Okay, Boss!

Okay, Boss!

By:  Viallynn  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
31 ratings
45Chapters
46.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Kehidupan Nindy yang lurus berubah menjadi kasus saat bertemu dengan Raka. Pertemuan awal yang tidak bagus membuat harapannya akan kehidupan yang mulus berubah menjadi pupus. Terpojok dengan kondisi finansial yang kusut, membuat Nindy terpaksa berkerja untuk Raka secara terus menerus. Apakah Nindy bisa meluluhkan Raka yang jenius atau justru dia yang akan berganti status? "Kamu besok ikut saya." "Oke, Pak." "Dandan yang cantik." "Oke, Pak." "Karena saya mau lamar kamu." "Oke- Hah? Gimana, Pak?!" *** Viallynn

View More
Okay, Boss! Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
default avatar
Maleo
Seruuuuu sukaaa dan lucu bikin ngakak Author ada yg lain gk serupaaa
2024-03-31 21:57:26
0
user avatar
diyah meidiyawati
Suka dengan ceritanya. ...
2023-02-08 22:01:27
1
user avatar
A.floral dear
Ceritanya banyak yang lucu. Aku suka bangat. Recommended. ngak bosan bacanya.
2023-01-23 22:30:07
1
user avatar
Mia Nurul Muttaqin
manis manis manis, pas takarannya^^
2023-01-17 11:55:16
1
user avatar
Alvin Subeki
Suka banget novel ini ... ketama muluk Bacanya ...
2022-10-09 15:46:27
2
user avatar
Yen Lamour
Sweet banget, semangat terus ya kak thor ^^ izin numpang promo ya, ada yg suka mafia romance? Yuk mampir juga ke tempatku. Siapa tahu jg suka. Terima kasih ya kak thor & kakak semuanya ^_^
2022-08-04 18:42:57
0
user avatar
LERITA SARI
Lucu, romantiss ......
2022-06-29 19:46:09
3
user avatar
Kimberlin Tan
bagus ceritanya
2022-06-16 20:17:36
3
user avatar
Indri saputra
baguusss...baguusss ceritanya lucu ...
2022-06-10 15:52:04
3
user avatar
Mentari haylan
bagus. ceritany
2022-06-03 04:45:15
3
default avatar
indirianasesa
terimakasih Thor cerita mu bagus lucu
2022-05-12 09:00:46
3
default avatar
nathandmk577
hahahahqh mantap lucu mengibur
2022-04-19 01:01:11
3
default avatar
irinamykae
udh selesai ceritanya thor tamat gtu
2022-04-15 19:39:57
4
default avatar
nathandmk577
uhhhh gemesin bget mreka hahahahq
2022-04-04 00:18:03
3
user avatar
Dhidhiev
.........Love this story.
2022-04-03 22:11:38
4
  • 1
  • 2
  • 3
45 Chapters
1. Kerasnya Hidup
Hari senin adalah hari yang dibenci oleh hampir semua orang. Mengawali minggu yang padat dan jauh dari kata akhir pekan memanglah menyebalkan. Banyak orang sudah bersiap untuk memenuhi jalan raya tapi tidak dengan gadis yang masih asik bergelung di bawah selimut.   Gendis Anindya Maharani, gadis berparas manis yang tengah berjuang di kerasnya ibu kota. Ia masih tertidur lelap, mengabaikan suara kendaraan yang menembus dinding kamarnya.   "Sayur!"   Suara tukang sayur yang terdengar setiap pagi seolah menjadi alarm rutin bagi Nindy. Perlahan dia muali membuka mata dan melihat langit-langit kamar. Matanya yang belum bisa terbuka sempurna membuatnya mendengkus. Perlahan dia bangkit dan meraih cermin dari atas meja. Seperti dugaannya, matanya sembab dan bengkak seperti dikeroyok warga.   Menangis setiap malam sudah menjadi kegiatan Nindy selama dua bulan terakhir. Dia tahu Tuhan sangat membenci orang yan
Read more
2. Bertemu Kembali
Hidup memang tidak selamanya akan berjalan mulus. Ada roda kehidupan yang akan terus berputar secara terus-menerus. Sudah menjadi tugas manusia untuk tetap fokus, agar jalan yang dipilih tetaplah lurus.   Agar tetap lurus...   Nindy memegang teguh kalimat itu. Sesulit apapun kehidupannya, ia tidak akan melakukan hal gila untuk bertahan hidup. Dia percaya akan hasil dari kerja keras. Nindy yakin, suatu saat nanti dia akan merasakan hasilnya.   "Makasih ya, Buk." Nindy menerima empat bungkus nasi padang yang ia beli dengan senang.   Empat bungkus nasi padang itu bukan hanya untuk dirinya sendiri. Mendapatkan sedikit rezeki tidak membuat Nindy lupa dengan teman-temannya. Dia masih ingat jika Ela, teman satu kuliah sekaligus satu kostnya mengalami kecelakaan tadi siang. Nindy belum mengetahui keadaan gadis itu hingga saat ini. Semoga baik-baik saja karena jika tidak, maka dompetnya juga tidak akan baik-b
