Semua Bab I GUESS I MISJUDGED YOU: Bab 51 - Bab 60
105 Bab
Panggilan Brams Untuk Shahnaz
"Jesselyn,coba kamu ceritakan,apa yang terjadi sebenarnya!"Jesselyn menatap mata dari mamanya.Dia tidak tahan lagi untuk mengatakan hal yang sebenarnya.Mata hazel Jesselyn terlihat meredup,pertanda ada beban dipikirannya."Mama,sejak aku berhubungan dengan Peter selama enam tahun,aku tidak pernah mengatakan kata putus,bahkan aku tidak pernah berkata kalau aku sudah menikah.Jadi sampai sekarang dia masih berpikir kalau aku ini adalah milik dia dan akan tetap sepenuhnya untuk dia.Peter bahkan tidak mau menyerah sekalipun aku ini sudah jadi istri dari Brams."Apa yang terjadi selanjutnya,Jesseelyn?""Sejak  Peter berkata semuanya pada Brams,maka Brams jadi kecewa dan pergi begitu saja dari ruangan Peter tadi pagi ma.""Apa kamu tidak tahu kalau Brams akan ikut datang dalam undangan itu?""Tidak ma,bahkan aku saja terkejut melihat Brams ada di ruangan itu."jawab Jesselyn.Barbara terdiam sejenak,dia yakin kalau dalam hal ini
Baca selengkapnya
Akankah Selamanya Begini
Malam terasa semakin dingin,Shahnaz dan Brams kini bercinta semakin dalam dan memuaskan hasratnya masing-masing.Shahnaz yang merasa bahagia pada malam itu, menjadi yakin kalau sekarang Brams telah berubah dan akan lebih memilihnya dari pada Jesselyn."Kamu memang suami terbaikku Brams," ujar Shahnaz sambil menutupkan selimut pada Brams yang sudah mulai tertidur. "Aku akan membuat yang terbaik yang bisa membahagiakan Brams.Dengan demikian aku yakin kalau Brams akan selamanya akan menyuruh aku untuk tinggal di rumah ini,"bathin Shahnaz Sambil tersenyum,Shahnaz kembali memandangi wajah Brams yang sudah lelap.Dia berpikir dibalik sifat kerasnya Brams,masih banyak rasa manis yang dia dapatkan dari Brams,walaupun hanya tiba-tiba."Hahhhh...bagaimana mungkin aku bisa berpaling sepenuhnya dari kamu Brams,aku sama sekali tidak akan mendapatkan lagi lelaki perkasa seperti kamu yang bisa memuaskan aku kapan saja," bathin Shahnaz lagi ******
Baca selengkapnya
Korban Birahi Brams
Brams yang tidak mengetahui kedatangan Jesselyn,jadi mengajak Shahnaz untuk sementara tinggal di rumahnya.Dia yakin dengan adanya Shahnaz di rumah tersebut,sedikit rasa kesal dia pada Jesselyn mulai terobati."Shahnaz,aku ingin kamu tetap berada di rumah ini untuk beberapa hari.Apa kamu mau?" Tanya Brams.Dengan senyum merekah,Shahnaz sangat bahagia.Ajakan Brams untuk tinggal di rumah tersebut sungguh satu kehormatan yang luar biasa bagi Shahnaz."Sayang,tanpa kamu tanya aku akan sangat bersedia dan sangat bahagia bila kamu mengijinkan aku untuk tinggal di rumah ini."ucap Shahnaz."Shahnaz,aku ingin bersenang-senang dengan kamu.Aku tidak mau sedetikpun melewatkan waktu tanpa bersama kamu Shahnaz,"ucap Brams.Wajah Shahnaz makin berbinar,dia bahkan jadi salah tingkah saat Brams bicara demikian padanya.Layaknya sebagai nyonya rumah,Shahnaz bebas mau ngapain aja di rumah mewah milik Brams."Sayang,aku keluar sebentar ya!"ucap Shahnaz.Aku mau ca
Baca selengkapnya
Ketahuan
