Semua Bab Serangan Balik Berandal Seksi: Bab 151 - Bab 160
207 Bab
Lupa Tujuan Awal
“Kapan kamu akan memberikan kontrak kerjasamanya?” tanya Jihan dengan suara lantang. Morgan tertegun dengan perubahan sikap Jihan setelah membaca pesan di ponselnya tersebut. Dia yang semula berkata lirih penuh desahan sekarang bersikap tegas. Sepertinya ada sesuatu yang belum dia ketahui. “Secepatnya,” sahut Morgan pendek. Terkesan acuh. Jihan mendengus kesal. Morgan menganggapnya sebelah mata karena Jihan yang mengiba kepuasan darinya. Namun, dia tidak mau karena hal itu, Morgan bisa memperlakukannya dengan seenaknya. Beberapa saat kemudian, Pelayan membawakan pesanan mereka. Morgan yang sudah keroncongan langsung menyantap makanan tersebut. Dia lupa kalau telah berbohong mengenai dirinya yang sudah makan di kantor. “Berikan kepadaku segera, supaya bisa aku tandatangani. Setelah itu, kita langsung pergi ke Singapure untuk melihat proyeknya. Aku mau kita stay di sana selama dua minggu,&rdqu
Baca selengkapnya
Proyek
“Kapan kamu akan memberikan kontrak kerjasamanya?” tanya Jihan dengan suara lantang. Morgan tertegun dengan perubahan sikap Jihan setelah membaca pesan di ponselnya tersebut. Dia yang semula berkata lirih penuh desahan sekarang bersikap tegas. Sepertinya ada sesuatu yang belum dia ketahui. “Secepatnya,” sahut Morgan pendek. Terkesan acuh. Jihan mendengus kesal. Morgan menganggapnya sebelah mata karena Jihan yang mengiba kepuasan darinya. Namun, dia tidak mau karena hal itu, Morgan bisa memperlakukannya dengan seenaknya. Beberapa saat kemudian, Pelayan membawakan pesanan mereka. Morgan yang sudah keroncongan langsung menyantap makanan tersebut. Dia lupa kalau telah berbohong mengenai dirinya yang sudah makan di kantor. “Berikan kepadaku segera, supaya bisa aku tandatangani. Setelah itu, kita langsung pergi ke Singapure untuk melihat proyeknya. Aku mau kita stay di sana selama dua minggu,&rdqu
Baca selengkapnya
Ketahuan
Hari ini, Morgan pulang lebih awal. Ada yang mendesak dari dalam dirinya untuk segera bertemu dengan Nala. Dia bertekad akan menjelaskan semuanya tanpa ada hal yang ditutupi. Berharap istrinya itu mau mengerti. Morgan bertanya kepada salah satu asisten rumah tangganya mengenai keberadaan Nala. Dia bilang bahwa Nala sedang berada di rooftop. Morgan dengan sigap menuju elevator untuk menuju lantai tertinggi di Mansion itu. Sesampainya di lantai atas, Morgan mendapati istrinya tengah merebahkan diri dengan santai di atas kursi panjang. Hanya menggunakan swim suit berwarna hitam yang menempel ketat di tubuhnya yang aduhai. Morgan mendekatinya secara perlahan. Takut mengusik sang istri yang sepertinya masih marah terhadapnya. Hatinya bergemuruh. Dia merasa berat untuk mengatakan semua ini kepada istrinya, tetapi dia harus berani. Dia tidak mau kesalahfahaman yang justru akan membuat hubungan mereka menjadi retak. 
Baca selengkapnya
Lantai Paling Atas
“Kamu sexi banget, Mas,” ucap Nala sambil memandang  perawakan Morgan yang semakin berorot. Ini karena Morgan sering work out setiap pagi.“Sexiku hanya untukmu, Nalaku. Nikmatilah,” sahut Morgan sembari mengelus area perutnya yang kotak-kotak dengan bulu lembut yang semakin membuatnya terlihat sexi. Nala mematung sesaat. Sedangkan Morgan menunggu reaksi istrinya untuk bergerak. Tiba-tiba, Nala menggelitik pinggang Morgan, yang secara refleks membuat pria itu kegelian. Ketika dia akan membalas, Nala sudah terlebih dahulu berlari. Morgan pun memekik, “Nakal kamu ya, awas kalau sampai kena. Mas enggak akan kasih ampun.” Dia pun beringsut mengejarnya. Nala yang kegirangan terus saja berlari. Bongkahan tubuhnya bergoyang, membuat Morgan semakin bernafsu untuk menerkamnya. “Mau lari kemana kamu sekarang?” tanyanya. Nala sekarang terjebak di antara kursi panjang yang
Baca selengkapnya
Tak Tahan
Morgan merasakan tubuhnya didekap dengan erat. Dia pun membalasnya. Dia tahu kalau Nala merasakan hal yang sama dengannya, bahwa mereka saling membutuhkan satu sama lain. Tapi, entah kenapa pikiran buruk terbersit di benak istrinya, hal yang tidak penah Morgan pikirkan sebelumnya. “Mas janji akan selalu di sampingmu Sayang. Apapun yang terjadi. Karena kamu wanita satu-satunya dan tidak akan terganti,” tandas Morgan yang membuat Nala hanya tergugu.  Dia masih sesegukan sambil membenamkan kepalanya di dada suaminya. Morgan hanya membiarkan istrinya melampiaskan kesedihannya sampai tidak terdengar suara isakan lagi. Baru kemudian, dia berkata lembut. “Ayo kita turun Sayang. Hari sudah beranjak petang,” ujarnya. Nala yang tanggap langsung melepaskan pelukannya. Terlihat raut wajahnya yang kuyu penuh air mata. Morgan pun meraih handuk putih di atas meja dan membalutkannya ke tubuh Nala.  Baru
