All Chapters of Di Balik Rupa Burukku: Chapter 231 - Chapter 240
263 Chapters
Bab 231
Setelah menemui Melanie, Steven menyempatkan diri mengunjungi mantan sahabatnya di penjara, dia sangat penasaran bagaimana kondisi lelaki itu sekarang, sekaligus melampiaskan amarahnya karena ulah bejat lelaki itu.Sesampai penjara, Steven mendapati seorang lelaki yang di luar ekspetasinya, dia sudah membayangkan wajah angkuh dan jahat Agung, namun yang didapati hanya seorang lelaki frustasi dengan tatapan mata kosong. Bukan lantaran dipenjara keadaan Agung yang demikian, namun apa yang dilakukan Dave memang berdampak sesuai yang diinginkan lelaki tua itu, beberapa kali bahkan Agung pernah melukai diri sendiri, bahkan melakukan percobaan bunuh diri, namun kesigapan petugas membuatnya gagal melakukan semua itu.Kini Agung pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya, walau semangatnya sedikit bangkit karena kedatangan Rian dan Nirmala, namun itu juga tidak berdampak besar. Seorang petugas yang berjaga banyak memberinya buku-buku agama yang sering Agung baca, hal itu membuatnya sedikit i
Read more
Bab 232
Steven kembali di saat semua orang tengah makan malam, hanya Dito dan Fendi yang tidak ikut makan malam, Kedua bujangan itu sudah berpamitan dari sore untuk mengitari kota Bandung dan bersenang-senang ke mall atau ke gedung sate, mumpung masih berada di kota Bandung. Arsen yang terlihat letih seharian berjalan-jalan, meminta Bibi Mandy menemaninya tidur. "Apa Arsen sudah makan malam?" tanya Steven. "Tadi sore sudah makan di gerai ayam goreng, mungkin dia kecape'an, anak itu sangat atraktif dan bersemangat menaiki semua wahana," cerita Evi bersemangat, bagaimana dia tidak senang memiliki cucu yang begitu lucu. "Untung saja dia bisa tidak diperbolehkan naik halilintar karena tinggi badannya yang kurang," sambung Duke sambil tertawa. "Iya, nggak ada capek-capeknya anak itu," Evi menimpali sambil terkekeh. Laura hanya diam saja, dia cukup sedih tadi ingin menemani Arsen tidur tetapi Arsen malah ingin ditemani Bibi Mandy, dia sebenarnya maklum karena Bibi Mandy yang ada di samping A
Read more
Bab 233
Dave menyesap teh hangat buatan istrinya, sepertinya lelaki tua itu sangat lelah dan kehausan. Semua orang menatap Dave dengan pandangan cemas. Hasan bahkan menggenggam lengan Aina kuat, dia memang tidak ingat pernah making love dengan Laura, tetapi siapa yang tahu jika ada peristiwa yang tak terduga."Hasil tes DNA-nya sudah keluar. Ini Ayah tes langsung ke rumah sakit di Okinawa, Jepang. Orang kepercayaan Ayah yang membawanya ke sana."Semua orang menghela napas panjang, pantasan memeriksanya di Jepang? Makanya anak buahku tidak ada yang melacaknya, keluh Duke dalam hati.Dave membuka amplop itu, memperlihatkan isinya kepada semua orang, tulisan yang cukup kecil membuat semua orang mengernyit heran."Hasan bukan ayah kandung Arsen, prosentasenya sangat kecil, hanya 40%. Namun antara Arsen dan Hasan masih ada hubungan kekerabatan, entah itu saudara kandung atau saudara sepupu," ujar Dave.Hasan yang wajahnya sempat pucat menghela napas dengan lega, pegangan pada tangan Aina mengendur
Read more
Bab 234
