Lahat ng Kabanata ng Sengketa Pernikahan Kontrak: Kabanata 21 - Kabanata 30
39 Kabanata
Hari Sial
Reega keluar dari kamarnya dengan penampilan yang sudah rapi. Ia menoleh ke kamar Rose yang masih tertutup. Reega berjalan menuju meja makan dan membuka tudung saji tetapi tidak menemukan apa-apa selain lauk sisa semalam yang belum sempat tersentuh. Sementara di kamarnya, Rose sedang menggulung diri di bawah selimut sembari menonton drama kesukaannya. Langkah kaki Reega melewati kamar terdengar jelas di telinga Rose, tetapi perempuan itu memilih mengabaikannya. Dirinya juga sengaja tidak memanaskan lauk semalam karena terlanjur kesal dengan Reega. "Rose, aku berangkat ke kantor. Jangan lupa datang siang nanti." Reega berucap dari depan pintu kamar, yang kemudian hanya dibalas dehaman singkat oleh Rose. "Ya, kalau aku tidak malas," gumamnya pelan. **** "Hai, Rose. Pagi sekali kau datang," sambut Arka begitu Rose membuka pintu toko. "Sengaja," balas
Magbasa pa
Menginap di Rumah Orang Tua Reega
"Halo, Ma, ada apa?" Reega mengangkat panggilan telepon dari Mama Lily di tengah perjalanan."Kau dan Rose ada di mana sekarang? Mama ingin mengundang kalian makan malam bersama.""Kami sedang dalam perjalanan pulang ke rumah, Ma," jawab Reega."Mampirlah ke rumah, ya, Mama sudah memasak banyak untuk merayakan produk barumu yang baru saja launching," pinta Mama Lily penuh harap."Baiklah, kami akan mampir." Reega memutuskan tanpa meminta persetujuan Rose lebih dulu."Mama dan Papa menunggu kedatangan kalian." Usai mengucapkan kalimatnya, Mama Lily menutup panggilannya."Felix, tolong putar balik ke rumah orang tuaku. Kami ada acara di sana," perintah Reega tiba-tiba.Felix mengangguk dan mencari jalan putaran padahal jarak rumah Reega sudah tidak jauh dari perjalanan. Sebab jika Mama Lily sudah meminta Reega pulang ke rumah, pasti ada hal penting yang akan dibicaraka
Magbasa pa
Tinta Merah Meja Rias
Rose menyamankan dirinya di dalam mobil dan bersiap untuk tidur. Semalaman penuh dia tidak bisa memejamkan mata karena belum terbiasa dengan suasana rumah yang baru, ditambah lagi beberapa kali dia mendengar suara langkah kaki di depan pintu kamarnya dengan Reega.   Rose sudah menduga bahwa Mama Lily pasti akan mengendap-endap ke depan pintu dan menguping kegiatannya dengan Reega di dalam kamar, sebab hal serupa juga terjadi ketika Mama Tyna datang dan menginap di rumahnya beberapa waktu lalu.   Maka untuk meyakinkan sang mertua, Rose sengaja meletakkan ponselnya di dekat pintu dan menyetel video dewasa yang sudah diunduhnya jauh-jauh hari untuk mengantisipasi hal semacam ini.   "Kita akan ke mana?" Rose mengernyit ketika Reega justru berbelok ke kiri alih-alih berjalan lurus menuju kediaman mereka. "Aku lelah, ingin segera istirahat."   "Aku ingin gultik," jawab Reega. "Lagi pula, kita juga belum ma
Magbasa pa
Hujan dan Masa Lalu
