Semua Bab Maaf Om, Karena Cintaku Menyusahkanmu: Bab 11 - Bab 20
126 Bab
Sorry 10
  Aku menyadari om Hans sesekali mencuri pandang ke arahku melalui spion tengah. Aku pura- pura tidak peduli dengan menyandarkan kepala pada jok mobil dan memejamkan mata. Sebelum memejamkan mata sekilas kulihat om Hans melepas jasnya, gerah mungkin. "Humb..." tiba- tiba rasa mual yang aku rasakan saat pagi kembali kurasakan di saat yang tidak tepat. Spontan om Hans menoleh ke belakang diikuti om Anjas yang menatapku dengan cemas. Aku menutup mulut dan mengangkat kepala bertemu pandang dengan mata hitam kelam yang menatap mataku menyelidik. "Kamu kenapa, Rey? Sakit?" suara om Anjas terdengar cemas. "Ah enggak Om, cuman ini kan udah lewat jam makan siang, perutku sedikit gak enak mungkin maagku kambuh," dengan lancar aku berbohong, ya akhir- akhir ini aku sering berbohong. Setiap pagi aku tidak ikut sarapan bersama karena menyembunyikan rasa mual dan saat ditanya aku harus berbohong dengan mengarang berbagai
Baca selengkapnya
Sorry 11
 "Terima kasih Om," Reyna menerima dengan ragu dan pandangan yang masih menunduk. Masih tidak mengerti dengan tindakan Hans, berlebihan untuk sebuah basa basi sepertinya."Jaga diri baik- baik di sana."Reyna hanya mengangguk."Rey, buruan!" Rayan memanggilnya.Reyna menatap keluarganya satu persatu, merekam sebanyak- banyaknya keberasamaan hari ini dan terakhir ia menatap Hans yang berdiri menjulang di hadapannya. Tanpa mengatakan apapun Reyna melambaikan tangan sambil tersenyum kemudian berbalik. Di depan sana Rayan menunggunya dengan cemberut."Lama banget sih, Rey? Kalau liburan kan kita bisa pulang. Gak perlu banyak drama gitu," gerutu Rayan membuat Reyna tersenyum."Kita gak tahu apa yang akan terjadi nanti, Ray," Reyna menimpali masih sambil tersenyum dan menggamit lengan Rayan agar sahabatnya itu tidak cemberut lagi.'Tidak Ray, entah
Baca selengkapnya
Sorry 12
 Faira menatap Reyna kaget."Mau aku bantu?" tanya Reyna dengan menaik turunkan alisnya menggoda.Faira hanya tertunduk dengan wajah memerah karena malu. 'Lucu sekali, cocok untuk Rayan yang cuek dan kadang pecicilan' batin Reyna."Kamu gak marah?" tanya Faira membuat Reyna mengernyitkan dahi tanda tak mengerti."Kenapa harus marah?""Kalian kan dekat," Faira berusaha menelisik lebih dalam."Jadi kamu belum percaya kalau aku bilang kami cuma sahabat?" rupanya gadis di depannya ini masih tidak percaya."Sorry, tapi melihat kedekatan kalian kurasa banyak yang tidak percaya," dari gestur dan cara berbicara Faira, gadis itu terlihat merasa tak enak dengan apa yang ia utarakan."Aku mengerti," alih- alih marah Reyna justru tersenyum mendengar keterus terangan Faira."Aku tidak memaksamu untuk percaya."
Baca selengkapnya
Sorry 13
 "Udah mbak, biarin kami makan dulu ya, udah laper banget nih. Lagian makanannya kelihatan enak- enak, sayang kalau dianggurin," Hans menengahi kasihan melihat Anjas terus dibully."Jiah si kunyuk pinter banget ngambil hati calon ibu mertua," berkat ucapannya Anjas mendapat hadiah dari Hans berupa lemparan pena yang berada di saku kemeja pria itu.Ha.. ha.. ha..Anjas tertawa keras sementara Riana dan Rashad hanya mesem- mesem.Waktu begitu cepat berlalu. Kehamilan Reyna sudah memasuki bulan kesembilan artinya sebentar lagi anaknya akan lahir ke dunia. Dia pun sudah mengurus cuti kuliahnya. Saat ia bosan di rumah ia akan menghabiskan waktu untuk mencoret- coret kanvas. Memang tak semahir para pelukis profesional tapi not bad lah. Ternyata bakatnya tak hanya menggambar design dan membuat maket.Rayan dan Faira akhirnya menjadi sepasang kekasih berkat campur tangan Reyn
Baca selengkapnya
Sorry 14
 Tak ada siapapun di kamar perawatan ini artinya tak ada siapapun yang menungguinya. Mungkin memang seperti itu, tak ada orang yang benar- benar mengharapkannya membuka mata. Ia teringat tadi ia terbangun karena memimpikan seorang anak kecil yang menggenggam jemarinya. Rasa hangat jemari mungil yang menggenggamnya itu bahkan masih terasa di jemarinya. Terdengar suara pintu dibuka dan ditutup. Saat menoleh ternyata Anjas keluar dari kamar mandi di ruang rawat Hans."Sudah sadar?" Anjas menghampiri Hans yang hanya diam termenung melihat langit- langit kamar rumah sakit."Sebentar aku panggil dokter," karena tak mendapatkan respon, Anjas hendak menekan tombol di sebelah ranjang Hans namun dicegah oleh Hans."Tidak perlu, aku sudah lebih baik," katanya sambil tersenyum."Kamu yakin?" Anjas memastikan.Hans mengangguk sebagai jawaban."Syukurlah, kamu kok tumben nyetir gak hati- hati?""Hhh.." Hans menghela napas pe
