Semua Bab Serangan Balik Berandal Seksi: Bab 41 - Bab 50
207 Bab
Menantang Maut
Morgan berjalan ke kamar kosnya dengan langkah lunglai. Tipikal orang seperti Morgan kalau stress berat biasanya larinya ke diskotik. Bergumul dengan banyak wanita dan minuman keras. Sayangnya kebiasaan itu sudah jauh Morgan tinggalkan.Pintu kamar terbuka. Kepalanya semakin pusing saat melihat kamarnya yang berantakan gara-gara ulahnya tadi."Bisa-bisanya tasku raib begitu saja. Awas saja kalau sampai ketemu pencurinya, aku akan membuat perhitungan dengannya,"Tepat ketika dia mengatakan itu tiba-tiba tubuhnya didorong. Morgan terjengkang sampai tersungkur di atas lantai. Morgan langsung membalikan badan hendak marah.Namun, dia menahan diri saat melihat pria sangar yang menyunggingkan senyum kecut. Pria itu bertubuh sedang. Menggunakan jaket kulit biasa. dahinya terdapat bekas luka, menandakan kerasnya kehidupannya di jalanan.Di belakangnya ada dua anak buahnya yang bertumbuh tinggi gempal. Sekalipun secara penampilan mereka lebih besar nyatanya
Baca selengkapnya
Terjebak di Rumah Bersama Tiga Wanita Cantik
Dengan perbekalan seadanya, Morgan bersiap untuk pergi, tapi di depan pintu dia dihadang oleh Santo, pemilik bengkel di mana dia bekerja."Sudah jam berapa ini? Kamu niat kerja enggak sih?""Maaf Bos, saya kesiangan," sahut Morgan sekenanya. Padahal, tinggal sedikit lagi dia kabur menjauh dari kota itu, tapi langkahnya terhambat oleh bosnya yang tiba-tiba datang."Bawa tas segala? Jangan bilang kamu mau kabur. hutangmu kepadaku belum lunas," sergah Santo. Morgan tidak berkutik. Kalau dia memaksakan kabur, dia tahu resiko yang dihadapi. Bosnya yang terkenal bar-bar itu sudah siap dengan parang yang selalu dia bawa ke mana-mana."Enggak, Bos." Morgan mendesah. Tidak ada pilihan lain selain bekerja kembali hari ini. Dia meletakan tasnya. Kemudian mengikuti bosnya ke bengkel.Perasaan was-was menghantui. Sepanjang jalan ke bengkel, dia merasa banyak pasang mata yang memperhatikannya. Was-was kalau ada diantara mereka polisi yang akan menyergapnya. Kala
Baca selengkapnya
Si Aduhai Dewi
"Bang, keluar yuk. Rani pengen belanja." "Iya nih, Wulan juga Bang. Bosen di rumah terus," timpal yang lain. Dari nada bicaranya yang manja, jelas sekali hubungannya dengan Anton. Morgan mengumpat dalam hati. Mujur sekali jadi Anton, punya istri muda-muda, cantik lagi."Sebentar ya, Abang urus dulu si 'peliharaan' kita satu ini."'Sialan! Emangnya gua anjing?' umpat Morgan yang tertahan di dalam hati.Dua pasang mata wanita itu langsung teralih ke sosok besar dan kekar yang sedang duduk di kursi seberang. Pandangan mereka sedikit meremehkan."Siapa ini Bang?" tanya Rani"Dia adalah buronan polisi, tapi aku minta dia tinggal di sini menjadi pembantu.""Abang kok menyembunyikan buronan di sini sih? kalau ketahuan polisi bagaimana?" imbuh Wulan.Anton terkekeh, "Mana ada polisi yang berani menggugat ku, Sayang. lagipula enggak akan ketahuan kecuali kalau kita menyerahkannya, bukankah begitu anak muda?"Wajah Morgan memanas.
