Semua Bab DUDA PILIHAN PAPA: Bab 21 - Bab 30
45 Bab
Ashiqa terluka
Wisnu hanya mengiyakan dan mengikuti perkataan laki-laki yang telah menyelamatkan mereka. Bergegas mereka naik ke mobil yang ditunjuk olehnya dan membawa Ashiqa secepat mungkin ke rumah sakit.Ponsel Wisnu berdering beberapa kali dan terlihat nama Rama di sana, dengan ragu dia menggeser tombol hijau itu.“Apa yang terjadi Wisnu dan di mana istriku?” kegusaran Rama terdengar jelas dari suaranya.“Para pekerja disusupi provokator Tuan, mereka menyerang pihak manajemen dan saya sedang di jalan membawa Nyonya Ashiqa ke Rumah Sakit terdekat.”“Ashiqa kenapa?!” suara Rama jelas terdengar meninggi.“Rumah Sakit Persada tidak jauh dari lokasi kami dan kami akan membawanya ke sana. Nyonya Ashiqa terkena lemparan batu Tuan.”Wisnu tak mendengar lagi sahutan dari Rama dan memeriksa layar ponselnya, tanpa kata-kata lagi ternyata Rama sudah memutuskan sambungan telponnya.Wisnu baru saja teringat dengan laki-laki yang telah menolong mereka dan menoleh ke belakang untuk melihat kondisi Ashiqa.“Maa
Baca selengkapnya
Hati yang ikut terluka
Seorang laki-laki dengan postur tubuh yang atletis dan wajah rupawan sedang sibuk bekerja di balik meja. Tumpukan laporan serta layar komputer adalah dua hal yang bergantian dia amati. Tak mudah baginya untuk sampai di posisinya yang sekarang sebagai presdir meski semua orang bergunjing jika posisi yang dia dapatkan sangat terlalu mudah hanya dengan menikahi pewaris perusahaan yang cacat.Selama tiga tahun dia terus saja membuktikan jika dia pun bekerja dengan sangat keras di dalamnya, sang komisaris perusahaan alias wanita yang dinikahinya itu hanya menerima beres untuk tanda tangan dan sekedar formalitas saja. Perusahaan milik ayah mertuanya Seven Seas Enterprise menjadi perusahaan yang berkembang sangat pesat dalam kurun waktu dua tahun terakhir di Asia Tenggara dan Pasifik. Saatnya pria itu membawa gelombang Seven Seas menuju Indonesia untuk menyapu satu perusahaan, Al Farizi Corps.Pintu pun terbuka kemudian masuk seorang wanita cantik yang berada di kursi roda bersama seorang as
Baca selengkapnya
Gelombang Arkhana
Ashiqa sudah terlelap tidur ketika Rama tiba rumah sakit, sejenak dia memandangi istrinya dengan perasaan sedih. Penyerangan itu belum menemui titik terang siapa dalang di balik provokasi para pekerjanya. Rama mencuci mukanya dan duduk di samping tempat tidur Ashiqa sambil mengambil tangan istrinya pelan-pelan.“Maafkan aku Sayang, semua jadi begini tapi aku akan berusaha agar semuanya baik-baik saja dan kau aman bersamaku.” Suara Rama pelan sambil menempelkan telapak tangan istrinya di pipinya.“Temani aku tidur, di sini masih muat, aku kesepian banget gak ada kamu, Rama.” Ashiqa membuka matanya dan melihat tatapan sendu suaminya, dia bergeser untuk memberi ruang di sisinya. Rama mengikuti permintaan Ashiqa dan berbaring di sisi istrinya, sebelah tangannya dijadikan pengganti bantal kepala Ashiqa dan lengannya yang lain melingkari tubuh istrinya yang hangat.Ashiqa menghirup aroma tubuh suaminya sambil tersenyum lega.“Aku merindukanmu, apa kau makan dengan baik hari ini?” Ashiqa men
Baca selengkapnya
Bayangan mantan