Lima bulan kemudian .... Aina dan Hasan sudah kembali ke Jambi melakukan aktivitas seperti biasa, namun Aina sedikit lebih sibuk karena dia telah merenovasi warung baksonya menjadi lebih luas dan lebih apik. Laras sudah bekerja di warung bakso, dia tingga bersama dengan Anisa di kontrakan dekat warung bakso tersebut, warung bakso yang ada dua kamar tetap ditempati Ihsan dan Kamal. Sejak peristiwa tragis yang dialami istrinya di pulau Jawa itu, Hasan menjadi lebih protektif dan posesif terhadap istrinya. Tiap satu jam sekali pasti lelaki itu menelpon memastikan istrinya berada di mana. Walaupun ketika di kampus dia meminta Steven atau Kamal untuk mengawasi istrinya, bukan kenapa-kenapa, Hasan hanya trauma terhadap apa yang dialami Aina dulu. Aina sendiri tidak mengalami kendala apapun, dia tidak mengalami mimpi buruk atau trauma apapun sejauh ini, baginya ketika Hasan mau menerima kondisinya, akan menjadi obat mujarab bagi jiwanya, bisa menguatkan langkah hidup selanjutnya. Sejak La
Read more
Bab 235
Setelah beberapa kali mengikuti kajian di kampus, Aina mengutarakan keinginannya pada suaminya, tentu saja Hasan sangat senang menyambutnya."Kau ingin berjilbab, Sayang? Tentu saja Abang sangat mendukung. Abang sangat senang kau punya keinginan seperti ini, aurat itu memang harus ditutupi, selama ini Abang juga berkeinginan seperti itu, cuma melihat kesiapan kamu saja, Sayang ... Kalau perlu kau bercadar.""Semua butuh proses, Abang. Aku gak mau berjilbab atau bercadar hanya bertujuan menutupi aurat, kalau bisa melakukan itu karena diniatkan ibadah, jadi kalau sudah bercadar jangan sampai dibuka lagi, itu yang belum aku bisa, Bang.""Ya, kalau gitu berjilbab saja, tetapi jilbabnya yang lebar.""Iya, biarpun berjilbab lebar tetapi tetap masih bisa modis kok.""Ya, ayo ... Kita belanja di butik muslim."Hari Minggu sore mereka menyempatkan menyambangi butik yang menjual pakaian muslim, Hasan ikut membantu istrinya memilih pakaian yang cocok dipakai kuliah. Cukup banyak yang mereka beli
Read more
Bab 236
Kepergian yang mendadak Hasan dan Aina harus tertunda karena tidak mendapat tiket pesawat, apalagi akhir pekan seperti ini, yang tadinya mau berangkat pagi jadi tertunda siang.Pagi-pagi dia sudah mendapat telpon dari Anisa yang mengeluh tentang Laras. Kepala Aina hampir pecah memikirkan saudara tak tahu diri itu. Hasan yang baru pulang joggin di sekitar kompleks mendapati istrinya yang tengah ngomel-ngomel di telepon."Apa sih, Sayang? Pagi-pagi sudah ngomel-ngomel? Belum bikin sarapan?""Mana sempat? Itu Anisa mengeluh tentang Laras. Lama-lama gedek sama Jawir satu itu.""Memangnya masalahnya apa?""Dia sudah kupecat kemarin.""Kok dipecat?""Gimana gak dipecat? Semua pelangganku pada kabur. Dia melayani pelanggan kasar banget, bahkan ada yang dimaki-maki sama dimarah-marahin, kemarin pelanggan pada komplain sama aku. Sekarang dia memaksa Anisa untuk mengantar ke rumah kita, dia memaksa jadi pembantu di sini, tujuannya jelas banget mau deketin Abang."Hasan tersenyum melihat bibir c
Read more
Bab 237
Setelah mendapat pesan dari Aina, Steven tidak bisa berpikir lagi. Dia langsung mandi, bergegas berpakaian dan memasukkan beberapa pakaian dengan asal ke tas ransel. Dia segera menuju bandara dengan motor sport-nya. Beruntung dia masih mendapatkan tiket ke Jakarta pada penerbangan jam tujuh malam. Hari masih jam lima sore, masih ada dua jam lagi sebelum keberangkatan. Steven segera pulang untuk mengembalikan motornya dan kembali lagi ke bandara dengan menggunakan taksi. Satu jam menunggu sebelum pesawat take off membuatnya tidak sabaran, perasaannya sudah tidak karuan. Gelisah tidak menentu, apa yang akan dikatakan pada Melanie jika bertemu nanti? Di dalam pesawat, Steven hanya melamun menyesali diri, dia berkali-kali menghirup napas panjang dan berat. Apa bedanya dia dengan Agung? Sama-sama lelaki brengsek, namun mungkin dia lebih brengsek. Karena jejak kebrengsekannya tertinggal di rahim Melanie. Sementara Aina, ketika di rawat di rumah sakit, dokter langsung mengantisipasi dengan
