All Chapters of (Not) His Sugar Baby: Chapter 71 - Chapter 80
318 Chapters
Restrospeksi
Dua minggu tanpa Theo, hidupnya benar – benar bebas. Dia seperti burung yang terbang di malam hari, melintasi segala hal yang ingin dia lakukan. Terpenting, bisa memfokuskan diri pada tujuan awal menjadi seorang pelacur.Rose kembali bersiap, menambah riasan serta merapikan penampilan sebelumnya. Aktivitas rutin yang sempat tertunda, terus berlangsung sejak hari pertama Theo pergi. Bahkan, saat ini dia sengaja meminta Aiden memberikan tiga klien sekaligus, demi mengisi pencarian yang terabaikan. Mematut diri di depan cermin untuk terkhir kali. Lewat pekerjaannya, Rose berjanji akan segera menemukan salah satu anggota dari klan pemilik tato tengkorak hitam menyilang agar mengetahui siapa dalang di balik kematian orang tuanya. Dia melangkah tidak sabar menuju kamar VVIP. Masih berharap sebuah keajaiban memeluknya erat. Meskipun dia tahu, sulit menjalankan misi yang bertahun – tahun gagal dikendalikan.Puluhan juta penduduk di Kanada, tidak m
Read more
Penantian Selama Ini
Sekian menit setelah Rose menunggu di dalam kamar, akhirnya dia merasakan kedatangan orang lain. Pria itu, klien kedua, tampak melangkah ke arahnya sembari membuka dua kancing teratas kaos polo atau baju berkerah yang masih melekat di tubuh. Tanpa mengatakan apa pun pria itu duduk di tepian ranjang, tepat di samping Rose. Aroma tubuh yang menguar dan pahatan wajah beraksen eropa darinya sungguh mengingatkan Rose pada seseorang.Dada Rose sedikit tergelitik hanya mengingat nama yang lama tidak dialunkan. Apa kabar bajingan itu? tanyanya dalam hati.Tidak. Rose menggeleng samar. Untuk apa dia memikirkan kondisi pria, yang jelas – jelas tidak mungkin melakukan hal yang sama.“Shall we start, Sir?” tanya Rose sambil mengikat rambutnya asal.“Of course. Do it for fast. Tomorrow I need to back to my country.” Klien atas nama George menarik lengan Rose untuk bersimpuh di bawah. Dengan tidak sabar George memb
Read more
Wasn't Part of Her Plan
What is our love never went away?________________________  “Setelah ini aku akan tetap mengawasi kalian. Statistik perusahaan harus meningkat, minimal stabil tanpa penurunan.”“Dan kau, James, aku tidak akan segan – segan memecatmu, kalau sekali lagi kau gagal memajukan keuangan perusahaan.”“Baik, Tuan. Saya akan bekerja lebih keras.”“Good. Sekarang kalian boleh pergi.”Para manajer di tiap – tiap divisi menunduk, melangkahkan kaki pergi setelah tadi menghadapi kemarahan Theo yang berapi – api. Masing – masing mereka mendapatkan tugas tambahan untuk melakukan evalusasi dan perencanaan ulang dari divisi yang mereka pegang.Theo membaca gerakan mereka yang menjauh, menunggu pintu ruang rapat tertutup, lalu perhatiannya beralih pada Amerald yang berdiam diri tanpa melakukan apa pun.“Sekarang bereskan barang – barangmu dari sini.”“Kau dipindahkan ke perusahaan cabang sebagai ketua HRD.”“Aku tidak menerima bantahan, Erald. Terima atau tid
Read more
Simalakama
