All Chapters of Karma Sang Penggoda: Chapter 41 - Chapter 50
175 Chapters
Bab 41 - Berita terkini
Setelah memastikan Dara kembali kerumah, aku langsung menuju Dealer kembali. Melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.Banyaknya pekerjaan membuat waktu tanpa terasa berputar. Badanpun sudah terasa lelah, pukul 20:00 aku memutuskan menutup pembukuan.Bangkit dari kursi, badanku bergeliat meregangkan otot-otot yang terasa membeku. Setelah membersihkan diri dan memoles bedak tipis, aku berjalan keluar ruangan.Berjalan menuju parkiran, kulihat ada laki-laki muda yang bersender dimuka mobilku. Saat menyadari kedatanganku dia langsung bangkit dan tersenyum ramah."Malam Non," sapanya dengan senyum yang merekah.Aku hanya tersenyum tipis lalu menengok kedalam mobil, takku lihat Pak Karim didalamnya."Ehm ... permisi Non Fi-ona ..." ucapnya sambil mengeja namaku.Alisku mengkerut, dari mana dia tahu namaku."Saya Yasir ... keponakan Pak Karim," jelasnya kemudian."Lalu?""Saya d
Read more
Bagian 42 - Nadia.
Dengan tangan yang bergetar, kutekan gambar berita, agar lebih jelas membaca isi didalamnya.Seorang pemilik, sekaligus pengusaha restoran berinisial (D) dengan sengaja menabrak mahasiswa berinisial (R) dikawasan industri.Berkat cctv yang terdapat dibahu jalan, setelah pencarian satu bulan, akhirnya polisi dapat menangkap (D) di kediamannya. Belum diketahui motif tersangka pembu-nuhan, kini tersangka sudah diamankan dikantor polisi terdekat.Lututku terasa lemas, aku berharap inisial (D) itu bukan Mas Daniel. Delapan tahun mengenalnya, aku tahu betul Mas Daniel seperti apa, dia orang penyayang dan lemah lembut. Tidak mungkin dia melakukan keja-hatan, semoga fikiranku salah dan semua hanya kebetulan.Ahh ... kenapa aku harus mencemaskan dia. Seharusnya aku senang dia ada didalam penjara. Bukankah dia pantas mendapatkannya?***Ofd.Semua berjalan dengan biasanya, tentang berita dipagi hari pun aku sudah melupakannya. P
Read more
Bagian 43 - Dara.
Nadia terus saja bercerita, aku hanya tersenyum menatapnya dengan fikiran yang kemana-mana."Fi ... kesalon yuk," ajaknya sumringah."Hah?""Kesalon ... kok malah bengong sih," sungutnya."Eh ... iya, mau ngapain?" tanyaku seperti orang bo-doh."Mau luluran, gue tidak mau ada kotoran sedikitpun dikulit gue," jawabnya dengan senyum malu-malu."Oh ....""Ayok," ajak Nadia, kini dia sudah bangkit dari duduknya.Aku ikuti langkah kakinya, Nadia terlihat bersemangat dari biasanya. Yah ... dia sudah menemukan pasangan hidupnya, sudah jelas dia akan sangat bahagia."Nad ..." ucapku saat tiba didepan pintu salon."Ya?" balasnya dengan langkah yang terhenti."Gue ketoilet sebentar ya.""Oh ... ya sudah," ucapnya dengan senyum.Aku menganggukan kepala lalu berjalan menuju toilet, sementara Nadia sudah memasuki pintu salon.Kupandangi pantula
Read more
Bagian 44 - Berdebat.
