All Chapters of THE GREAT MAN: Chapter 51 - Chapter 60
185 Chapters
BALAS BUDI
Gemetarlah Charis dibuatnya. "Bodoh! Apa kau terlalu pengecut untuk menekan pelatuknya, hah!" Rayzen meninggikan nadanya. Rayzen justru semakin bergerak mendekati Charis lalu menempelkan keningnya di moncong pistol. "Ayo. Tembak aku!" Ucapnya. Masih sama, Charis sama sekali tidak berani. Hingga akhirnya, Rayzen mengambil pistol itu dari tangan Charis. "Dasar bodoh! Apa kau tidak bisa menggunakan pistol ini, hah!" Setelah mengatakan ini, Rayzen menarik pelatuk pistol lalu menembaki Charis sampai beberapa kali. Hingga mati lah Charis di tempat. Sungguh sadis. Rayzen terlihat begitu tenang. Tidak sama sekali merasa berdosa sudah melenyapkan nyawa orang begitu saja. Padahal, beberapa hari yang lalu Charis adalah sahabatnya. Juga sumber uangnya. Sebagai pejabat kota yang korup, Charis tidak sedikit mengalirkan dana ke rekening Rayzen. Tapi sekarang berbeda, Rayzen tau harus berpihak pada siapa. Atau tidak, justru nyawa dan
Read more
GEJOLAK
Pevita membuka pintu. Dia melakukannya dengan hati hati. Perasaannya tak menentu bergejolak, khawatir. "J-." Cepat saja Joe mendekap mulut Pevita dengan tanganya begitu pintu baru terbuka setengah. "Sst!" Desis Joe. "Apa kamu sedang sibuk saat ini?" Tidak ada yang tau apa maksud Joe berkata seperti itu. Dalam situasi yang menegangkan begini, tidak terpikirkan oleh Pevita kalau Joe sedang mengajaknya berdiskusi apalagi becanda. Pevita menggeleng. "Kalau begitu, ikutlah denganku," pinta Joe. Kemudian Joe melepaskan tangannya yang sudah membuat separuh wajah Pevita tertutupi. Tentu saja membuat Pevita bingung sejadi jadinya, sampai kerutan di dahi menyiku tajam ke dalam. "Aku tidak mengerti," ucap Pevita. "Ikut saja. Nanti kamu akan segera memahami," sahut Joe. "Lalu, bagaimana dengan mereka semua?" "Biar saja. Anggap itu latihan mental untuk mereka," sahut Joe, sambil mengedipkan sebelah matanya. Joe bersikap seolah olah sedang tidak terjadi apa apa. Dengan begitu
Read more
BERANJAK
"Ada apa Joe?" "Sebaiknya kita pergi," pinta Joe. Dia berusaha mengalihkan pembicaraan yang membuka luka lama yang menyedihkan. Perih. Dan Joe memilih untuk menghindari saja. Dia tidak berminat untuk membicarakan masalah pribadi dengan orang lain. "Kamu tidak ingin-." "Kalau begitu, sebaiknya aku cari taxi saja," potong Joe cepat. Joe sudah siap keluar dari mobil, namun Pevita mencegahnya. "Oke. Baiklah. Aku akan diam." Pevita memilih untuk mengalah saja. Dari pada harus kehilangan Joe, lebih baik dia menahan diri untuk sedikit bersabar. Dan kemudian, mobil Pevita pun melaju menuju suatu tempat yang sama sekali belum dia tahu mau kemana. Sungguh, mood Joe berantakan ketika membahas soal Jilly. Wanita yang sudah menyakiti hatinya itu terus terusan hadir dalam pikiran. Dia seperti menertawakan Joe. Karena ini, Joe hanya diam saja sepanjang perjalanan. "Joe, boleh aku tau kita mau ke mana?" Pevita yang tau kalau suasana hati Joe lagi kacau berantakan, dia jadi berhati hati
