All Chapters of Terlambat Mencintai Lisa: Chapter 11 - Chapter 20
218 Chapters
Episode 11. Keinginan Revin
'Lisa? Pas banget dia nelpon waktu aku lagi mikir yang aneh-aneh.'   Revin menggeleng sambil terkekeh. Lalu mengangkat teleponnya.   "Halo, Lisa," sapa Revin   "Halo, Kak Revin lagi apa sore begini? Apa masih di kampus?" tanya Lisa ceria.   "Ini lagi di rumah, biasalah lagi menyusun skripsi."   "Hmmm. Tampaknya Kak Revin bakalan panjang nih kesibukannya ya." Lisa tampak tak bersemangat.   "Memangnya kenapa?" Revin terkekeh.   "Tidak apa-apa. Kak Revin lanjutkan saja pekerjaannya," ucap Lisa lembut.   "Kau mau mengajakku main ke klub ya?" tebak Revin kemudian.   "Iya s
Read more
Episode 12. Didikan yang Salah
"Kau tanyakan saja pada Evans sejauh mana hubungannya dengan Anna. Evans kan temanmu. Papa yakin Anna masih bersih, Papa cukup yakin akan penyelidikan Papa," tukas Tuan Alex dengan percaya diri.    "Aku rasa itu akan menjadi pilihan terakhir untuk menanyakan Evans. Kecuali Papa dan Mama siap membatalkannya kalau ternyata dia tidak murni lagi. Apa Papa siap membatalkannya jika Anna tidak suci lagi?" Bagi Revin itu cukup konyol jika bertanya pada Evans. Bagaimana kalau jawabannya adalah bahwa mereka sudah pernah tidur bersama? Dan ternyata Revin tetap juga dipaksa menikahi perempuan itu. Tentu akan semakin memalukan baginya. Sementara kedua orang tuanya hanya menghela napas kasar mendengar jawaban Revin.    Melihat tidak ada jawaban, Revin kembali berbicara, "Aku akan mencoba tubuhnya untuk memastikannya. Dan kalau ternyata dia tidak perawan, kuharap Mama dan Papa ti
Read more
Episode 13. Kecewa
Revin membuka matanya sedikit. Sinar matahari terasa menyilaukan tembus dari tirai jendela yang dihembus angin. Dengan cepat dia menyesuaikan pandangannya, membuka mata dan melihat gorden berwarna merah muda berayun-ayun indah. Udara cerah memenuhi ruangan itu. Revin tahu benar di mana dia berada sekarang. Dia berada di kamar Lisa tepat di ranjangnya.     Tadi malam setelah mereka berciuman, Revin langsung terburu-buru memarkirkan mobilnya dan bergegas bersama Lisa menuju apartemen. Bahkan di dalam lift menuju lantai atas apartemen Lisa, karena hanya ada mereka berdua di sana, mereka langsung melanjutkan ciuman mereka seolah sudah tak sabar ingin segera melampiaskan hasrat mereka yang menggebu-gebu di ranjang. Dan akhirnya mereka berakhir di kamar ini lagi.     Revin mengerutkan keningnya karena mendapati dirinya tengah sendirian di kamar
Read more
Episode 14. Hormon Pelukan
"Sabarlah. Sebentar lagi papaku akan pergi dari sini. Tadi aku mengatakan padanya kalau aku akan pergi. Jadi dia tidak akan berlama-lama lagi. Kau tenang saja di sini, Kak. Aku akan menemuinya ke bawah. Setelah dia pulang, aku akan kemari memberi tahu Kakak," jawab Lisa. Revin mengangguk setuju.     "Syukurlah kalau begitu. Aku akan menunggumu di sini. Kau turunlah ke bawah sekarang," ucap Revin kemudian.     Lisa meninggalkan Revin di kamar tanpa kata. Dan dia segera menuruni tangga. Tetapi sebenarnya papanya sama sekali tidak berada di apartemen itu. Lisa berbohong. Dia mengatakan hal itu hanya ingin mengetahui pemikiran Revin dengan melihat reaksinya.     Seperti apa yang dikatakan padanya tadi malam, ternyata Revin memang hanya ingin mereka berteman secara normal.