Baca selengkapnya
Birahi Dewi
"Ah, bisa saja kamu. Emangnya kamu tidak takut dengan suami saya?" "Emangnya suami Mbak siapa?" "Anton."Morgan diam. Dia terlalu gegabah karena menggoda Dewi yang dia sangka sebagai pembantu di rumah ini. Nyatanya dia adalah istri Anton. Tapi kenapa Anton memperlakukannya seperti pembantu. Bahkan, Dewi sekarang berada di kamar pembantu."Saya tidak punya maksud apa-apa kok, cuma ingin menghibur Mbak saja." Morgan berkelit. Dia sudah sangat menguasai situasi seperti ini. Meski adrenalinnya terpacu karena salah mangsa.Tiba-tiba, Dewi menubruk tubuh kekar Morgan dan memeluknya erat. Tangis berderai di sana yang entah kenapa suara isakannya sangat mirip dengan desahan. Begitu Merdu."Morgan, seandainya suami saya seperti kamu. Alangkah bahagianya saya," bisiknya. Wanita itu tidak menyadari kalau 'adik' Morgan mengeras. Tubuh aduhai yang selalu menjadi bayangan Morgan sekarang menempel ketat dengannya.Sebagai lelaki normal yang suka tanta
Baca selengkapnya
Wulan Si Bibir Strawberry
"Bang, ngapain di kamar 'pembantu'!" teriak Rani di ambang pintu. Dia berkacak pinggang sambil melihat sinis ke arah Dewi. Gayanya sudah kayak pelakor kelas kakap. "E-enggak Sayang." Anton tidak jadi memeriksa isi kolong. Morgan bisa bernafas dengan lega. "Kan Rani sudah sering bilang. Jangan pernah masuk apalagi berhubungan dengan 'pembantu' ini. Kenapa masih bandel saja sih!" cerocos Rani yang seakan menginginkan perhatian penuh dari  Anton. Wataknya manja dan mendominasi, membuat Morgan gemas ingin 'memojokkan' nya sampai meminta ampun. "Ya sudah, maafkan Abang. yuk kita keluar dari sini," ujar Anton dengan suara lembut sambil merangkul pundaknya.  Tidak memikirkan perasaan Dewi yang kacau balau pada saat itu. Setelah memastikan keadaan aman, Morgan menggeser tubuhnya keluar. Meraih bajunya yang langsung membungkus tubuh kekarnya. Sekalipun sudah tertutup, cetakan sexy-nya masih jelas te
Baca selengkapnya
Insiden di Rooftop
Tibalah malam hari.Sedikit demi sedikit, rooftop sudah dipenuhi oleh para anggota preman. Masing-masing dari mereka membawa wanita malam. Tak terkecuali Anton bersama dengan Wulan dan Rani. Morgan menduga kalau kedua wanita itu sebenernya juga berasal dari pelacuran. Hanya saja lebih eklusif sehingga Anton mau memperistri mereka."Minggu ini luar biasa. Pendapatan kita begitu besar. Kita harus merayakannya sampai pagi!" Anton membuka acara diiringi gemuruh suara bapak-bapak yang menyambutnya antusias. Mereka adalah preman yang memegang lokasi berbeda di kota ini.Sebagian pendapatan mereka setorkan kepada Anton sebagai 'jenderal'-nya preman. Anton tentu tidak ingin menghabiskannya seorang diri. Sebagai pemimpin yang disegani, dia juga menghargai kerja keras anak buahnya dengan melakukan pesta semacam ini.Sementara Morgan terlihat keteteran. Betapa tidak! dia harus melayani empat puluh meja seorang diri."Mana minumannya? lama sekali!" g
Baca selengkapnya
Luna, Wanita Penghibur Seksi
Morgan diam. Semenjak kedekatannya dengan Jihan, Luna seperti menjaga jarak dengannya. Bahkan mereka sampai lost contacts. Kabar terakhir yang dia dengar, Luna berkecimpung di dunia lokalisasi. Hal yang sangat Morgan sesalkan, tapi dia tidak bisa ikut campur, karena mereka tidak ada hubungan apa-apa."Ya Ampun, Morgan. Kenapa kamu bisa ada di sini?" tanya Luna sembari menyentuh rahang kasar Morgan.Morgan mendongak. Dia tersenyum melihat Luna yang diliputi kekhawatiran."Ceritanya panjang Luna." Morgan mulai menuturkan semuanya. Luna terkejut tapi dia mendengarkan cerita Morgan sampai selesai."Jadi berita yang ada di media itu benar kalau kamu adalah Buronan yang terancam hukuman mati?" Luna menyimpulkan. Sorot matanya yang indah terlihat tidak tega dengan nasib Morgan."Kurang lebih seperti itu. Aku memang merampok, tapi sumpah demi apapun kalau aku tidak membunuh. Aku dijebak. Kamu percaya sama aku kan Luna?""Aku tahu kamu Morgan. Kamu a
