Semua Bab THE GREAT MAN: Bab 61 - Bab 70
185 Bab
TEMPAT TINGGAL JOE YANG BARU
Tak terasa malam pun semakin larut. Joe memutuskan untuk beranjak. "Sebaiknya kita pulang," ujar Joe, sambil bersiap. "Sebentar, aku urus dulu billnya," sahut Pevita. Kemudian, dia pergi menuju kasir. Sejurus kemudian, dia kembali dengan wajah bingung. "Apa yang terjadi?" Tanya Joe. Dia pura pura polos. Seperti linglung, Pevita jadi bingung sendiri. "Baru saja aku ingin membayar bill makanan kita, tapi kata petugas kasir bill kita sudah lunas." "Benarkah?" Joe pura pura tidak tahu. "Lalu apa yang membuatmu bingung? Seharusnya kita senang dong karena billnya sudah lunas. Jadi kamu tidak perlu menguras tabunganmu," ujar Joe dengan sedikit candaan. "Iya. Tapi ... aku cuma heran. Siapa yang sudah membayarkannya bill kita?" "Kenapa kamu terlihat bingung. Mungkin saja keluarga Miller yang sudah melakukan itu. Dia ingin memberikan kejutan pada kita." "Umm, benar juga. Mungkin saja. Tapi kenapa mereka begitu baik?" "Entahlah. Mungkin, ini sebagai ucapan terima kasih atas apa
Baca selengkapnya
MASIH MENAHAN DIRI
"Joe," ucap Pevita. "Kamu takut?" "Tidak. Aku hanya belum bisa memberi ruang untuk wanita lain di hatiku." Nampak rasa kecewa membias di wajah cantik dari gadis yang memiliki tubuh nyaris sempurna. Dia pun membuang napas, putus asa. "Tidak ada yang bisa aku janjikan padamu. Kalau kamu tidak bisa menunggunya, aku tidak akan melarangmu pergi dari kehidupanku," pungkas Joe. "Jangan. Aku mengerti. Kamu jangan khawatir kalau aku akan pergi meninggalkanmu. Paling tidak, aku akan selalu berada di sisimu sampai misimu tuntas." "Kamu jangan memaksakan diri kalau kamu tidak sanggup." "Sejak awal aku mengenalmu, aku yakin kamu laki laki baik. Dan kamu sangat berbeda. Itu yang membuatku tertarik denganmu. Tolong, jangan larang aku untuk membantumu." Joe terdiam sambil menatap dalam wajah polos gadis manis yang ada di depannya. "Kapanpun kamu mau pergi, aku tidak akan menghalangimu." "Sayangnya, aku tidak akan melakukan itu," balas Pevita. Dia tersenyum ringan. Dan kemudian, Pevita
Baca selengkapnya
BERKUNJUNG KE RUMAH ALAND
"Oh ya, terima kasih," sahut Joe sekenanya. Dia tidak ingin memberi apresiasi berlebihan pada Pevita khawatir nanti malah membuatnya besar kepala. Dan kemudian Joe pun melenggang masuk ke dalam kamar mandi. Sesaat berlalu, Joe sudah bersiap. Pevita pun sudah menunggunya di meja makan. "Aku tidak tahu apa makanan kesukaanmu. Maaf kalau hidangannya tidak sesuai seleramu," ucapnya. "Tidak apa. Aku suka apa yang sudah kamu siapkan." Pevita pun tersenyum, kemudian dia menyiapkan sandwich daging dan telur untuk Joe. "Kamu yakin akan menemui tuan Aland?" Joe mengangguk ringan sambil mengunyah. "Tidak khawatir kalau mereka akan menipumu?" Joe menggeleng. "Sebaiknya kamu berhati hati dengan mereka. Aku memang tidak terlalu mengenal mereka. Tapi, dari beberapa hari kemarin ketika aku bertemu mereka, aku perhatikan mereka bukan keluarga yang welcome terhadapmu." "Ja
Baca selengkapnya
TANTANGAN TUGAS UNTUK JOE