"Aku tidak menyangka barang-barangmu sebanyak ini." Reega mengusap dahinya yang berkeringat.   "Itu karena kau yang terkadang membelikanku pakaian, padahal semua pakaianku masih bagus dan banyak."   Reega menghela napas frustrasi. "Pakaianmu tampak jadul dan beberapa sudah pudar warnanya. Kau ini istri seorang CEO ternama, seharusnya kau memakai barang-barang branded."   "Ya Tuhan, dia berulah lagi menyombongkan dirinya." Rose memasukan beberapa pakaiannya ke dalam koper.   "Sebaiknya kau tinggalkan pakaian yang jarang kau pakai dan terlihat tak berguna di kamar ini. Nanti, aku akan minta Felix mengirimkan beberapa pakaian baru untukmu."   "Tapi, Ga, semua ini masih bagus," protes Rose.   "Tidak ada tapi-tapian, aku yang berhak atas peraturan di rumah ini." Reega memilah-milah pakaian Rose yang akan dibawa ke kamarnya.   Rose pad
Magbasa pa
Sakit
Reega terbangun dari tidurnya karena merasakan hawa panas di sekitarnya. Ia membuka mata dan mendapati dirinya tertidur sambil memeluk Rose, diliriknya pendingin ruangan yang mati sejak semalam. Reega mengusap matanya, bermaksud untuk bangun dan menyalakan kembali pendingin ruangan di kamarnya. Tetapi ketika ia menjauhkan diri dari Rose, hawa panas yang sejak tadi melingkupinya mendadak lenyap.   "Rose, kau sakit?" Reega mendadak panik, telapak tangannya ia tempelkan di kening Rose dan seketika rasa panas menjalar di tangannya. "Astaga panas sekali!"   Rose melenguh pelan, merasa terganggu sebab Reega tiba-tiba memekik dan memegangi keningnya. "Jangan berisik."   "Bangunlah, kau sakit. Kita harus ke rumah sakit sekarang, demammu tinggi sekali." Reega berusaha membangunkan Rose, yang berakhir tidak digubris oleh perempuan itu.   "Ayolah, lihat wajahmu pucat sekali. Aku akan membawamu ke rumah sakit."
Magbasa pa
Ingin Bertemu
"Selamat pagi," sapa Rose ramah kala Reega muncul dengan wajah khas bangun tidurnya. "Kau baru bangun?""Hmmm ...," gumam Reega. "Kau kenapa masak sebanyak ini? Sudah kubilang, kau harus istirahat."Rose terkekeh. "Kau bisa lihat sendiri keadaanku baik-baik saja." Dia melepaskan apronnya. "Lihatlah, betapa kau sangat mengkhawatirkanku.""Aku hanya menjalankan tugasku sebagai seorang suami," dalih Reega."Alibimu bisa saja." Rose tersenyum meledek. "Kau ingin sarapan atau bersih-bersih dulu?"Reega mengambil tempat duduk di samping Rose. "Sarapan saja.""Kau ingin sarapan apa? Atau ingin mencoba semuanya?" tanya Rose, dia sengaja memasak beberapa menu sarapan pagi ini."Semuanya kucoba." Reega memulainya dengan mengambil secentong nasi goreng."Asal kau tahu, aku sengaja memasak semua ini karena rasa terima kasihku padamu. Kau telah merawatku seharian kemarin.""Tidak perlu berlebihan. Sudah kubilang, itu menjadi tugasku." Reega beralih mencicipi bubur tiram."Hari ini kau pergi ke kant
Magbasa pa
Pertemuan Terakhir dengan Ezar
Rose berjalan di sepanjang koridor rumah sakit demi memenuhi permintaan Ezar untuk bertemu. Bohong bila dikatakan Rose tidak merindukan laki-laki yang berstatus sebagai mantan kekasihnya itu, tetapi kekecewaannya lebih besar sebab merasa telah dibohongi selama ini.Ia melangkah cepat begitu presensi Ezar terlihat di depan matanya, sedang duduk di salah satu kursi tunggu sembari tersenyum ke arahnya. Di tangannya, tergenggam secarik kertas yang Rose tidak tahu isinya."Rose," panggil Ezar ketika Rose sudah berdiri di hadapannya. "Apa kabar?""Aku baik, seperti yang kau lihat," jawab Rose. Matanya sesekali melirik pada kertas yang dipegang Ezar, namun tampaknya Ezar tidak berniat untuk memperlihatkannya pada Rose.Ezar mengangguk-anggukkan kepala dan mempersilakan Rose untuk duduk di sampingnya. "Bagaimana dengan pernikahanmu? Apa suamimu memperlakukanmu dengan baik? Dengar-dengar, dia sempat menjalin hubungan dengan seorang model sebelum menikahimu. Apa itu benar?" tanyanya."Reega memp
