Lahat ng Kabanata ng Karma Sang Penggoda: Kabanata 141 - Kabanata 150
175 Kabanata
Bab 30 - Datang Kerumah.
Tiga hari setelah dirawat dirumah sakit, aku diperbolehkan pulang. Anitta benar-benar menjagaku sepenuh hati.Diana? Jangan ditanyakan, dia mungkin tidak peduli, jika aku mati sekalipun. Benar-benar tak berperasaan, hati ini sungguh sakit. Seseorang yang aku harap bisa menemaniku hingga akhir hayat, ternyata tak ubah bagai serigala. Menyakitkan!Aku memilih untuk pulang ke apartement Anitta, karna pulang kerumah pun tak ada yang mengurus."Kamu ga kerja, Mas?" Tanya Anitta. Hari ini adalah hari ketujuh, aku menginap dikediamannya. Keadaanku sudah kembali pulih, dan sehat bugar."Tidak, Mas malas bertemu Mamah," kilahku. Padahal, memang sudah dicopot jabatanku. Untuk saat ini, biarlah. Anitta tak perlu tahu masalahku yang sesungguhnya."Mas, coba bujuk Mamah. Aku tidak mau hubungan ini terus-terusan tidak jelas," ucap Anitta sambil menaruh segelas kopi diatas meja."Ya, kita memang tidak seharusnya seperti ini. Akupun tak ingin terlalu lama b
Magbasa pa
Bab 31 - Mahesa Taubat?
"Loh kamu yang mau apa! Aku ini calon istri, Mas Mahesa. Kamu lupa?" Suara Anitta tak kalah kencang dari Diana.Dengan terpogoh aku berlari menuju pintu, mata terbuka lebar. Diana benar-benar ada didepan mataku."Diana ... kamu pulang sayang?" Ucapku dengan senyum haru. Diana tersenyum hangat, menubruk pundak Anitta yang menghalangi langkahnya lalu melewatinya."Iya, kamu sehat Pih?" Diana berkata dengan senyum yang begitu manis, membuat kepala ini mengangguk dengan cepat."Sudah makan?" Diana menaruh telapak tangan dikeningku, lalu mencium pipi ini dengan lembut."Sudah, ayo masuk kedalam," ucapku sambil menuntun masuk tangannya. Diana tersenyum manis, berjalan sambil bergelayut mesra dipundakku.Ada apa ini? Mengapa Diana begitu manis. Sudah sudikah kiranya dia memaafkan aku?Tak sengaja mata melirik Anitta, yang menatap sinis tak suka. Tapi aku tak peduli, bagiku saat ini Diana sudah pulang
Magbasa pa
Bab 32 - Kembali Bersama.
Silau mentari menerpa wajah, tubuh bergeliat melemaskan otot. Meraba samping ranjang, mata menyipit saat tak kutemukan Diana disamping tidurku. Perlahan bangun, duduk bersandar dipunggung kasur, mengumpulkan segenap kesadaran.Waktu menunjukan pukul 6 pagi, suara aktifitas didalam kamar mandi terdengar membuat hati yang tadinya gundah menjadi tenang.Sambil menguap aku meraih gawai yang tergeletak diatas nakas, pesan dari Nitta berjejer memenuhi layar. Kembali aku meredupkan layar, malas untuk membaca segala rentetetan keluh kesahnya."Sayang ... mandinya sudah?" Ucapku setelah mengetuk pintu dua kali."Iya, tunggu sebentar!" Teriak Diana dari dalam."Buka pintunya, kita mandi sama-sama." Tak ada balasan suara dari dalam, tak lama pintu toilet terbuka pelan."Aku sudah selesai," ucapnya seraya melilitkan handuk dikepala. Aroma sabun mengeruak, saat Diana melewatiku.Ada yang menghangat dihatiku, melihat Diana berada disini gairah hidu
Magbasa pa
33 - Anitta.