Ashiqa merasa syok dengan apa yang didengarnya, terlebih Terryn sudah melihat foto Sarasvaty dengan Arkhana di atas tumpukan kertas di meja tamu itu saat Terryn menawari mereka kue. Terryn mengelus-elus bahu Ashiqa meminta sahabatnya itu tenang.“Yin, kita harus pulang sekarang, kita ada janji dengan Ibu dan Kak Aluna hari ini.” Deva melirik jam di tangannya dan meminta Terryn pulang.“Baik, Kak.” Terryn menyahut lalu berbalik ke arah Ashiqa yang menggeleng meminta Terryn untuk tidak meninggalkannya.“Sore nanti aku akan kembali lagi menemani kamu yaa? Maaf Chika, aku harus ketemu dulu sama Ibu Imelda. Jangan khawatir semua akan baik-baik saja.” Terryn memeluk Ashiqa, dia paham keresahan sahabatnya itu tapi dia harus kembali sekarang.“Mas Rama, kami pamit dulu yaa, Ashiqa minta dibuatkan kue yang lain jadi gak apa kan nanti sore saya ke sini lagi?” Terryn menatap Ashiqa sambil mengangguk samar.“Tentu saja Nona Terryn saya justru senang Ashiqa ada yang menemani karena kemungkinan say
Baca selengkapnya
Teror untuk Ashiqa
Pukul delapan malam, sayang sekali Terryn tidak bisa lagi berlama-lama menemani Ashiqa. Demam Ashiqa juga mulai mereda dan dia meyakinkan Terryn jika dia akan baik-baik saja sendiri di kamar perawatannya.Sepeninggal Terryn, Ashiqa mengambil ponselnya di atas meja kecil samping tempat tidurnya. Ada chat Rama yang meminta maaf akan pulang telat. Ashiqa membalasnya dengan mengatakan dia akan baik-baik saja dan tidak usah mengkhawatirkannya.Pengaruh obat mulai bekerja yang membuat Ashiqa merasa mengantuk. Dia mencoba tidur lebih awal dan mencoba melupakan sejenak permasalahan tentang Arkhana itu. Tak lama akhirnya dia benar-benar tertidur pulas.Pintu kamar Ashiqa kembali terbuka, langkah kaki yang sama memasuki kamar Ashiqa. Diam-diam laki-laki itu kembali mengelus rambut Ashiqa dan mulai berani mencium punggung tangan perempuan itu. Kali ini Arkhana hanya memandangi wajah Ashiqa saja, dia tidak ingin berkata sepatah kata pun agar Ashiqa tidak terbangun dari tidurnya. Arkhana mengeluar
Baca selengkapnya
Rahwana
Dua bulan masa badai masih cukup berat untuk dilalui Rama, tetapu bukan Ramadhan Al Farizi namanya jika dia menyerah dalam waktu secepat ini. Syukurnya Rama masih punya beberapa kolega yang loyal padanya dan membantunya dalam situasi sulit.Rama sebenarnya sudah tidak ingin Ashiqa turut bekerja di perusahaannya tapi perempuan itu sulit untuk tawar menawar hingga sampai di titik kesepakatan mereka jika Rama hanya mengijinkannya kerja di kantor tidak boleh turun lagi ke lapangan.Ashiqa pun setuju karena dalam hati pun dia bertekad untuk menemani suaminya dalam keadaan apapun. Jika dia masih bisa memberikan pikiran dan tenaganya pasti dia akan lakukan itu untuk Rama dan perusahaannya.“Tuan, siang ini akan ada lelang tender proyek di Mega Cipta, ini peluang bagus jika kita berhasil mendapatkannya. “ Wisnu menyerahkan map berisi beberapa lembar laporan.“Ini perusahaan yang ikut lelang, ada perusahaannya Deva juga nih dan … Seven Seas akan ikut juga?”“Iya Tuan, mereka benar-benar ada di
Baca selengkapnya
Rencana Ashiqa
Ashiqa terdiam sepanjang perjalanan pulang ke rumah, Rama yang duduk di sampingnya sudah beberapa kali meliriknya. Alis Ashiqa hampir bertaut dan bibirnya agak mengerucut.“Sayang, dari tadi kamu kok diam aja sih, kamu kenapa?” Rama mengambil jemari Ashiqa dan meletakkannya di atas pahanya.“Siapa presdir dari Mega Cipta, Rama? Aku mau tahu," jawab Ashiqa sambil memandangi jalanan dari balik jendela kaca mobilnya.“Pak Ardinata, kenapa?” Rama memainkan jemari Ashiqa dengan gemas.“Pak Ardinata … Ardinata … ooh … aku ingat sekarang.”“Memangnya kamu kenal?” Rama melirik Ashiqa yang masih memasang wajah super serius.“Kalau tidak salah beliau salah satu sahabat ayahku, pak Ardi hadirkan di resepsi pernikahan kita?”“Iya, hadir. Aku kira kamu gak perhatikan siapa-siapa lagi karena sibuk mengataiku Datuk Maringgih.” Rama tertawa saat mengingat malam pertama mereka. Ashiqa mencubit perut Rama dengan gemas.“Aaauuccchhh … sakit, Sayang! Yaa ampuun ini jari kecil gini kok bisa pedes banget s