Aiden mendesah lelah. “Kau berpikir terlalu jauh, Rose.” Kemudian dia berdecak tidak suka, sekaligus menatap Rose kasihan “Tunggu di sini. Jangan lakukan apa pun. Aku akan pergi mencari dokter.”Rose menelungkupkan wajah di kedua lengan, yang bertumpuh di atas lutut begitu Aiden meninggalkannya sendiri di ruang rawat. Dia menangis sesenggukan memikirkan nasib yang membelenggu dalam kenestapaan. Bagaimana bisa Theo meninggalkan darah dagingnya sebagai hadiah perpisahan?Apa yang harus Rose lakukan saat dia sendiri begitu dikuasai masygul?Haruskah dia merapah, mencari sejatinya ayah yang telah menanam benih, hingga tumbuh menjadi buah hati?Tidak.Rose menekan wajah lebih dalam. Tidak mungkin hal itu terjadi. Dia yakin Theo akan berprasangka buruk, menyebutnya pelacur murahan yang datang mengemis uang. Tidak. Rose tidak akan membiarkan penghinaan terlontar untuknya. Jika kehamilan ini memang benar, hal itu akan menjadi rahasia besar. Rose tidak akan memperkenankan Theo mengetahui a
Read more
Penjelasan
Pantulan tubuh di depan cermin menampilkan sebuah pembuktian besar. Terdapat makhluk kecil, yang telah tumbuh cukup lama menjadi bagian dari raga dan kehidupannya.Senyum singkat Rose tersemat tatkala usapan pada perut rata menciptakan sensasi hangat. Dia mengambil napas dalam, pelan – pelan semakin menerima kondisi kacau, meski dia tidak pernah berharap akan merawat darah daginnya seorang diri.Rose sempat berpikir dia benar – benar bernasib sama seperti Bridgette, yang harus menanggung kesakitan. Mencari arah hingga begitu putus asa, dan tak bisa mengontrol perasaan hancur maupun kecewa. Seharusnya mereka berbeda. Rose menyakinkan hal itu agar tidak terjerumus dari keinginan mengakhiri hidup. Teriakan Bridgette ketika mengetahui kenyataan—sedang mengandung atas aksi pemerkosaan Xelle, masih membayang di pikiran Rose. dia tak ingin hal demikian juga berakhir padanya. Cukup di rumah sakit dia bertingkah seperti orang bodoh. Selebihny
Read more
Keputusan yang Tepat
Tiga minggu membiarkan ego menang di atas kerinduan, seperti memaksa Theo jatuh ke dasar jurang—ada begitu banyak semak belukar yang melilitnya tanpa bisa melakukan perlawanan.Theo duduk bergeming di depan laptop. Hari demi hari, hanya bisa memantau gerakan Rose dari cctv yang sudah diretas.Video tanpa suara yang tersaji di hadapannya, terkadang menghantui Theo untuk melakukan satu hal—pergi dan temui, meski itu tidak tidak pernah terjadi. Dia masih menunggu Rose menghubunginya, sekadar mendengar kelembutan yang menjadi candu. Masih menunggu, tidak peduli betapa mudah baginya meretas ponsel Rose, demi menyiram sedikit kegersangan di dalam hati.Masih setia menunggu, tidak peduli sekalipun kesabarannya tak membuahkan hasil. Wanita yang begitu diharapkan tidak pernah memenuhi ekspektasi.Semua berada di luar nalar. Seharusnya, sudah sejauh ini, apa lagi yang Theo pegang dari kata – katanya? ‘Buka pintu sekali saja, karena setelah keluar dari gedung ini. I swear to you, you’ll never
Read more
Penerimaan
Persiapan yang sudah begitu jauh, memupuk harapan bagi mereka yang telah berjuang, melawan hakikatnya klausa—ada yang bersimbah darah, ada yang memelihara nanah hingga bersimpuh, tersaruk – saruk sekadar bisa bahagia.Secara sederhana, takdir telah mengukur sejauh mana kemampuan bertahan seseorang dengan menciptakan dua elemen gila antara singgah dan berpisah ... ketika memilih salah satu, yang lainnya akan menyebut itu sebagai keegoisan. Namun, apabila memilih keduanya, tidak sedikit ada yang mengatakan itu adalah kesusahan.Seperti hari ini, tepat satu bulan janji yang Rose ucapkan. Dia akan mempersembahkan sebuah kejutan manis kepada temannya, setelah sempat mengalami penolakan Oracle.Rose sudah berhasil. Sekarang anak itu sudah siap. Lebih dari siap saat mendengar kabar akan dijemput. Bahkan saat ini juga dia tengah berdiri beberapa meter dari ambang pintu, menghadap lurus ke arah luar. Wajah sumringah dengan raut tidak sabarnya benar – benar membuat Rose seperti manusia beruntu