"Sama-sama, Pih. Semoga keluarga kita selalu dilindungi oleh Tuhan, dari orang-orang jahat yang mau merusak kebahagiaan kita," sahut Diana tegas. Namun senyum dibibirnya menciptakan kehangatan didalam dada.***Ofd.Setiap hari Anitta terus saja meneror, aku sampai mengnonaktifkan gawai untuk sementara waktu.Tepat hari ini, dimana seharusnya kami melakukan pernikahan. Tapi aku mangkir, tak menanggapi semua rentetannya.Menikah dengan Anitta? Entah mengapa hati merasa kurang yakin, aku takut fikiran buruk tentangnya menjadi kenyataan.Setelah difikir-fikir, uangku memang habis terkuras untuk memenuhi gaya hidupnya. Dan aku tidak mau terus-terusan seperti itu. Uang yang seharusnya bermanfaat kini lenyap karna kesenangan sesaat. Anitta tentu saja, tak mau tahu saat aku mengeluh kekurangan uang.Sibuk menata hati bersama Diana, menyusun rencana untuk membuka usaha sendiri. Cukup sudah aku mengemis dihadapan Mamah, penolakan mereka membuat hatiku sakit. Aku bertekad akan membuka usaha send
Magbasa pa
Bab 34 - Diizinkan.
"Kalau itu rencana kalian, kenapa tidak dilaksanakan? Menikahlah, aku merestui hubungan kalian." ucap Mamah tegas, sorot matanya menatap Anitta yang terbelalak kaget mendengar ucapan orangtua perempuanku.Anitta menoleh kearahku, gurat wajahnya menyimpan sejuta pertanyaan. Anitta terlihat bingung, alisnya menaut dengan kencang lalu menoleh pada Mamah dan menatapnya lurus-lurus."Apa saya tidak salah dengar?" wajah Anitta terlihat antusias, tak berkedip menatap Mamah."Ya, dari pada kalian terus berbuat dosa?" Mamah mengangkat bahu dan kedua tangannya."Lebih baik diresmikan, bukan? Toh kalian juga sepertinya tidak ada niat untuk saling menjauh," sambung Mamah, membalas tatapan mata Anitta.Anitta menatapku, kepalanya terangkat mengisyaratkan agar aku buka suara."Tapi, Diana? Dia tidak akan setuju Mah," sahutku. Mamah menghela nafas, menatap aku dan Anitta bergantian."Ya tentu saja, dia pasti akan menolak mentah-mentah," jawab Mamah santai.Aku tersenyum kecut, untuk apa Mamah menyur
Magbasa pa
Bab 35 - Pov Diana.
Pov Diana.Bibir melengkung tipis, otakku berputar mencerna setiap kalimat yang terlontar dari bibir Mamah mertuaku.Bisa saja, saat ini aku berada dihadapannya. Tapi fikiranku berada ditempat dimana aku dan Fiona sedang terlibat dalam diperbincangan yang sangat serius."Saat Mbak Fiona tahu, suami berkhianat. Apa langkah yang Mbak ambil saat itu?" Tanyaku setelah menyesap minuman berasa jeruk. Asam kecutnya langsung menerjang lidah, saat air berwarna sedikit kuning itu mengalir melewati sedotan dan mengenai indra pengecapku.Bibir ranum Fiona berjinggat sebelah, lalu nafas panjang berhembus setelahnya. Mata itu menerawang jauh, gurat kepedihan sekilas tergambar dari manik coklatnya. Lalu dia mengembangkan senyum."Hmm ... apa ya? Mungkin aku pernah mencoba memberinya kesempatan," sahut Fiona sambil menganggukkan kepala."Memberi kesempatan?" Aku mengulang kalimatnya."Dia terus mengiba, memohon ampun. Bahkan berlutut dikaki ini," sambung Fiona dengan senyum yang terlihat getir. Aku m
Magbasa pa
Bab 36 - Berubah.
Pov Mahesa"Mas ... tidak bisakah aku tinggal dirumah megahmu? Diana terlalu serakah, rumah sebesar itu ditinggali hanya dengan beberapa orang saja," cibir Anitta, tangannya membelai lembut wajahku.Sudah satu minggu aku berada di apartementnya. Hari ini sudah waktunya aku kembali kerumah untuk menemui Diana."Mas, aku ikut ya," pinta Anitta dengan wajah penuh harap."Untuk apa? Mas sudah bayar uang sewa apartement ini. Sayang kan, jika tidak ada yang mengisi," tukasku sambil memasang kancing kemeja yang melekat ditubuhku."Huh ... Bilang saja Mas tidak mau aku ada dirumah itu. Lagi pula, rumah itu bukan hak milik Diana kan? Sudah seharusnya, aku juga tinggal dirumah itu, aku ini istri kamu. Ingat itu, Mas." balas Anitta, tak mau kalah."Sudahlah, Nitt. Permintaanmu lama-lama aneh. Aku sudah menuruti keinginanmu untuk menikah, sekarang tolong jangan mengusik Diana. Dia sudah cukup terluka dengan pernikahan ini," bantahku, mencoba memberi pengertian.Anitta memutar bola matanya dengan
Magbasa pa
37 - Hasil Lab.