Baca selengkapnya
Di balik kemenangan
Braaaak…!Arkhana menggebrak meja dengan kesalnya sepuluh hari setelah lelang tender itu Mega Cipta mengeluarkan pengumuman dan tak satupun Seven Seas mendapatkan proyek dari lima proyek raksasa yang di lelang Mega Cipta. Dua proyek incaran justru jatuh pada Farizi Corps, satu proyek pada Melda’s Construction dan dua lainnya pada perusahaan yang tidak terlalu terkenal.“Mega Cipta ingin melawan kita rupanya, aku harus bertemu dengan presdir mereka.”Arkhana menghempaskan map laporan itu ke lantai tepat saat kursi roda Saras masuk bersama Niken.“Ada apa ini Khana?” Saras melihat kertas yang berserakan di lantai.“Mega Cipta memenangkan Farizi Corps dengan dua proyek besar incaran kita, dan sisanya pada perusahaan kecil. Mereka sengaja melewatkan kita.”“Khana, tenanglah, ini bukan akhir dari perusahaan kita jika kita tidak mendapatkannya, lagi pula kita punya kerjasama juga dengan Mega Cipta di Aussy. Kita tidak boleh gegabah dan emosional di sini.”Saras mendekat pada Arkhana dan mer
Baca selengkapnya
Dua nyawa
Sekian menit setelah kepergian Ashiqa Rama yang mematung akhirnya tersadar, dia harus bicara pada istrinya. Dengan langkah-langkah panjang dan hampir setengah berlari dia mencari Ashiqa yang terlihat turun keluar gedung.“Ashiqa, tunggu!” seru Rama yang sudah melihat Ashiqa sedang mengambil ponselnya untuk menelpon seseorang sambil terisak menangis. Rama berlari menyusul perempuan itu dan tiba-tiba sebuah mobil mini van berhenti tepat di samping istrinya lalu dua orang lelaki tegap memaksa istrinya masuk.“Heeeey… lepaskan istri saya!” Rama berlari sekencang-kencangnya untuk mengejar mobil yang telah membawa Ashiqa pergi. Samar terlihat bayangan Ashiqa yang masih sempat memberikan perlawanan, Rama terus berlari dan sialnya jalanan cukup lengang hingga membuat mobil dapat melaju lebih kencang hingga membuat Rama jauh tertinggal hingga tak terlihat lagi.Rama nyaris menangis melihat ujung jalanan yang membuat mobil van itu terlihat seperti titik kecil. Kakinya melangkah bolak balik dan
Baca selengkapnya
Ayah Baby
Seorang pria paruh baya dan berperawakan gemuk sedang menghisap rokok dari pipanya sambil berjalan mendekati kamar Ashiqa. Dia memerintahkan anak buahnya untuk membuka pintu kamar tempat Ashiqa disekap. Laki-laki itu tertawa dengan riang seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru.“Aaakhirnya aku menemukanmu Ashiqa Sayang … sudah cukup lama yaa? Tiga atau empat tahun? Waah … waah … waaah … semakin cantik rupawan dan semakin matang!”Ashiqa yang sudah sadar dipindahkan ke sebuah kursi dan diikat kembali di sana, matanya membelalak kaget melihat laki-laki yang dipanggil ‘Bos’ oleh orang-orang yang menculiknya.“Kau terkejut rupanya melihatku Ashiqa manis … jangan khawatir aku sudah mengabari suamimu yang kaya raya itu jika kau ada bersamaku. Keselamatanmu tergantung dari caramu bersikap padaku. Buka penutup mulutnya itu tampaknya dia ingin sekali menyapaku.” Perintahnya lagi.Salah seorang anak buah si bos itu menarik plester di permukaan mulut Ashiqa.“Kaau! Lepaskan aku … aku dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status