Read more
RENCANA JAHAT KELUARGA MILLER
Hari ini bertepatan dengan ulang tahun Felicia. Se isi rumah keluarga Miller merencanakannya untuk makan malam di Carls Beef, resto keluarga terbesar yang mampu memberikan menu hidangan istimewa untuk keluarga berpunya. Hanya keluarga inti saja. Vino yang belum resmi menjadi suami Jilly, dia belum mendapatkan undangan makan malam dari keluarga Miller. Hanya saja setelah ini, Vino menunggu Jilly di hotel Century. Mereka akan menghabiskan malam bersama di atas ranjang penuh dosa. Sebelumnya, mereka tengah asik memperbincangkan Joe. Terutama Jilly yang begitu kesalnya dengan kejadian yang memalukan di bar tempo hari. "Aku kemarin mendengar dari Mona kalau Joe mengambil mobil mewah dari Union Showroom. Ck ck. Rupanya dia hanya disuruh wanitanya. Tapi, bisa bisanya dia mengakui kalau itu kendaraan miliknya," seru Jilly sinis. Nampak sekali dari wajahnya dia begitu iri dengan Joe. Oh tidak, Jilly sebenarnya lagi terbakar api cemburu. Dia
Read more
HATI YANG BUSUK
"Apa yang ingin kamu sampaikan, Felice?" Dengan begitu, mereka semua memberikan Felicia kesempatan berbicara. "Papa sama mama yang bilang kalau Pevita, putrinya tuan Jeriko itu dekat dengan Joe. Aku yakin, kalau kita mengendalikan si Joe, tentunya akan mudah membuat Pevita luluh dan akhirnya mengikuti semua keinginan Joe. Oh, bukan. Sebenarnya itu keinginan kita. Karena Joe berada dalam perintah dan arahan kita. Dengan begitu, papa akan mudah mempengaruhi Pevita untuk mendesak ayahnya agar segera menyetujui proposal yang papa sampaikan. Semua itu tentunya melalui si sialan Joe itu," terang Felicia. Beat! "Dengan kata lain, kita akan menggunakan si Joe sebagai boneka kita." Pada saat mengatakan ini, wajah Felicia mengulas senyum licik. "Tidak! Mama tetap tidak setuju! Bagaimana kalau ternyata justru Joe yang mengambil kesempatan itu? Kita semua tau kalau Joe itu sangat licik. Haus akan harta. Itu bisa jadi bumerang untu
Read more
BERTEMU JOE, KELUARGA MILLER PUN SHOCK
Semua nanar, begitu tau siapa yang Pevita tunggu. "Joe," ungkap Jilly. Sampai membulat sempurna bola mata Jily bersamaan dengan dahinya yang mengerut tajam. Dia tidak habis pikir akan bertemu dengan Joe lagi dan lagi. Sungguh menjengkelkan! Bagaimana Joe bisa bebas begitu saja dari tangan Rayzen. Dan nampaknya dia sehat sehat saja. Tidak ada luka atau apapun yang menunjukan kalau Joe menerima kekerasan fisik. Apa yang terjadi? Padahal aku belum sempat berbicara dengan Rayzen untuk membahas nasib Joe. Padahal, yang sudah sudah tidak ada yang selamat dan bebas begitu saja kalau berurusan dengan Rayzen. Semua orang tahu siapa si tangan dingin itu. Pihak berwajib saja sampai kesulitan untuk menghadapi kekuasaan Rayzen, gumam Aland dalam hati menatap Joe heran. Sementara Rosita sudah geram ingin mencabik cabik wajah Joe. Hanya saja, Salika menahannya. Sambil itu dia berbisik di telinga sang mama, "ingat ma, kita punya misi dengan dia. Biarkan saja."