Read more
3. Jawaban Dari Doa
Perjalanan dari kost membutuhkan waktu sekitar 10 menit dengan mengendarai motor. Namun sebelum kembali, Nindy memutuskan untuk ke pasar tradisional terlebih dahulu guna membeli beberapa kebutuhan dapur. Dia tahu jika tidak selamanya ia akan bergantung dengan masakan Arinda. Gadis itu juga memiliki nasib yang sama, yaitu berusaha untuk bertahan hidup dengan gaya seminimalis mungkin.   "Bang, cabe campur lima ribu ya."   "Cabe lagi mahal, Neng."   "Ayo lah, Bang." Nindy mendekat dan berbisik, "Khusus buat saya."   "Khusus buat Neng Gendis yang manis ini saya kasih, tapi jangan bilang ibu-ibu yang lain. Bisa rugi saya," balas penjual yang juga ikut berbisik.   Nindy terkekeh, "Aman, Bang. Tapi kasih saya bonus."   Penjual yang merupakan langganan Nindy dan Arinda itu mulai menatapnya pias. Ada saja tingkah anak kost yang membuatnya mengelus dada.  
Read more
4. Dendam Pak Bos
Cahaya matahari belum sepenuhnya muncul tapi Nindy sudah bersiap untuk memulai harinya. Sedari tadi dia tidak berhenti untuk tersenyum. Hatinya terasa campur aduk sekarang, antara senang dan takut. Senang karena akhirnya mendapat pekerjaan dan takut karena ini adalah hari pertamanya. Nindy memang belum tahu pekerjaan apa yang kakek berikan tapi dia yakin apapun itu pasti tidak akan mengecewakannya.   Nindy mengusap rambut basahnya dengan handuk sambil menatap pantulan dirinya di cermin. Dia melirik ponselnya yang bergetar. Seperti biasa, ada ayahnya yang mengirimkan pesan setiap pagi. Kali ini Nindy tidak lagi bersedih. Dengan semangat dia langsung membalas pesan ayahnya.   "Iya, Pak. Ini udah bangun, lagi siap-siap."   Lega. Perasaan Nindy sedikit tenang karena tidak lagi berbohong kali ini.   Nindy mendekat ke arah meja rias dan melihat kalender kecil di sana. Ada tanggal yang sudah ia lingkari den
Read more
5. Tekanan Batin
Belum ada sehari tapi Nindy sudah ingin lari. Dia tidak tahu harus melakukan apa saat Raka meninggalkannya sendiri di dalam ruangan. Tidak ada peraturan atau masukan khusus untuknya agar bisa menjadi asisten yang baik. Nindy bingung, dari mana dia harus memulai semuanya?   Tidak ingin membuat Raka kembali marah, akhirnya Nindy memilih untuk menemui Tomi. Sebagai mantan asisten Raka, pria itu pasti bisa membantunya. Bersyukur Nindy langsung melihat Tomi di depan ruangan. Dia berjalan mendekat dengan sesekali tersenyum pada karyawan yang menatapnya bingung. Mungkin mereka belum mengenalnya. Ingin sekali Nindy mengakrabkan diri tapi keadaannya sangat terdesak saat ini. Dia harus segera menjalankan perintah Raka untuk membeli sarapan. Apa memang seperti ini tugas dari seorang asisten?   "Mas Tomi?" panggil Nindy pelan.   "Ya, Nind?"   "Liat Pak Raka nggak?"   Alis Tomi terangkat
Read more
6. Harus Menurut
Alarm yang terus berbunyi berusaha keras membangunkan Nindy yang masih terlelap. Mata gadis itu terlihat memerah dan meminta untuk kembali dipejamkan. Namun Nindy tidak bisa melakukannya, dia harus bersiap untuk bekerja sekarang.   Pagi ini tidak sama seperti pagi sebelumnya. Jika kemarin Nindy sangat bersemangat tapi tidak untuk sekarang. Dia masih sangat berharap jika bosnya bukanlah Raka. Namun harapannya tentu akan sia-sia.   Nindy mematikan alarm-nya dan melihat jam yang masih menunjukkan pukul empat pagi. Ya benar, Nindy bangun sepagi ini untuk berangkat bekerja. Jika tidak ingat pesan Raka semalam tentu dia tidak akan mengatur alarm sepagi ini.   "Besok pagi jam setengah 6 kamu sudah harus ada di rumah saya. Alamatnya Perumahan Adhiwangsa no 01."   Nindy menggosok giginya sambil mengingat kembali pesan Raka. Sesekali matanya terpejam karena tidak bisa menahan kantuk. Entah kenapa hari pertama