Read more
Perpisahan
“Rose, sekali lagi terima kasih. Aku tidak tahu akan jadi seperti apa hidupku tanpa bantunmu.” Bridgette memeluk erat tubuh wanita cantik, yang saat ini membalas kehangatan darinya. “Sama – sama,” bisik Rose sembari mengusap naik turun pundak Bridgette pelan. “Katakan, harus dengan cara apa aku membayar semua kebaikanmu selama ini?”Bukan hanya Xelle, Bridgette juga tidak tahan sampai yakin suaranya terdengar begitu getir. Tidak tega dia mengambil Oracle dari Rose. Tapi harus bagaimana? Bridgette tak punya pilihan. Jika dia membiarkan Oracle bersama Rose, anak itu akan kehilangan figur keluarga lengkap. Bridgette juga tidak ingin membuat Xelle dan Oracle kembali terpisah, seperti yang dulu pernah dia lakukan—menyembunyikan identitas asli Oracle hingga menimbukan konflik besar antara dia dan pria yang kini bestatus sebagai suaminya. Bridgette pernah memisahkan ayah dan anak itu sejak Oracle masih dalam kandungan. Dia tidak mau mengulang kesalahan di masa lalu. Dan kalau harus jujur,
Read more
Time Flies
Datang. Selamatkan aku, sebelum aku jatuh sangat jauh.________________________Setelah lama berdiam diri di balik pintu kamar Rose, menunggu perpisahan yang tersaji di depannya benar – benar bubar. Theo melangkah keluar dengan derap memenuhi keheningan, mengikuti keberadaan seseorang yang kini tenggelam ditelan badan sofa.Theo menipiskan bibir, jemarinya mengetat di tumpuan kepala sandaran sofa tempat Rose memunggungi. Sorot abu – abu yang sempat membidik Rose tajam, berubah teduh saat dia menyaksikan sendiri bagaimana tubuh ringkih itu meringkuk, menahan kesedihan dengan pandangan setengah kosong—sama sekali tidak menyadari kehadirannya di belakang.“Oracle.”Gumaman itu tanpa sadar berlomba – lomba menyadarkan Theo akan sesuatu. Rose lebih terlihat seperti pualam, yang harus diperlakukan dengan baik atau akan pecah menjadi keping – keping.Embusan napas Theo mengudara pelan. Tanpa mengatakan apa pun dia menegakkan tubuh, kemudian mengulurkan lengan demi menyentuh surai pirang Ros
Read more
The Shitty Demigod
Are you here for me at all?________________________ “Aku sudah memintamu untuk tidak membayar utang itu, tapi kau masih saja melakukannya!”Rose memutar tubuh Theo begitu para pria yang tak diharapkan keberadaannya pergi menyisakan manik yang saling menyorot tajam dan menuding satu sama lain.Atsmofer berselimut kalbu telah membara liar di antara mereka. Terutama satu wajah yang semula damai tampak membeku, menatap Rose dengan kelam tanpa perasaan. Rose bergerak mundur saat selangkah demi selangkah, manusia yang sering berubah sikap tanpa alasan mendekat. Terus menerus seperti itu hingga tubuh Rose menyentak dinding di belakang cukup keras.Rose diam tak bisa mengatakan apa pun, ketika terasa sapuan tangan menyugar helaian anak rambutnya ke belakang. Wajah itu memang terlampau dingin, tapi sentuhannya sungguh berbanding terbalik—penuh kelembutan dan begitu hati – hati.“Several days ago, I was so mad at you. No, not only you gave me back my money without my permission.”“Tapi aku me
Read more
PREV
1
...
678910
...
32
DMCA.com Protection Status