Read more
Episode 15. Meminta Maaf
 Kejadian Lisa yang memberikan foto itu sudah beberapa bulan yang lalu. Waktu itu Lisa melakukan kesalahan itu karena ia belum bisa melepaskan Evans. Lisa sendiri tidak menyangka bahwa apa yang ia lakukan malah berakibat fatal di belakang hari, padahal dia hanya ingin membatalkan kencan Evans dengan Erika saja pada saat itu. "Jadi Erika punya kakak laki-laki? Hebat juga kakaknya! Kamu sampai K.O begitu," tanggap Revin. "Itu karena pikiranku teralihkan saat tahu ternyata mereka kakak beradik kandung. Awalnya aku yang menang," jelas Evans tidak terima ucapan Revin. Revin terkekeh mendengarnya. "Jadi, bagaimana hubunganmu dengan Erika sekarang?" tanya Revin iseng. "Kami sudah putus," ucap Evans sambil meminum teh pesanannya. "Ntar paling nyambung lagi," goda Revin. "Aku tidak berniat kembali padanya lagi. Aku mau berfokus pada skripsi dan pekerjaank
Read more
Episode 16. Lisa Resah
 Setelah berpamitan pada Wilma dan Erika, Revin mengajak Anna untuk keluar ruangan mengikutinya bersama Lisa. Lagi-lagi Lisa mengerutkan kening.   Sesampainya di luar kamar, Revin pun berkata, "Anna, kenalkan ini Lisa, temanku. Dan Lisa, kenalkan ini Anna, calon tunanganku." Ia memperkenalkan mereka, satu sama lain dengan jelas.   Rasanya Lisa malu sekali bercampur rasa terkejut dan kecewa. Tadi dia mengaku-ngaku pacar Revin di hadapan Anna. Sekarang Revin malah mengatakan bahwa Anna adalah calon tunangannya.   "Halo, Anna. Maaf ya tadi aku bercanda kok di dalam waktu bilang kalau aku pacar Kak Revin," ucap Lisa menjelaskan secara terpaksa.   "Oh!" jawab Anna singkat dengan nada datar.   •   
Read more
Episode 17. Sesuatu Untuk Lisa
"Hahahaha!" Anna tertawa. Revin tersenyum kecil melihat Anna tertawa. Tetapi dia berupaya cepat-cepat menyembunyikan senyumnya. Anna sendiri lebih rileks menghadapi Revin saat ini.   Tanpa Revin sadari, Lisa ada di sana memperhatikan mereka. Dia mendesah, rasa cemburu menggelayuti hatinya. Tetapi Lisa tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tidak berhak untuk marah karena statusnya dengan Revin hanyalah teman biasa. Revin juga tidak pernah memberinya harapan apa-apa. Mereka murni hanya sebagai teman plus sebagai partner ranjang saja.   ***   Waktu demi waktu berlalu dengan sangat sibuk. Revin menemui Lisa di sebuah kafe kecil. Kafe itu adalah milik Lisa, Revin baru tahu belakangan ini kalau Lisa memiliki sebuah kafe, dan Lisa biasanya akan terjun langsung untuk memasak ketika ada pengunjung yang ingin makan. Pantas saja Lisa pintar memasak, pikir Revin.
Read more
Episode 18. Hati yang Tersakiti
 Revin telah mengganti foto profilnya dengan fotonya bersama Anna di pesta, memakai baju pasangan batik. Tampak Revin memeluk pinggang Anna di sana. Sangat mesra. Lisa hanya bisa menghela napas berat. Rasanya sesak berada di posisinya saat ini. Tetapi paginya ponsel Lisa berbunyi dan itu dari Revin, betapa senangnya Lisa mendapat telepon dari lelaki yang dicintainya. "Halo, Sayang?" sapa Lisa bersemangat. "Halo, Lisa. Hari ini aku akan menemuimu dan menemanimu seharian," ucap Revin. Dua hari lalu dia melihat wajah kecewa Lisa karena dia tidak bisa mengajak Lisa ke pesta. Jadi Revin berencana untuk menebusnya hari ini. Tentu saja Lisa langsung bersemangat dan wajahnya kembali ceria. "Benarkah?" Mata Lisa melebar. "Kalau begitu aku akan menunggu kakak!" Sejenak Lisa melupakan kecemburuannya tadi malam. Setidaknya Revin masih tetap mengingatnya. • 
Read more
Episode 19. POV LISA 1
 Sejak membaca pesan obrolan Kak Revin dengan Kak Evans, aku benar-benar patah hati. Di mata Kak Revin, ternyata aku hanyalah seorang jalang, perempuan murahan. Ternyata penilaian Kak Revin tidak ada bedanya dengan penilaian keluargaku yang selalu mengataiku sebagai perempuan jalang dan murahan. Papakulah yang paling suka mencaciku seperti itu.   Padahal sejak kecil hingga aku SMA, aku selalu menjadi anak yang baik. Tiap papaku berangkat ke kantor, aku pasti akan membuatkan kopi yang nikmat kesukaan papaku. Aku juga suka memasak makanan yang enak-enak untuk papaku. Tetapi ternyata apa yang kulakukan selama itu, tidak cukup untuk membuat papa sayang padaku.   Hingga suatu hari, ketika aku masih kelas XII atau kelas tiga SMA, kejadian nahas itu terjadi.   Waktu itu papaku sedang berada di luar kota. Mama tiriku mengajakku pergi berja
Read more
Episode 20. POV LISA 2
 Aku harus puas dengan hanya mengetahui fakta itu saja. Fakta bahwa kejadian malam nahas itu adalah ulah dari mama tiriku. Aku kemudian tanpa ragu memberitahukan segala sesuatunya pada papaku. Tetapi papaku sama sekali tidak percaya padaku karena tidak ada bukti. Papaku malah memaki-makiku karena telah berani memfitnah mama tiriku, juga mengatakan bahwa depresiku sedang kumat makanya berbicara sembarangan.   Aku benar-benar sudah tidak tahan. Maka itu, aku memutuskan untuk menuntut harta ibu kandungku, lalu pergi dari rumah itu. Aku sadar bahwa aku telah ditipu habis-habisan, karena aku hanya mendapat sedikit dari harta ibuku. Tetapi tidak apa-apa, yang penting aku lepas dari tempat kejam itu. Dengan harta dari ibuku, aku bisa membeli sebuah apartemen mewah di tengah kota, juga bangunan berlantai dua yang kujadikan sebagai kafe kecil, dan satu unit mobil dengan harga yang cukup lumayan.  &n
Read more
PREV
123456
...
22
DMCA.com Protection Status