Dengan gayanya yang pongah sambil menghisap cerutu khas negeri menara, Aland menyambut kedatangan Joe. Aland melihat jam pada lengannya, lalu berkata, "sembilan lewat lima puluh sembilan. Kau tepat waktu." Dan kemudian, dia menjentikan jarinya, mengajak Joe masuk. Tidak asing bagi Joe berada di rumah yang pernah membuat hari harinya berat dan juga hatinya terluka. Keadaannya masih sama. Tidak ada yang berbeda. Hanya saja saat ini perasaannya yang tak lagi sama. Kalau dulu dia datang ke sini dengan Jilly, namun sekarang Joe hanya datang seorang diri. "Duduklah, anggap saja rumah sendiri," titah Aland. Cukup baik sambutannya.Sesaat kemudian, Rosita pun menyusuli. "Sudah datang rupanya si gembel ini!" Ucapnya, masih tak berubah. Dia masih senang menghina Joe. Padahal, Joe tidak pernah melakukan satu kesalahanpun padanya selain sudah menikahi putrinya. Tapi bagi Rosita, justru itulah kesalahan Joe yang paling besar karena sudah
Baca selengkapnya
SUDAH BIASA DIRENDAHKAN SEPERTI INI
"Haha." Aland pun terkekeh. "Itu mudah. Setelah kau menyelesaikan tugasmu, kami sendiri yang akan mengantarkan Kiara padamu." "Apa aku bisa mempercayaimu?" Joe memastikan. Seketika tawa di wajah Aland mendadak terhenti. "Apa kau meragukan kami?" Dia menatap Joe serius. "Hanya memastikan saja. Bagiku, Kiara jauh lebih penting dari pada uang itu," tekan Joe. "Sombong sekali kau! Kau pikir empat puluh ribu dollar itu uang sedikit, hah! Seumur umur, aku yakin bahkan bermimpi saja kau belum pernah mendapatkannya!" Sinis Rosita. "Hei Joe! Sebaiknya kau terima saja penawaran papaku," sela Felicia, yang tiba tiba datang dan ikut nimbrung. "Papaku tidak akan mungkin ingkar janji!" Tekannya. "Aku tidak ingin berlama lama, katakan saja apa kau menerimanya atau tidak?" Ucap Aland. "Kasih tau satu bukti kalau memang Kiara dalam keadaan sehat sehat saja," pinta Joe. Dengan begitu, Aland pun men
Baca selengkapnya
MEMIKIRKAN TAWARAN
Saat Joe membuang napasnya, dia sudah berada kembali di dalam mobil. Kaca film yang begitu tebal dan gelap, seakan melindungi kebebasannya bergerak dan tidak perlu khawatir orang lain akan melihatnya. "Sepertinya master Joe sudah melewati perdebatan sengit. Apa boleh aku mengetahuinya?" "Mereka menginginkan aku," sahut Joe ringan. Tentu saja membuat dahi Ceasar mengerut, heran. "Benarkah? Master akan dirujukan kembali dengan putrinya?" Karena mendengar lelucon konyol ini lah akibatnya Joe memalingkan wajahnya menatap Ceasar tajam. "Apa kau tidak bisa sedikit saja serius, Ceasar?" Dengan begitu, Ceasar pun salah tingkah. "Maaf master," ucapnya menyesali. "Tapi sungguh, aku tidak mengerti." Joe pun memalingkan pandangannya ke arah depan. "Mereka memanggilku bukan untuk meminta aku rujuk dan menikahi Jilly lagi tapi lebih dari itu. Mereka menginginkan aku bekerja sama." Kali ini Ceasar tidak meny
Baca selengkapnya
MENGAJAK JOE
Setelah dirinya aman dari Ceasar, barulah Joe menjawab panggilan masuk dari gadis yang sudah begitu sangat perhatian dengannya. "Ada apa?" Tanya Joe langsung begitu menggeser tombol hijau pada layar hp. "Apa kamu sudah selesai dengan urusanmu?" Pevita berbalik tanya. "Baru saja. Katakan, ada apa? Apa tempatmu mengalami-." "Tidak. Bukan masalah kedai. Tapi ... apa aku boleh minta bantuanmu?" "Katakan, apa itu?" "Umm, sore ini ada acara tahunan di rumah. Apa kamu bersedia menemaniku ke sana?" Pevita nampak ragu mengatakan ini. Tidak langsung di jawab oleh Joe, dia diam sejenak. Tentu saja akan mengundang kericuhan apabila dirinya sampai hadir di tempat itu. Jeriko, ayah Pevita sudah tau siapa Joe. Tentu dia tidak akan membiarkan putri kesayangannya bergaul pada Joe, pikir Joe. "Aku tidak yakin mereka akan bisa menerimaku," sahut Joe. "Tenang saja. Kamu datang bersamaku." Pevita berusaha meyakini. Sejatinya, Pevita memang ingin mengajak Joe ke acara yang selalu keluarg
