All Chapters of Okay, Boss!: Chapter 31 - Chapter 40
45 Chapters
31. Menjadi Patung
Telinga Nindy dengan aktif mendengarkan ucapan Raka. Dia langsung duduk tegap saat mendengar berita yang mengejutkan. Meskipun tidak bisa mendengar dengan jelas, tapi ekspresi yang Raka tunjukkan saat ini seolah mewakili jika memang ada sesuatu yang terjadi. Raka menghela napas kasar dan memijat keningnya yang berdenyut, "Oke, Kakek jangan panik ya, tenang dulu. Aku bantu cari Nenek." Ucapnya mematikan panggilan. "Kenapa, Pak?" tanya Nindy khawatir. Dia ingin memastikan apa yang ia dengar tadi. "Nenek hilang." Benar dugaannya! "Kok bisa?" Nindy semakin khawat
Read more
32. Jual Mahal
Sudah lima hari hubungan Raka dan Nindy tak kunjung membaik. Raka masih berusaha untuk mencuri perhatian Nindy yang masih teguh pada pendiriannya, yaitu tidak mau memaafkannya. Raka harus banyak-banyak bersabar karena itu. Bukan bermaksud ingin menjadi orang jahat, tapi Nindy benar-benar tidak bisa lupa dengan apa yang pria itu lakukan dulu. Dia ingin membuat Raka mengerti tentang perasaannya yang sudah kehilangan semuanya. Seperti biasa, di jam makan siang Raka sudah berada di depan kost Nindy. Keadaan tangannya sudah membaik dan dia juga sudah mengendarai mobilnya sendiri. Meskipun begitu, Raka belum bisa melakukan pekerjaan berat dengan tangan kirinya. Raka keluar dari m
Read more
33. Menyadari Sesuatu
Raka mengetukkan jarinya di atas meja dengan tangan yang menopang dagu. Dia menatap kertas di depannya sambil sesekali melirik jam. Istirahat makan siang sudah hampir tiba dan Raka sudah tidak sabar untuk segera menyelesaikan rapat ini. "Oke, kita akhiri rapat hari ini. Untuk kesimpulan dan list apa saja yang harus diperbaiki akan saya kirim ke Tomi. Kita istirahat sekarang." Raka merapikan kertas-kertasnya dan pergi menuju ruangannya. Lagi-lagi dia melirik jam yang melingkar di tangannya. Dia harus cepat atau seseorang akan kembali menghindarinya. Raka mendengkus memikirkan hal itu. Sudah berhari-hari berlalu tapi tidak ada hasil yang signifikan. Suara ketukan pintu terdengar, Raka menoleh dan melihat Ilham yang mema
Read more
34. Menjaga Jarak
Jam istirahat kantor telah tiba. Berbeda dengan hari kemarin, kali ini Raka masih sibuk di ruangannya. Dia tidak lagi panik seperti hari-hari sebelumnya. Ini semua karena saran Daffa. Setelah berpikir semalaman akhirnya Raka berniat untuk mencoba saran itu. Jujur saja, keberadaan Nindy banyak mengubah hidupnya. Yang awalnya biasa saja berubah menjadi luar biasa. Keberadaan gadis itu memang membantu, tapi kecerobohannya juga membuatnya terganggu. Salah satu bukti dari kecerobohan Nindy adalah tangan Raka yang patah. Pintu ruangan terbuka dan muncul Ilham yang menatapnya bingung, "Tumben itu pantat masih nempel di kursi?" Raka menatap Ilham sekilas dan kembali fokus pada pekerjaannya, "Lo mau pesen makan, Ham? Gue nitip
Read more
35. Mulai Lepas
Hari Jumat adalah hari yang dinanti oleh banyak orang. Hanya di hari ini para pekerja bisa melambaikan tangan untuk berpisah dengan hari kerja yang melelahkan. Namun itu tidak berlaku untuk Nindy. Setelah tidak lagi bekerja di kantor, dia tidak lagi merasakan kesenangan hari Jumat karena semua harinya selalu sama. Kegiatannya hanya diisi dengan bersantai di atas tempat tidur. Tidak bisa dipungkiri jika Nindy merindukan kesibukkan yang Raka berikan padanya setiap menit. Matahari yang muncul tidak kunjung membuat Nindy bangkit dari tidurnya. Dia semakin erat memeluk guling sambil menatap langit-langit kamar dengan tatapan bosan. Hari-harinya sangat monoton. Dia rindu bekerja. Nindy menghela napas kasar dan beralih pada kertas desain yang tertempel di dinding. Gambar itu memiliki banyak kenang
Read more
36. Syarat Mutlak