Baca selengkapnya
Gurihnya Omlet Dewi
"Dewi, kamu kenapa?"Wajah Dewi memerah. Semakin sensual. Dia menunduk sambil berjibaku dengan tubuh Morgan yang sexy.Tiba-tiba terdengar suara perut Morgan yang berbunyi. Dewi hampir tertawa. Menambah manis wajahnya."Kamu lapar ya?" "Iya, dari kemaren belum makan," jawab Morgan sambil menggaruk-garuk area belakang kepalanya. "Ya udah, yuk ke dapur. aku bikinin sarapan." "Tapi, kalau ketahuan suamimu bagaimana?" "Tenang saja, habis gituan sama kedua gundiknya itu biasanya langsung tidur sampai jam sepuluh pagi. Susah bangunnya."Morgan mengangguk mafhum. Kemudian, tangannya ditarik menuju dapur. Dewi begitu berbeda hari ini. Dia tidak terlihat murung, tapi begitu lepas dan ceria. Morgan bisa menangkap senyumnya yang begitu manis."Kamu duduk di sini, aku buatkan omlet sebentar." Dewi menarik kursi supaya Morgan bisa duduk. Morgan hanya menurut sambil melihat kelincahan Dewi.Wanita itu menggenakan celemek kecil yang
Baca selengkapnya
Pentungan Morgan
Berita kemudian beralih ke kasus pembunuhan ibu pejabat. Morgan menyaksikan berita itu tanpa berkedip. Terlihat beberapa wartawan yang tengah mewawancarai pria kekar di usia senjanya yang tak lain adalah Santo.Morgan tahu kalau perbuatannya telah mencoreng muka Santo. Orang yang paling berjasa dalam hidupnya. Meski pembawaannya keras, tapi aslinya sangat baik dan disiplin. Santo jugalah yang menjadi penyelamatnya di masa lalu."Saya tidak tahu menahu mengenai kasus Morgan. Yang saya tahu selama ini dia bekerja dengan baik di bengkel saya," begitu ucapnya dengan nada tinggi khas orang Batak. Morgan tahu ada gurat kekecewaan di sana."Lebih baik kalian pergi dari sini! Jangan ganggu saya bekerja di bengkel saya," usir Santo dengan kasar. Memang sudah wataknya. Keras dan cuek, tidak banyak kamera yang menyorotnya.Morgan menghempaskan tubuh besarnya di sandaran kursi. Nafasnya terdengar berat. Kinerja polisi sungguh luar biasa. Mampu mengungkap dirinya seba
Baca selengkapnya
Mandi Bareng
Rani tidak menjawab. Dia gelisah sambil melihat pentungan Morgan yang mengangguk-angguk, seakan memanggil dirinya."Kok diam? Emangnya kenapa sama Anton? Apa dia kurang memuaskan mu?" tanya Morgan yang langsung menohok hati Rani. Wanita itu terlihat menyembunyikan wajahnya yang memerah.Morgan jengah. Dia hendak memperbaiki letak pentungan di tempat yang semestinya. Tapi, Rani buru-buru mencegahnya."Jangan!""Jangan apa?""Jangan ditutup Morgan. Aku masih ingin merasakannya.""Kamu belum menjawab pertanyaanku tadi."Rani menghela nafas. Dia adalah wanita dengan ego yang tinggi. Pantang baginya memohon kepada orang lain, terutama lelaki. Namun sekarang, Rani harus menekan egonya demi bisa memenangkan tombak besar yang pasti sesak sekali. Bagian bawah Rani sampai berkedut-kedut membayangkannya."Iya, Morgan. Aku kurang dipuaskan oleh Bang Anton," ucap Rani setelah sekian lama terdiam."Lalu?"Tenggorokan Rani teras
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
21
DMCA.com Protection Status