Read more
JILLY, TERBAKAR API CEMBURU
Mereka pun mengerti. Kemudian, semua anggota keluarga Miller termasuk Aland, kembali ke meja yang mereka sudah pesan. Di meja lain, Joe begitu asik menikmati hidangan yang tersedia. Sampai Pevita heran melihatnya. Apa dia kelaparan? Sampai makannya lahap seperti ini? Batin Pevita. Rupanya Joe sadar kalau Pevita memperhatikannya. "Apa ada yang salah denganku?" Tanya Joe. "Tidak. Hanya saja aku melihatmu ... " Pevita sampai tidak bisa meneruskan kata katanya khawatir menyinggung perasaan Joe. "Seperti orang tidak makan satu minggu." Sambar Joe. Tak mampu menahan, Pevita pun terkekeh. "Tidak begitu maksudku." "Kebetulan memang aku juga lapar. Dan sepertinya sayang sekali kalau menyia nyiakan makanan di tempat ini. Belum tentu aku bisa kembali lagi ke sini." Sungguh semakin membuat Pevita tertawa sambil geleng geleng kepala. "Kamu ada ada saja. Umm, kamu tinggal bilang padaku. Kapanpu
Read more
LAGI LAGI KEJUTAN UNTUK KELUARGA MILLER
Berdecak kagum semua anggota keluarga. Dipikir mereka Aland lah yang hebat. "Bahkan diam diam papa pun kenal dengan pemilik resto termewah di kota ini," ungkap Salika. Dengan bangganya dia mengatakan itu."Pantas papa mengarahkan kita makan di sini," seru Felicia, yang tidak kalah senangnya.  "Tidak menyangka, suamiku ternyata memiliki relasi yang sangat luas. Kenapa papa tidak pernah bercerita sama mama." Kali ini Rosita pun ikut ikutan memuji suaminya. Namun justru sebenarnya Aland sendiri mendapatkan dirinya sangat bingung. Siapa yang sudah melakukan ini? Jangankan mengenalnya, tau siapa pemiliknya saja, tidak. Sama sekali tidak mengerti, batin Aland. "Sepertinya ada yang salah." Akhirnya Aland memilih bersuara. Dia sendiri penasaran. "Boleh aku bertemu dengan orang itu? Setidaknya aku ingin mengucapkan terima kasih," pinta Aland. Nampak wajah pelayan itu bingung. Dia sendiri tidak tau siapa pemi
Read more
UNDANGAN UNTUK JOE DATANG KE RUMAH ALAND
"Apa kita sudah selesai?" Tanya Jilly, yang wajahnya dari tadi sangat tidak enak dipandang. Dia benar benar terbakar api cemburu yang sangat besar. "Kalau sudah, sebaiknya kita pulang. Aku masih harus menemui Vino," sambungnya. "Kalian pulanglah dulu, papa masih ada urusan dengan laki laki itu," sahut Aland, sambil menghunuskan tatapan mata segaris ke arah Joe yang masih sibuk bermesraan dengan Pevita di meja ujung sana. Itulah juga yang membuat Jilly semakin panas melihatnya. Masalahnya Pevita itu cantik dan kaya. Kalau perempuan yang bersama Joe itu jelek dan miskin, tentu hati Jilly tidak terbakar seperti sekarang ini. Sungguh, Jilly benar benar merasa tersaingi. "Tidak ada yang pulang. Kami semua menunggu papa sampai selesai berbicara dengan laki laki busuk itu!" Sahut Rosita. "Kalau begitu, aku pulang duluan," seru Jilly, sambil bersiap siap. "Jilly, duduk!" Rosita mengatakan ini dengan nada tegas. Dia tidak mau satu anak
Read more
MEKANIKA HATI
Hilang sudah selera makan Joe sekaligus menutup canda yang penuh tawa. Padahal sebelumnya mereka sedang asik bersenda gurau tanpa serius membahas satu persoalan yang ada. Begitu saja terjadi. Seperti air yang mengalir tanpa tau akan bermuara di ujung mana. Joe pun bingung bagaimana dirinya bisa tiba tiba melebur begitu saja dengan Pevita. Namun sekarang, sedikit senyum saja tak ada di wajah Joe setelah Aland Miller datang dan menyinggung putri kesayangan yang tak tau ada di mana. Itu sangat menggelitik perasaan Joe. Khususnya perasaan sedih sekaligus benci dengan orang orang yang sudah tega menjauhkan dirinya dari Kiara. "Boleh aku tau, apa yang mereka lakukan pada putrimu?" Tanya Pevita dengan hati hati. Dia sangat begitu penasaran. "Mereka menjual putriku pada seorang konglomerat!" Sahut Joe datar. Namun ekpresinya wajahnya begitu mengerikan bagi siapapun yang menatapnya. Joe sedang marah besar. Hanya saja, bentuk kemarahan itu dia pendam dal
Read more
PREV
1
...
45678
...
19
DMCA.com Protection Status