"Siapa yang datang Shahnaz?" tanya Brams.Keduanya saling berpandangan.Jantung Brams saat itu, tiba-tiba berdetak kencang.Dia teringat pada Jesselyn, yang lagi mengandung anaknya di Singapore.Walau dalam kondisi khawatir, Brams tetap nekat dan berjalan ke arah pintu rumahnya.Shahnaz juga tidak mau ketinggalan, dia mengikuti langkah Brams dari belakang."Shahnaz...?"Jesselyn yang merasa emosi saat melihat ada Shahnaz di dalam rumah itu bersama suaminya."Bu Jesselyn," tegur Shahnaz.Telapak tangan Jesselyn melayang dan mendarat di pipi Shahnaz.Dia juga melihat muka Brams yang tertunduk saat Jesselyn menapar muka Shahnaz."Dasar pengkhianat," bentak Jesselyn.Kalian memang pengkhianat. Dugaanku yang selama ini pada kalian ternyata tidak salah.Kalian memang ular berbisa yang pandai bersandiwara."Jesselyn..!" Ucap Brams."Apa, apa lagi yang ingin kamu katakan.Mungkin saat di Singapore, kamu sengaja mencari celah ya
Baca selengkapnya
Antara Marah Dan Iba
Minuman Wisky kembali diteguk oleh Brams. Lima orang wanita sedang berada di kelilingnya. Mata Brams sudah terasa berat dan penglihatannya mulai goyang. Dia berjalan pulang dengan sempoyongan setelah membagi-bagi banyak uang pada para penghiburnya.Pemilik Cafe yang sudah kenal betul dengan Brams, kini menyuruh anggotanya untuk mengantar Brams pulang ke rumah. langkahnya yang sudah oleng,membuat pemilik Cafe merasa kasihan dan khawatir pada Brams jika pulang sendiri."Ayo pak, aku bantu." ucap pelayan laki-laki tersebut "Kamu tidak usah repot-repot membantuku, aku bisa pulang sendiri," jawab Brams.Lelaki itu tidak perduli dengan celoteh Brams.Dia terus membantu hingga Brams berada di dalam mobil."Jesselyn...Jesselyn..., nama itu terdengar sering keluar dari mulut Brams. Kini lelaki itu bisa menyimpulkan Brams sedang ada masalah dengan wanita yang bernama Jesselyn."Ayo pak,kita sudah  sampai," ucap pelayan itu.Dia langsu
Baca selengkapnya
Mencoba Memperbaiki Diri
Mata Brams kini mulai terbuka, dia heran, kenapa dia bisa berada di kamarnya. Efek minuman kini sudah tidak terasa lagi, yang ada hanyalah rasa ngilu dan lemas yang berlebihan.Brams mencoba duduk dan berdiri, dia sama sekali tidak ingat dengan keberadaan Jesselyn di dalam rumahnya. Brams dengan santainya berjalan keluar dari kamar. Dia melihat Jesselyn sedang tertidur di sofa ruang tamunya. "Ya tuhan,rupanya Jesselyn masih di rumah, bathin Brams.Dia mencoba mendekati istrinya. Dia merasa tidak tega untuk membangunkan istrinya yang lagi marah besar pada kelakuannnya. Tangan Brams menepuk tangan Jesselyn, dia melihat Jesselyn hanya berbalik saja tanpa sadar dari tidurnya."Hahh..kasihan Jesselyn, mungkin semalam dialah yang mengurus aku dan membawa aku hingga ke tempat tidur"  bathin Brams.Demi membuat istrinya bahagia, Brams mencoba membuat segelas susus dan sepotong roti di meja dekat istrinya, sebagai ungkapan rasa penyesalan atas pe
Baca selengkapnya
Saling Jujur
"Sayang, apa kamu masih marah lagi padaku?" tanya Brams.Jesselyn hanya diam, dia sebenarnya masih kecewa pada Brams, apalagi melihat panggilan masuk dari Shahnaz, tadi malam.Jesselyn mencoba sabar dan menerima kenyataan. Dia senyum dan mendekati suaminya, Brams."Brams, aku tidak marah sama kamu. Aku hanya kesal pada sikap kamu dengan Shahhnaz dibelakangku," jawab Jesselyn."Sayang, kamu wajar saja marah padaku. Aku bisa terima itu. Aku berbuat demikian seakan ingin balas dendam dengan perbuatan kamu di ruangan Peter waktu itu."Iya sayang, aku bisa mengerti hal itu," jawab Jesselyn."Jesselyn, aku kecewa dan marah karena kamu terlihat santai  berpegangan tangan dengan Peter. Brams sedikit merasa lega. Dia sudah bisa jujur mengatakan hal apa yang membuatnya marah. Brams berharap ada perubahan keluarganya, setelah saling jujur dalam menyelesaikan masalah."Sayang, apa tidak sebaiknya kita keluar saja ya!" Aku rasa k