Huft ... bisa aku rasakan pipi ini menghangat, aku mengalihkan pandangan berusaha memasang wajah datar. Meski bibir memaksa untuk tersenyum.Yasir membuka pintu mobil dan melempar senyum kearahku, sebelum menduduki jok sopir. Aku tersenyum kaku lalu berpura sibuk memainkan ponsel. Mengatur nafas berulang kali, mencoba menetralkan jantung yang sangat berdetak kencang.Hai ... ada apa denganmu wahai hati. Sadarlah, sosok didepanmu ini sudah dimiliki orang lain, jangan pernah menaruh harapan apapun. Akan ada hati yang tersakiti, entah hatimu atau hati yang lain."Non ..." Yasir menyodorkan tisu didepanku."Apaan?" sentakku dengan alis yang mengkerut.Yasir sedikit kaget mendapati reaksiku, lalu kembali tersenyum ramah."Ini ...."Yasir menunjuk kearahku lalu menunjuk sudut bibirnya sendiri. Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, tangan ini langsung mengikuti
Read more
Bagian 45 - Pernikahan Nadia.
"Hallo Nad?" sapaku setelah menggeser tombol hijau."Hei ... Nyonya, jangan lupa tiga hari lagi acara pernikahan gue. Please, lo harus dateng. Dan gue mau, lo jadi pengiring pengantin buat gue," ucapnya diujung telepon.Aku meringis mendengar ucapannya. Ada rasa tak nyaman sesungguhnya.Sudah seminggu ini, Yasir memang tidak menjadi supirku. Wajarlah namanya mau menjadi pengantin. Pasti dia tengah sibuk akhir-akhir ini."Kok diam? Jangan bilang kalau lo ada acara ya?" sengit Nadia, tak sabar menungguku berbicara."Iya ... gue pasti dateng kok," balasku kemudian."Nah ... gitu dong, ya sudah sehari sebelum acara lo dateng ya kerumah. Nginep temani gue," pinta Nadia.Aku menghembuskan nafas, acara ini begitu penting untuk, Nadia sahabat terbaikku. Aku harus menjadi saksi diacaranya."Iya bawel," sahutku kemudian. Kudengar Nadia terkekeh, lalu menutup panggilan."Huftt ... oke Fio, dunia
Read more
Bab 46 - Dilema Fiona.
Meregangkan otot yang terasa kaku, lalu memasuki toilet untuk membersihkan badan. Berdiri dibawah shower membiarkan ribuan air menusuk kulit kepala, hingga terasa menembus ke dalam otak.Rasanya sangat mendamaikan.Fikiranku berkelana, memikirkan satu nama yang tersemat disudut hati.Apa kabarnya dia?Semoga kebaikan selalu menyertainya.Selesai membersihkan badan, aku langsung menuruni tangga menuju dapur. Suasana hening langsung menghingap diseluruh ruangan, entah sampai kapan aku hanya bertemankan sepi.Drett ....Ponsel bergetar menandakan ada pesan yang masuk di dalamnya.Aku melirik sekilas, lalu mengabaikannya. Memilih menuang air kedalam gelas, lalu meneguknya perlahan.Drett ....Kembali ponsel bergetar, kali ini bersahut-sahutan.Nomer tak dikenal mengirim beberapa pesan. Aku membukanya dengan tangan mengoles selai pada roti.{Selamat istirahat, Nona cantik,}{Semoga kita bisa berjum
Read more
Bab 47 - Bertemu Mas Daniel
Paman berpura-pura sibuk. Tangannya mengambil kunci di dalam kantung celana lalu mengunci gembok pagar, dengan pandangan lurus keluar jalan. Tak berani menoleh kearahku. "Hei ... Paman, mana tanggung jawabmu. Kapan aku bicara padamu, bahwa aku rindu dengan sosok didepanku ini," batinku berteriak. Lagi pula, untuk apa mengunci pagar. Masih ada Yasir disini, dia belum pulang! Bibirku mengencang, mata ini menyipit saat menoleh kearah Yasir. "Bukan aku yang rindu ..." ucapku menantang maniknya. Wajah Yasir nampak berfikir, dan menungguku menyelesaikan kalimat. "Tapi Pa .. man," sahutku sambil bergegas melewati tubuhnya. "Non ..." panggil Yasir, membuat langkahku semakin melebar. Jantung ini berirama keras, kakiku terus melangkah tanpa berani menoleh kebelakang. Aku segera menutup pintu, sesaat aku membukanya. Tubu
Read more
Bab 48- Di lamar tiba-tiba.