Baca selengkapnya
SESUATU YANG MENYENTUH
"Terima kasih. Kali ini aku harap kau bebaskan aku dari mata mata pengintaimu itu!" Pada saat mengatakan ini, Joe sudah berada di pelataran area Mercury Apartemen milik Pevita. Ceasar terkekeh. "Baiklah master. Aku tidak akan membuatmu kepikiran tentangku ketika sedang bersama non Pevita," sahut Ceasar. "Tidak akan terjadi apa apa antara aku dengan dia! Jadi tidak usah kau begitu penasaran ingin mencari tau!" Joe menekankan ucapannya, seolah itu peringatan tegas agar Ceasar tidak lagi iseng mengusilinya. Namun justru membuat Ceasar semakin penasaran ingin mencari tahu lebih lanjut hubungan Joe dengan Pevita. Joe memang seperti ini, terlalu gengsi untuk mengutarakan isi hati, pikir Ceasar. "Anda akan mendapatkan itu, master," sahut Ceasar dengan sedikit bumbu senyuman. Sebenarnya Joe tau kalau Ceasar akan terus mencari tau tentang hubungannya dengan Pevita, sampai dia memastikan betul apa yang dia pikirkan itu benar. Dasar keras kepala! Hanya saja Joe tidak ada waktu meladeni C
Baca selengkapnya
BERTOLAK KE RUMAH KELUARGA BESAR
Kemeja suit lengan panjang warna biru dongker yang akan dilapisi dengan tuxedo hitam bersama celana kain chino yang sangat elegan, juga dilengkapi sepatu kulit semakin membuat penampilan Joe sempurna. "Perfect," ungkap Pevita. Joe cepat menoleh. "Kamu mengagetkan diriku." Joe pun kagum dan takjub menadapatkan Pevita begitu anggun menawan. Namun bukan karena gaun yang dia kenakan, melainkan aura pesona kecantikannya yang memancar begitu dashat. Sangat kuat memikat hati Joe. Kenapa setiap hari aku melihat gadis ini semakin cantik? Atau ini hanya perasaanku saja? Hanya saja Joe terlalu gengsi untuk mengungkapkan itu secara langsung. Kali ini, Pevita memilih penampilan rambutnya bergelombang dari sebelumnya yang lurus terurai. Sungguh sempurna dia. Aku melihat bidadari, bukan wanita biasa, ungkap Joe dalam hati.Pevita mengakhiri dengan senyuman sambil bertanya, "apa kita sudah bisa pergi sekarang?"&nbs
Baca selengkapnya
BERADA DI TENGAH TENGAH KELUARGA BESAR PEVITA
Sejurus kemudian, dihadapan Joe sudah banyak pasang mata menatap penuh intimidasi dan penuh penilaian menghunus tajam ke arah Joe.  Tidak ada satupun yang sepertinya ramah menyambut kehadiran Joe. Sepertinya ini keluarga besar Pevita. Mereka ternyata banyak juga. Aku melihat Jeriko berada di tengah tengah mereka. Dugaanku, laki laki itu yang sepertinya paling banyak berlimpah harta di antara yang lain. "Jangan grogi, tenang saja," bisik Pevita di telinga Joe. Joe hanya menanggapinya dengan senyuman ringan. Yang pertama kali menghampiri Pevita tentu saja ayahnya, Jeriko. Dia berjalan dengan congkak dan sikapnya yang selalu membuat orang lain malas untuk menatap langsung wajahnya. "Selamat datang putri kesayangan papa," sapanya. Lalu dia menciumi pipi kanan dan kiri Pevita. "Makasih pa," sahut Pevita sekenanya. Dan kemudian, pandangan Jeriko berpaling pada Joe. "Laki laki ini lagi! Sayang, apa kamu tida
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
19
DMCA.com Protection Status