Baca selengkapnya
Sogokan Untuk Pengintaian
Brams yang semakin bingung untuk menjawab pertanyaan Jesselyn, kini mengambil jalan pintas dengan mengulur waktu."Sayang, aku jawabnya nanti di rumah aja ya! Sekarang kita lebih baik menikmati makanan ini terlebih dahulu. Bukankan kamu dari tadi sudah lapar dan minta untuk makan di sini?" "Oh iya, baiklah sayang, aku juga ingin menyantap makanan ini terlebih dahulu," ucap Jesselyn. Jesselyn tersenyum melihat Brams, yang sedang menikmati makan siang, Dia juga tidak mau ketinggalan dengan masakan seafood, favoritenya."Kringggg!"Suara ponsel Brams kini berbunyi. Dia segera melihat panggilan siapa yang masuk saat itu."Siapa sayang?" tanya Jesselyn.'Mampus aku, ada panggilan dari Shahnaz. Apa yang akan Jesselyn katakan bila dia tahu ada panggilan dari Shahnaz,' bathin Brams."Brams, telepon dari siapa?" tanya Jesselyn sekali lagi."Akhhh... entahlah, mungkin ada orang iseng atau salah sambung." Namanya juga t
Baca selengkapnya
Tepat Sasaran
Pak Soleh melihat ke belakang, dia bingung dengan uang yang disodorkan oleh Jesselyn. Mata pak Soleh terlihat menyipit dan bertanya dengan semuanya. "Bu Jesselyn, kenapa ibu menyodorkan aku uang?" tanya pak Soleh "Pak Soleh, aku ingin pak Soleh bisa tutup mulut, aku punya rencana untuk mengintai suamiku. Apakah dia ada main di belakang dengan wanita yang bernama Shahnaz," jawab Jesselyn.Pak Soleh kini sudah tahu kemana sebenarnya tujuan Jesselyn. Dia juga merasa setuju dengan rencana Jesselyn tersebut. Sebagai sopir pribadi dari Beams, dia sudah sering kali melihat Shahnaz yang sudah keterlaluan dan selalu mengejar Brams kemana saja."Oke bu Jesselyn, aku setuju. Aku sebenarnya juga tisak suka dengan wanita yang bernama Shahnaz itu," jawab Pak Soleh.Jesselyn bingung dengan ucapan Pak Soleh."Pak Soleh, kenapa Bapak bisa berkata demikian?" tanya Jesselyn."Maaf bu, dari pertama kali dia masik lerja di sini, aku juga sudah
Baca selengkapnya
Akhirnya Rahasia Terbongkar
Jesselyn langsung berdiri, dia membayar makanan yang sama sekali belum habis. Rasa kesal yang amat sangat, dirasakan oleh Jesselyn saat berjalan keluar dari dalam Cafe."Aku harus ke kantor Brams, aku harus melihat langsung apa yang mereka lakukan di ruangan itu," bathin Jesselyn.******Ayunan langkah Shahnaz terlihat begitu cepat. Dia khawatir kalau Jesselyn mengetahui kedatangannya. Perlahan pintu ruangan Brams di dodong oleh Shahnaz, dia melihat Brams, lagi memainkan ponsel miliknya.."Brams, kamu kenapa tiba-tiba menghubungiku dan menyuhku untuk datang ke sini?,"  tanya Shahnaz."Shahnaz, kamu duduk dulu! Aku sengaja menghubungi kamu karena aku ingin mengatakan hal penting agar kamu bisa paham dengan maksut dan tujuanku.Dengan penasaran, Shanaz langsung duduk dan meletakkkan tas di atas meja. Dia sepertinya takut kalau- kalau ada Jesselyn di ruangan itu."Ada ap,Brams?" Tanya Shahnaz dengan penasaran."Shahnaz aku in
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status