Read more
Bab 238
Tak berapa lama pintu ruang ICU terbuka, muncullah sesosok lelaki berusia empat puluh tahun yang penampilannya masih seperti usia tiga puluh tahunan. "Abang, lelaki itu mirip banget sama Abang, kayak kakak adik kalian," bisik Aina di telinga suaminya. "Om Andi?" Hasan langsung menghampiri lelaki yang tengah berdiri mematung di tengah pintu, lelaki itu juga melangkah menghampiri Hasan, kedua tangannya terentang, menyambut pekikan keponakannya itu. "Hasan ... Kau sudah sebesar ini? Dulu terakhir ketemu kau masih kecil." "Kejadian itu sudah delapan belas tahun yang lalu, Om. Om Andi juga tidak berubah, masih muda dan gagah, selama ini Om kemana saja? Kenapa tidak pernah mengunjungi aku lagi sejak ibu meninggal?" Andika tersenyum penuh misteri, matanya menyiratkan kesedihan, hanya Andini saudara yang Andika punya setelah ibunya meninggal, namun saudaranya itu juga pergi dengan kasus yang sama seperti ibunya, harusnya Andika pergi mengunjungi keponakannya, masih ada Hasan dan Haris s
Read more
Bab 239
Setelah seharian mengelilingi daerah Ubud Bali, dengan membawa foto Melanie, Steven kembali lagi ke hotel. Usaha hari ini sungguh tidak membuahkan hasil, yang ada rasa lelah yang tak terkira. Entah kemana wanita itu pergi, lagipula Ubud kan daerahnya luas, haruskah Steven menyusuri setiap jengkal tanah di daerah ini? "Mel ... Di mana kau kini? Sekarang kurasakan rindu yang sangat dalam kepadamu Mel, maafkan aku ...." Steven hanya bisa mengeluh sambil mengamati langit-langit kamar. Terbayang malam pertama mereka ketika di Australia dulu, teriakan dan desahan Melanie sungguh membuatnya terhanyut dan kecanduan, hingga ketika wanita itu menghilang, dia seperti orang gila mencarinya ke mana-mana. Sekarang ketika mereka dipertemukan lagi, justru dia yang meninggalkan wanita itu dalam keadaan hamil pula, bukan karena kesalaha yang wanita itu lakukan, tetapi kesalahannya yang terlalu egois. Steven berpikir keras, dia tidak mungkin menemukan Melanie ditempat keramaian seperti tempat pencaria
Read more
Bab 240
Ketika Melanie baru sampai di klinik, dia segera memasuki ruangannya, klinik ini didirikan oleh teman kuliahnya di kedokteran dulu, sekarang temanya itu tengah mengambil spesialis di UGM, jadi ketika Melanie menghubunginya karena mau pindah ke Bali, temannya itu langsung meminta Melanie menjalankan kliniknya tersebut. Seorang perawat yang bertugas membantunya tergopoh-gopoh mendatanginya. "Ada apa, Sus?" tanya Melanie. "Ada korban kecelakaan, Dok. Sudah berada di ruang UGD." Klinik tersebut memang sudah dilengkapi ruang UGD, ada tiga dokter yang bertugas di sini, Melanie bertugas pagi sampai jam sebelas siang, sedang rekannya yang lain bertugas siang dan malam, karena paginya mereka bertugas di puskesmas masing-masing karena mereka dokter PNS. "Mari, Dok. Kita ke UGD," ujar perawat tersebut. Melanie yang tengah hamil besar tidak bisa berjalan cepat, dia menuju ke ruang UGD dengan santai. Sampai di ruang UGD, ada dua orang perawat satu pria dan satu wanita yang tengah menangani
Read more
PREV
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status