more
Part 106-Cerita Versi Sheryl
“Bentar, Om. Gimana kamu bisa tahu detail jebakan Aldo di hotel?” Tanya Wina heran.Saat ini mereka—Wina, Dirga, dan Rizal—tengah mengadakan ‘rapat dadakan’ di depan mesin penjual minuman otomatis. Tak jauh dari bangsal tempat ayah Wina dirawat. Ada kursi panjang yang cukup untuk 2 sampai 3 orang. Wina dan Rizal duduk di kursi itu.Klontang!Dirga jongkok, mengambil minuman kaleng yang baru saja keluar dari vanding mechine. Tiga kaleng minuman di tangannya ia bagikan pada Wina dan Rizal. Pria jangkung itu lalu menyenderkan tubuhnya pada kolom besar yang menopang gedung rumah sakit tersebut. Tangan kirinya ia masukkan pada kantong celana dan tangan kanannya memegang minuman bersoda itu.“Sheryl tahu semuanya.”Sama seperti Dirga, Wina dan Rizal juga mulai membasahi tenggorokan mereka dengan minuman soda. Sensasi dinginnya sangat cocok untuk cuaca yang siang itu cukup terik.“Maksudnya?” Tanya sepupu Dirga.Dirga yang ada di seberang mereka mulai bercerita. Cerita di balik layar versi
Read more
Part 107-Membujuk Tuan Putri
Dirga berlari mengejar Wina melewati lorong-lorong yang semakin sepi karena jam besuk sudah habis. Sesekali ia menyeka wajahnya yang basah lantaran disiram dengan minuman bersoda oleh gadis yang tengah dikejarnya.“Wina!” Sesekali pria berseragam dokter itu memanggil nama gadis mungilnya. Sedikit keras tapi tak sampai berteriak.“Wina,” panggilnya semakin lirih saat mereka sudah tiba di kamar inap ayah Wina.Dirga terus mengekor, langkahnya semakin pelan. Bibirnya terbuka hendak memanggil gadis itu lagi. Namun melihat siapa yang ada di ruang inap tersebut membuatnya membungkam kembali bibir itu. Digantikan dengan senyum ramah, penuh sopan santun.“Pagi-eh siang tante,” sapanya ramah pada wanita yang usianya hampir setengah abad. Ini kali kedua mereka bertemu.“Siang, Dok. Ada apa, ya?” Tanya Ratih, Ibu Wina, dengan wajah bingungnya.Wina yang melihat kebingungan di wajah Dirga, akhirnya turun tangan. Lagian dia sedang malas dengan pria bertubuh kekar itu. “Ibu kok masih disini? Jam be
Read more
Part 108-Sisi Lain
Adalah hal langka jika Dirga menyambangi kantor Aldo. Apalagi jika pria itu datang atas kehendak diri sendiri, tanpa perintah dari sang kakek atau orang lain. Selain karena sudah sibuk dengan urusan rumah sakit, Dirga lebih suka bertemu di tempat yang lebih santai. Seperti rumah atau tempat nongkrong gitu.Awalnya Dirga percaya saja dengan cerita Sheryl. Namun setelah mendengar penjelasan Wina, ia dan Rizal pun jadi berpikir dua kali. Terlebih Rizal, sepupunya itu justru sudah membelot. Katanya, pendapat si mungil ada benarnya.Sehingga pria berkulit tan itu datang ke kantor Aldo, bermaksud untuk menggali informasi secara tidak langsung. Tentu, ia belum siap jika harus mengibarkan bendera perang secara terang-terangan. Saat ini saja kakeknya belum sepenuhnya memberi kepercayaan seperti dulu. Belum lagi masalah Wina.“Siang, Mbak. Pak Aldo masih di atas?” Tanya Dirga pada resepsionis perusahaan sepupunya. Ya, meskipun mereka bersaudara, tapi karena jarang kesini Dirga tak enak hati jik
Read more
Part 109-Bocoran Informasi
“Terus kenapa ya, Sheryl malah minta tolongnya sama kamu. Bukan aku ataupun Rizal?”Mendengar itu, Aldo hanya bisa mengangkat bahunya. Tanda tak tahu, atau tak peduli? Jangan lupakan wajah tenangnya. Sudah bukan rahasia lagi, salah satu cucu Hermanto itu memang sangat pintar menyembunyikan ekspresi wajahnya. Dia bisa bersikap setenang air dalam menghadapi lawan bicaranya. Begitu caranya memenangkan bisnisnya.“Kenapa ya, Sheryl yang baik dan polos itu malah minta tolong sama cowok mesum kaya kamu?” Tanya Dirga hiperbolis. Dua sepupu itu serempak tertawa lirih.Baik dan polos? Aldo menertawakan pikirannya sepupunya yang terlalu menganggap baik cinta monyetnya. Rasanya, ia ingin sekali membeberkan semua kebusukan dokter spesialis cantik itu. Ah, nanti dulu. Biarlah rahasianya ia gunakan sebagai senjata untuk menghadapi musuh-musuhnya.“Ya, karena Rizal gak bisa diandelin. Bisa apa coba bocah yang bapaknya yang gak tahu kemana. Hidup dia itu serba nanggung. Jadi dokter, eh stuck di dokte
Read more
Part 110-Semakin Bingung
Kampret!Umpat Dirga dalam hati saat Aldo pergi begitu saja setelah mengucapkan kalimat yang membuatnya penasaran. Sekretaris seksi sepupunya itu keburu memanggilnya untuk meeting lanjutan. Dirga ditinggalkan begitu saja dengan tampang meledeknya. Seolah berkata ‘Selamat Over thinking’.Ting!Dirga membuka ponselnya. Rupanya ada pesan dari sepupunya.[Kalau kamu bisa percaya, tunggu sampai meeting beres]Ck! Dirga berdecak sebal membaca pesan tersebut. Membayangkan harus tertahan di ruangan itu sendirian membuatnya bosan. Belum lagi, ia tak tahu berapa lama sepupunya rapat. Ia mengedarkan pandangannya, menyapu setiap sudut ruangan yang jarang sekali dikunjungi.Sekilas, terlintas pikiran untuk mencari sesuatu di ruangan mewah itu. Siapa tahu ia menemukan informasi penting tentang sepupunya. Namun hati kecilnya langsung mencegah. Diedarkan sekali lagi pandangannya, memeriksa apakah ada CCTV di ruang itu.Memang, sih, tak nampak satupun perangkat CCTV di ruang kerja Aldo. Tapi apa mungk
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status