Rasa terbakar kembali menjalar, kini mata terbelalak saat melihat yang mengalir bukan air seni melainkan darah pekat dengan lelehan cairan berwarna kuning kental."Astaga, mengapa pipisku mengeluarkan nan*h?"Jantung langsung berdetak kencang, kepala berkunang-kunang, dengan nafas yang mendadak sesak.Tubuh terhenyak menghimpit tembok, lutut mendadak sangat lemas.Ini tidak mungkin. Aku tidak mungkin mendapat penyakit ...Agrh ... menyugar rambut dengan frustasi, segera membersihkan apa yang sudah aku keluarkan. Lalu keluar dari bilik toilet tak berani menuntaskan hajat.Aku sungguh tidak tenang, lama berdiam diri duduk diatas ranjang dengan fikiran tak menentu arah. Segera mengamati tangan, terlihat ruam halus yang bermunculan dikulitku.Aniita ... apa mungkin dia yang menyebabkan ini semua? Aku sudah lama tak menyentuh Diana. Tidak salah lagi, pasti Anitta biang dari masalah ini. Aku harus meminta penjelasan darinya."Kenapa, Mas? Kok lemas sih?" Diana mengamati wajahku."Mm ... kur
Magbasa pa
Bab 38 - Anitta Menyangkal.
"Jawab!!" Nafasku memburu, membuat wajah cantik yang sangat aku gilai itu semakin menegang.Anitta bangkit dari sisiku, berjalan memutari meja."Ka-mu bicara apa sih, Mas? Kamu fikir aku ini perempuan macam apa, Hah!" sentak Anitta dengan nafas tak teratur.Sepertinya dia tidak terima dengan kata-kataku."Kamu hanya terlalu lelah, Mas. Kenapa? Apa Diana bicara yang tidak-tidak padamu, hingga kau semarah ini padaku?" Ucap Anitta dengan mimik memelas."Ayolah ... perempuan itu tidak sepenuhnya rela kamu menjadi suamiku. Dia pasti sudah mencekokkimu, dengan kata-kata mengujar kebencian!" sambungnya dengan wajah mengeras. Aku terkekeh geli, menatapnya tak percaya."Diana pasti sudah memfitnahku!" Anitta menatap lekat, meyakiniku.Bisa-bisanya disaat kemarahanku tersulut begini, dia menyeret Diana untuk menutupi kesalahannya.Aku bangkit dari duduk, berjalan mendekatinya. Kini pandangan kami beradu tatap, namun Anitta segera memalingkan wajah."Dengar ..." aku meraih wajahnya dengan satu t
Magbasa pa
Bab 39 - Siuman.
"Dasar perempuan pembawa sial!" umpatnya begitu bengis lalu beranjak dari tempat duduknya dan berjalan kearahku dengan wajah merah padam dan sorot mata penuh amarah.Mau apa dia?Alisku menaut kencang, langkah kakinya semakin cepat mendekatiku.Anitta melayangkan tangan kearahku, dengan tangkas aku menghindar sehingga yang dia pukul hanya udara membuat tubuhnya sedikit oleng."Huh ..." matanya semakin membesar, kemarahan semakin memuncak saat targetnya tak mengenai sasaran. Anitta membalik badan dan meraih tanganku. Tak sempat menghindar, kuku itu mengenai lengan ini menyisakan goresan yang cukup panjang."Aduh ..."Perih dan panas membakar kulit, membuat emosiku kini tersulut dibuatnya."Apa-apan kamu sund*l!" ucapku menahan geram. Otakku begitu mendidih, melihatnya tersenyum sinis kearahku."Jangan belaga sok suci kamu! Kau yang menjebakku kan? Kau yang menyekapku, hingga para bajing itu menodaiku!" Sembur Anitta dengan mata merah melotot tajam.Aku terkekeh geli menanggapinya, memb
Magbasa pa
PREV
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status