Read more
7. Harus Sigap
Hari ketiga sudah tiba. Seperti hari sebelumnya, Nindy berangkat dengan Raka lagi hari ini. Ini semua terjadi karena dengan liciknya pria itu membuatnya menjadi asisten di kantor sekaligus pribadi. Mau tidak mau, Nindy harus berada di rumah Raka di pagi buta dan pulang hingga larut malam.   Nindy menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya. Setelah seharian bekerja di ruangan Raka kemarin, akhirnya dia memiliki mejanya sendiri. Tepat di sebelah Tomi dan berbaur dengan karyawan lainnya.   "Masih pagi udah kusut wajahnya, Nind?" Tomi yang baru saja datang mulai duduk di kursinya.   Nindy meletakkan kepalanya di atas dan bergumam, "Ngantuk, Mas."   Tomi terkekeh, "Semalem pulang jam berapa?"   "Jam delapan." Nindy mulai memejamkan matanya.   "Nanti jangan lupa minta bonus sama Pak Bos."   Nindy membuka matanya dan duduk dengan tegap, "Ya pasti
Read more
8. Harus Sabar
Di dalam ruangan Raka, Nindy menatap maket di depannya dengan kagum. Maket itu baru saja datang dan dia yang menerimanya karena Raka tidak berada di kantor saat ini. Dia sedang pergi bersama Ilham ke lokasi proyek pembangunan.   Tangan Nindy terulur untuk menyentuh kaca yang melindungi maket tersebut. Dia kembali terperangah dan menggeleng tidak percaya. Saat maket yang berukuran cukup besar itu datang, Nindy tidak bisa berhenti untuk terpesona.   Maket concert hall itu dirancang dengan desain yang rumit dan unik, khas dari Adhitama Design. Apakah ini proyek Raka? Jika iya, maka Nindy tidak bisa mengelak jika pria itu memang memiliki otak yang jenius. Raka melakukan hal yang tidak pernah Nindy pikirkan sebelumnya dengan detail.   "Jenius sih, tapi sayang nyebelin. Jadi banyak minus-nya." Nindy mendengkus.   Dia berjalan berputar sambil melihat maket itu dengan teliti. Meskipun hanya asisten, tapi Nin
Read more
9. Sehari Bersama Pak Bos
Menu kedua sudah datang. Setelah menghabiskan ketoprak, Nindy kembali memesan makanan. Kali ini dia memesan bubur ayam. Nindy memang lapar mengingat jika ia hanya makan mie instan semalam.   Nindy mengangkat wajahnya saat melihat Raka yang berlari kecil melewatinya. Pria itu tidak menatapnya sama sekali dan terus berlari. Nindy mencibir saat melihat para wanita yang sengaja berlari pelan di belakangnya.    "Dih, sok ganteng banget. Pasti dalem hati girang tuh," gumamnya.    Raka sudah mengelilingi lapangan sebanyak lima kali dan sepertinya masih belum ingin berhenti.    Dasar kaki besi.   "Minumnya, Nek." Nindy memberikan botol air mineral  pada nenek. Wanita itu sudah menghabiskan bubur aya
Read more
10. Masakan Kanjeng Ratu
Perasaan Nindy terasa campur aduk sekarang, antara senang dan gelisah. Senang karena akhirnya bisa kembali bertemu dengan orang tuanya dan gelisah karena takut jika rahasianya akan terbongkar. Meskipun sudah meminta Raka untuk menutup mulut, tapi kegelisahan itu masih ada. Bukan satu-dua orang yang tahu jika Nindy baru bekerja sekarang. Dia belum mempersiapkan semuanya karena kedatangan orang tuanya yang mendadak.    "Pak Raka pulang aja deh." Nindy berbalik dan menatap Raka yang bersandar pada mobilnya.   "Kamu ngusir saya?"    Nindy mengerucutkan bibirnya kesal, "Nggak gitu." Dia tampak bingung menjelaskan.   "Terus?"   Nindy berdecak, "Iya, saya ngusir Bapak!"    Raka tersenyum miring dan berjalan mendekat, "Nggak
Read more
DMCA.com Protection Status