Magbasa pa
Bahagiakan, Jangan Disakiti
"Ini data penjualan yang kau minta per hari ini," Felix menyerahkan sebuah map berisi lembaran laporan penjualan pada Reega.Reega meraih lalu membacanya. Penjualan terbesar tetap pada produk baru mereka. "Aku ingin pabrik menyetop produksi barang-barang kita yang tidak laku lagi di pasaran. Mengingat beberapa bahan baku naik dan permintaan produk terbaru kita melonjak.""Baik, nanti akan kusampaikan pada bagian pabriknya langsung," angguk Felix."Oh, ya, sampai detik ini aku belum juga mendapat kabar tentang peneror itu. Apa sesulit itu?" tanya Reega, dia tidak bisa merasa tenang sebelum peneror itu tertangkap."Kami masih berusaha mencarinya. Peneror itu pintar, bermain rapi dan tidak meninggalkan jejak apapun," papar Felix. "Apa kau masih diteror?""Ya, lebih tepatnya Rose juga. Beberapa hari yang lalu kami menemukan tulisan di cermin meja rias Rose dengan tinta merah.""Aku berpikir jika peneror itu tidak menyukai dengan pernikahan kalian." Felix memberi kesimpulan yang lebih masuk
Magbasa pa
Percakapan di Meja Makan
"Ini apa?" Reega mengernyit ketika membuka paper bag berlogo toko kue milik Rose dan menemukan salah satu kue berbentuk cangkang kerang.Rose yang sedang mencuci tangan di wastafel lantas menoleh, mengulas senyum tipis ketika melihat Reega tengah mengamati kue kecil di tangannya. "Itu madeleine, kue kecil asal Prancis," jawabnya."Apa ini enak?""Coba saja kau makan. Selera orang, kan, beda-beda."Reega mengamati kue itu sekali lagi sebelum memasukkannya ke dalam mulut dan mengangguk-anggukkan kepalanya."Bagaimana, enak?" tanya Rose."Enak," angguk Reega. "Rasanya legit dan teksturnya mirip kue sponge.""Aku juga membawa beberapa kue basah lainnya, dan ada beberapa kue kering juga. Kau bisa membawanya ke kantor besok, berikan juga pada Ilona dan Felix, ya. Jangan pelit." Rose mengeluarkan beberapa toples kue kering dari paper bag lainnya."Banyak sekali yang kau bawa?" Reega mengernyit, meraih salah satu toples berisi cookies cokelat."Agar bisa dibagikan, dan beberapa bisa jadi camil
Magbasa pa
Pemerasan
Pagi ini seperti biasa, Reega pergi ke kantor dengan menyetir kendaraan sendiri. Sementara Rose, ingin pergi ke tokonya jika diizinkan oleh Reega."Aku boleh ke toko?" tanya Rose setelah menyelesaikan sarapan mereka. Tatapan tajam dari Reega langsung dia terima. "Aku janji tidak akan ke mana-mana, hanya di toko."Reega berpikir ulang untuk mengizinkan Rose ke toko. "Kasihan juga kalau di rumah terus-menerus," ucapnya dalam hati. "Ya sudah, aku izinkan. Tapi dengan syarat, kau harus diantar sopir pribadi dan beberapa bodyguard akan ikut bersamamu."Rose berdeham, dia menurut saja apa yang dikatakan Reega dari pada tidak diizinkan sama sekali. Ibarat seorang nara pidana yang terkurung di dalam rumah sendiri, begitu pikir Rose."Iya, aku patuh padamu." Rose baru saja kembali dari dapur setelah mengambil beberapa paper bag berisi kue. "Ini bawa ke kantor. Hampir saja kau melupakannya."Reega meraih paper bag tersebut kemudian pamit. "Aku ke kantor dulu. Ingat pesanku, Rose.""Iya, suamiku
Magbasa pa
PREV
1234
DMCA.com Protection Status