Suara sendok dan mangkok yang berdenting nyaring tampak mengisi kekosongan yang ada. Nindy memakan rawonnya dengan sesekali melirik pria di hadapannya. Setelah lama menghilang, Raka kembali muncul dengan wajah santainya. Tidak ada yang berubah, hanya saja pria itu jauh lebih santai dan tenang. "Saya mau tambah, boleh?" ucap Raka yang tiba-tiba menatapnya. Nindy terkejut dan menunduk, "Boleh, tambah aja sepuasnya. Sama penjualnya juga boleh tapi Pak Raka yang bayar." Raka tersenyum dan kembali memesan makanannya. Selagi menunggu makanan, dia menatap Nindy dengan lekat. Gadis itu tampak lebih pendiam, mungkin karena lelah menangis. Hati Raka kembali sakit mengingat kejadian t
Read more
37. Pasangan Badung
Nindy menarik napas dalam dan menghembuskannya pelan. Dia melakukannya berkali-kali untuk menenangkan hatinya. Untuk pertama kalinya setelah dipecat, Nindy kembali menginjakkan kakinya di kantor Adhitama Design. Dia tidak sabar untuk kembali menjalani kehidupannya di perusahaan ini. "Kamu gugup?" tanya Raka yang berdiri di sampingnya. Nindy mengangguk, "Saya deg-degan, tapi juga seneng, Pak." Raka tersenyum dan semakin menggenggam erat tangan Nindy. Lift masih berjalan sampai akhirnya berhenti di lantai tempat di mana mereka bekerja. "Lepasin, Pak." Nindy menarik tangannya. 
Read more
38. Ekstra Chapter : Ridho Mantan
Suasana masih terasa mencengkam. Bahkan setelah Maya pergi pun suasana tidak kunjung kembali tenang. Perasaan Raka sudah terlanjur buruk karena kedatangan wanita itu. Dengan beraninya Maya kembali muncul di hadapannya, bahkan di kantornya. Raka akui jika mental wanita itu sangat kuat karena tahan dengan tatapan sinis dari para karyawan. Sebenarnya tidak ada yang perlu dibicarakan lagi dalam pertemuan kali ini. Apapun usaha Maya dalam meminta maaf, keputusan Raka untuk membawa masalah ini ke jalur hukum sudah final. Entah apa yang membuat kakek memintanya untuk kembali berpikir. Mungkin mulut manis Maya sudah berhasil mempengaruhinya. "Maaf ya, Nind. Kakek nggak nyangka kalau kamu akan ngalamin hal kayak gini di kantor. Andai kamu cerita sama Kake
Read more
39. Ekstra Capter : Memancing Restu
Mobil Raka berhenti tepat di depan kost Nindy. Dia sudah terlambat 10 menit. Dengan tergesa dia keluar sambil menghubungi Nindy, bermaksud memberi kabar jika ia sudah sampai. Tidak ada waktu istirahat untuk Raka hari ini. Setelah pulang dari kantor, dia langsung membersihkan diri dan kembali berangkat untuk menjemput Nindy dan orang tuanya. Meskipun terlihat santai, tapi jantung Raka berdetak dengan cepat. Dia menarik napas dalam berkali-kali untuk menenangkan hatinya. Ini pengalaman pertamanya bertemu dengan orang tua kekasihnya. Dia tidak pernah bergerak sedekat dan senekat ini dengan mantan-mantan terdahulu. "Pak!" Nindy tiba-tiba datang dengan tergesa. Dia tampak panik dengan keringat di dahinya. "Kamu kenapa? Kok
Read more
40. Ekstra Chapter : Kode Merah
Tiga minggu telah berlalu. Hubungan Raka dan Nindy semakin membaik setiap harinya. Meskipun masih dibumbuhi dengan perdebatan konyol, tapi cinta mereka tumbuh semakin kuat. Bahkan semua penghuni kantor juga sudah mengetahui hubungan mereka. Sejak awal Raka memang tidak ingin menyembunyikan hubungan mereka, berbeda dengan Nindy yang selalu merasa sungkan dengan karyawan lain. Oleh karena itu Nindy selalu membatasi pergerakannya di kantor. Raka melepas dasinya dan merebahkan tubuhnya di kasur. Tak lama Nindy, Ilham, Tomi, dan Sisca masuk dengan wajah yang juga terlihat lelah. Seharian ini pekerjaan mereka memang padat. Mereka harus terbang ke Surabaya untuk melihat proyek Narutama. Mereka berlima adalah perwakilan kantor yang harus melihat lokasi secara langsung. "Pak Ilham beli apa?" tanya T
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status