Baca selengkapnya
Sorry 15
 "Siapa bilang Reyna jomblo?" nenek Michele menyela perdebatan dua sahabat itu.GotchaFaira tersenyum licik. Rencananya berhasil. Dia harus memastikan sesuatu."Nenek tahu? Jadi Reyna cerita sama Nenek tapi dia tidak cerita pada kami?" Faira bertanya dengan menggebu- gebu."Cerita apa?" Rayan tak mengerti arah pembicaraan Faira."Itu Reyna. Aku lihat kemarin dianterin pria ganteng. Tapi dia gak cerita sama kita kalau punya kekasih," Faira menjelaskan dengan bibir cemberut."Bener Rey?" Rayan bertanya memastikan."Gak bener itu. Kemarin aku emang dianter pulang sama manager aku. Tapi kami gak ada hubungan apa- apa kok," Reyna menjelaskan."Bohong!" sahut Faira. "Tadi Nenek juga bilang kalau kamu gak jomblo lagi kok. Iya kan, Nek?""Apa?" nenek menyahut."Tadi Nenek bilang kalau
Baca selengkapnya
Sorry 16
 Hans terdiam, Anjas benar. 'Kenapa tak terpikirkan olehnya tadi?' batin Hans.Diambilnya ponsel disaku celananya dan mencari kontak orang kepercayaannya di sana.Beberapa saat bercakap- cakap dengan wajah yang serius akhirnya Hans memutus sambungan ponsel dengan senyum terkembang di bibirnya."Thanks, Jas.""Gak masalah. Bukan hal besar.""Tapi solusi buat aku. Gak tahu kenapa hal sepele seperti ini tapi otakku buntu. Bahkan tak terpikirkan olehku.""Akan menjadi hal yang tidak sepele jika apa yang dikatakan mantan kamu itu adalah hal yang benar," Anjas memperingatkan."Menurutmu gimana?" tanya Hans setelah diam beberapa saat untuk berpikir."Kalau hal itu salah akan mudah menyelesaikannya. Akan berbeda jika hal itu benar. Yang terpenting jangan mudah percaya rumor. Kamu tahu sendiri seperti apa berita
Baca selengkapnya
Sorry 17
 Tak ingin berlama- lama Hans segera menyusuri rak dan mengambil barang belanjaan yang ia perlukan.Saat mengantri di kasir ia melihat seorang wanita yang keluar dari supermarket dengan membawa belanjaan di tangan kiri dan tangan kanan menggandeng anak kecil. Wanita yang sangat ia kenali meskipun hanya melihat dari belakang.Jessica.Berarti memang benar, Jessica tidak berbohong, terlepas mengenai benar tidaknya anak itu adalah anak Hans tapi anak itu benar- benar ada. Pikiran Hans kembali kacau.Keesokan harinya Hans pergi ke kantor dengan wajah yang tidak lebih baik dari kemarin. Pasalnya malam ini ia memimpikan anak laki- laki itu lagi."Papa, don't you miss me?" tanya anak itu dengan wajah murung dan tertunduk.Hans buru- buru menghampiri tapi anak itu malah menjauh."Don't you miss me, Papa?" ulangnya.
Baca selengkapnya
Sorry 18
Hans segera bangkit menyambut kedua tamu penyelamatnya."Siapa wanita cantik ini, Hans?" tanya Rashad dengan senyum menggoda."Dia teman lamaku Bang, Jessica. Jessica kenalkan mereka rekan bisnisku Anjas dan Bang Rashad," Hans memperkenalkan mereka, tapi kata teman lama yang keluar dari mulut Hans membuat hati Jessica mencelos. Dia kira setelah acara maaf- maafan tadi hubungan mereka sudah kembali seperti semula. "Ah kamu ini Hans. Masa' teman lama sih? Jangan percaya Bang. Dia ini mantannya Hans yang di Jerman dulu," Anjas yang bisa sedikit membaca situasi mulai mulai melempar umpan.Jessica menunduk menyembunyikan senyum kecilnya. Merasa ada seseorang yang berada dipihaknya dan membantu mendorong Hans lebih mendekat padanya."Mantan? Oh mantan yang mau dilamar gak jadi itu?" Rashad menatap Hans dengan senyum mengejek membuat Jessica melotot kaget karena mereka tahu sepak terjangnya.Hans menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal
Baca selengkapnya
Sorry 19
 "Tidak apa- apa. Terima kasih."Mereka berdua makan dalam diam. Jessica terlihat sesekali mencuri pandang ke arah Hans tapi Hans diam saja sampai terdengar rengekan Joane yang sepertinya terbangun dari tidurnya.Saat Jessica akan menghampiri, Hans mencegahnya, "Biar aku saja. Selesaikan makanmu," Hans berdiri dan beranjak ke arah sofa dimana Joane tertidur."Hei boy," sapa Hans pada Joane yang tengah mengerjap lucu membuat Hans tersenyum."Daddy," rengek Joane manja."Wake up boy," Hans meraih Joane kepangkuannya dan mengelus kepala anak itu dengan sayang."Daddy, otato," Joane mengulurkan tangannya pada Hans tanda meminta, membuat Hans tertawa dan menciumi wajah Joane terutama pipi gembilnya yang memerah.Jessica yang menyaksikan adegan itu tersenyum senang."Ok, ayo kita cari otato!" ajak Hans bersemangat kemudian beranjak dengan membawa Joane digendongannya.----"Mamama!" teriak R
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status