Baca selengkapnya
Kandungan
Morgan baru saja keluar dari ruangan dokter kandungan sambil menggandeng Nala. Dia tampak sumringah karena Dokter mengatakan bahwa kondisi janin sangat baik dan rahim Nala yang sehat. Sehingga tidak masalah kalau Morgan bersenggama dengan Nala. “Ingat, Mas tetap hati-hati. Jangan kasar-kasar,” celetuk Nala yang mewanti-wanti suaminya. Meskipun, Dokter tidak mempersalahkannya, tapi tetap saja Nala merasa khawatir. Terlebih dia tahu kalau suaminya yang sudah sangat ingin akan berubah menjadi sangat beringas. “Hehehe, bukannya kamu suka dikasarin?” sahut Morgan sambil menundukan wajahnya. Terlihat Nala tampak tersenyum malu sambil mencubit pinggang keras Morgan yang tentu tidak berefek sama sekali.  Mereka berjalan di sepanjang koridor rumah sakit dengan langkah yang beriringan. Morgan sengaja memelankan tempo langkahnya supaya sejajar dengan istrinya. Membiarkan Nala yang bergelayut manja di pu
Baca selengkapnya
Es Krim Coklat
   “Kamu ngajakin Mas duduk di sini supaya bisa mesum kan?” “Ih, apaan sih, Mas. Aku ngajakin Mas duduk di sini karena ingin ngomongin sesuatu,” sahut Nala yang langsung membuat jantung Morgan berdegup dengan kencang. Dia mengira-ngira apa yang akan dikatakan oleh istrinya. “Emangnya mau ngomongin apa, Sayang?” tanya Morgan yang merendahkan suaranya. Ada ada nada ketakutan di sana. “Nanti saja, Mas. Kita nonton filmnya dulu,” tukas Nala sambil mengalihkan pandangannya ke depan. Morgan merasakan dadanya sedikit sesak. Perasaannya tidak tenang. Apa mungkin Nala mengetahui kedekatannya dengan Maya. Film pun dimulai. Suasana studio menjadi sangat hening. Terpaku dengan pandangan yang tertuju ke depan. Sementara Morgan, tidak bisa fokus karena terus memikirkan apa yang akan dibicarakan oleh Nala. Rasa penasaran yang ham
Baca selengkapnya
Lebih Aktraktif
Morgan langsung menarik tangan Nala untuk masuk ke dalam salah satu bilik toilet. Jantung Morgan berdegup dengan kencang. Untung saja, dia dengan cepat bertindak sebelum orang yang baru saja masuk ke toilet memergokinya bersama dengan wanita di toilet pria. Ternyata yang masuk tadi adalah dua orang lelaki. Mereka  sedang membicarakan tentang pekerjaan. Morgan menjaga supaya tidak berbicara. Namun, Nala malah menggodanya. “Ayo, Mas kita lakukan di sini,” ujar Nala dengan suara yang lugas. Menghentikan pembicaraan dua lelaki di luar. Morgan langsung melotot dan membekap mulut istrinya. Mencegahnya supaya tidak berbuat lebih jauh. “Siapa itu?” tanya salah seorang lelaki di luar. Lalu, terdengar suara mereka bercakap-cakap dan menduga kalau di dalam ada seorang wanita dan tentunya dengan Pria. Morgan hanya terdiam dengan tatapan melotot ke arah Nala sebagai isyarat supaya tid
Baca selengkapnya
Shaking Car
“Lagian, kamu tidak perlu khawatir. Sampai kapanpun kamu adalah wanitaku satu-satunya. Aku tidak mungkin mengkhianatimu yang telah melahirkan jagoan kita Jordan dan juga benih yang sekarang ada dalam rahimmu. Mas tentu enggak akan mengecewakan mereka juga.” “Benarkah itu, Mas?” “Sure, Baby. Kamu jangan nangis lagi ya.” Morgan mendekatkan mulutnya ke telinga Nala,”Dilihatin banyak orang itu.” Nala langsung bangkit dari pelukan suaminya. Melayangkan pandang. Dan benar saja terlihat baris di depan itu menoleh ke belakang. Meski keadaan gelap, mereka bisa melihat keuwuan dari Morgan dan Nala yang sepertinya lebih seru dibandingkan dengan film horror yang mereka tonton.  Nala menyeka air matanya dengan kedua tangannya. Terlihat seulas senyum menawan terbit di bibir Morgan, membuat Nala  tidak bisa menahan diri untuk tersenyum. 
Baca selengkapnya
Berbohong
[Morgan, besok aku mau berangkat ke singapure. Kamu tolong antarkan aku ke bandara] Morgan berdecak kesal saat membaca  pesan dari Jihan. Bukannya dia sudah bilang kalau Jihan harus berangkat sendiri supaya tidak menimbulkan kecurigaan. “Dari siapa Mas?” tanya Nala yang menghentikan gerakannya. Morgan tergagap. Wanita itu menoleh ke belakang untuk melihat isi pesan tersebut. Tapi, buru-buru Morgan mematikan ponselnya. “Dari Investor, Sayang.” “Investor yang mana?” tanya Nala. “Ya untuk proyek kita yang di Singapure,” ujar Morgan yang melempar ponselnya ke jok depan. Morgan terlihat sedang menggerakan kuda-kudanya. Membuat Nala seketika memegang rahang Morgan sambil merintih. “H-hebat kamu Mas,” ucap Nala di sela rintihannya.“Hebat apanya?”“I-itu bisa dapat inves
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
21
DMCA.com Protection Status