"Ardan ..." sedikit aku menepuk tangannya, membuat Ardan langsung menoleh kearahku."Maaf, sepertinya saya tidak bisa melanjutkan menonton acara ini," ucapku dengan senyum tipis. "Kalau kamu masih mau nonton, tidak masalah, tapi saya mau keluar sekarang." sambungku tegas.Ardan menatapku lekat, lalu mengangguk-anggukan kepalanya. Entah dia setuju atau tidak."Baiklah ... kita keluar bersama, aku mendadak laper," ucapnya sambil memamerkan deretan giginya lalu menepuk-nepuk perutnya.Aku meringis melihatnya, ketara sekali bahwa dia memaksakan diri. Aku bangkit dari kursi meninggalkan ruangan gelap ini disusul oleh Ardan dibelakangku. Bisa aku rasakan, dua bola mata elang itu mengekori langkahku."Saya ketoilet sebentar ya." ucapku dibalas dengan anggukan kepala oleh Ardan, lalu aku berjalan menuju toilet.Sejujurnya aku merasa tak enak hati pada, Ardan. Namun aku risih, saat mendapati mata Mas Daniel terus saja menatapk
Read more
Bab 49 - Fiona jatuh cinta?
Sepulangnya Pak Karim dari rumah, bibirku terus terkulum senyum. Wajah Yasir kini menari-nari dikepala membuat hati terasa ditumbuhi bunga-bunga.Ahh ... mengapa aku seperti anak ABG yang sedang kasmaran.Inikah yang dinamakan cinta? Atau hanya rasa senang sesaat?Entahlah hanya Tuhan yang tahu, karna akupun masih bingung dengan isi hatiku.Kuhempaskan tubuh dipembaringan, mata menatap sendu langit-langit kamar yang terlihat lebih indah dari biasanya. Bisa dibayangkan, jika hanya melihat langit kamar saja terasa indah. Apa lagi kalau aku memandang, Yasir."Aaaa ...."Kaki meronta-ronta, kedua tanganku menelekup wajah."Ahh ... aku malu!" batinku berteriak, kepala menggeleng dengan kuat.Pipi terasa hangat, aku mencoba mengatup kedua bibir demi untuk menahan senyum.Sekali hentak, aku bangkit dari ranjang dan duduk bersandar disisinya. Meraih guling lalu memeluknya dengan gemas.
Read more
Bab 50 - Pov Yasir
Pov Yasir."Gimana cantik bukan?" tanya wanita setengah baya dengan tatapan lembut penuh harap. Tangannya dengan semangat menyodorkan lembaran foto didepanku."Ayok dong dilihat, kok diam aja sih." rungutnya saat menyadari aku tidak bergerak sama sekali.Aku mende-sah lelah, Ibu masih saja seperti ini. Dengan malas, akhirnya tangan menggapain kertas bergambar wanita itu."Dia anak teman Ibu waktu SMA, kebetulan dia baru saja lulus kuliah. Kalian bisa pendekatan sebelum menikah," cerocosnya bersemangat, wajahnya berseri-seri saat bercerita."Bu ... sudahlah, aku bisa cari sendiri." balasku sambil menaruh kembali foto itu diatas meja.Air wajah Ibu nampak berubah, alisnya menaut tanda tidak menerima ucapanku."Yasir ... apa kamu tidak ingat umur? Di usiamu yang sudah kepala tiga ini, seharusnya kamu sudah memberikan Ibu seorang cucu." bibir wanita yang sangat aku sayangi itu sedikit mencucut, dan mencebik kea
Read more
PREV
1
...
34567
...
18
DMCA.com Protection Status