Semua Bab Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas: Bab 41 - Bab 50
237 Bab
41. Adu Bacot (Bagian B)
41. Adu Bacot (Bagian B)Tidak terpancar sedikitpun keragu-raguan dari suara Kak Ambar, ternyata tekadnya sudah bulat dan memutuskan untuk mengakhiri hubungan pernikahannya yang toxic ini."Jangan bodoh kamu Ambar! Dimana lagi ada laki-laki seperti Gery yang mau sama kamu, anakku itu ganteng!" kata mertua Kak Ambar dengan sengit."Iya, Abangku itu ganteng. Mbak nggak bakalan dapat suami seperti Abangku itu lagi sampai kapanpun, memangnya ada laki-laki yang mau sama janda?" Sarah ikut menimpali, mereka seolah sedang mendoktrin pikiran buruk di kepala Kak Ambar.Wah, aku agak sedikit dejavu dengan kata-kata itu, haruskan aku mengeluarkan balasan yang sama?"Wah, Ibu ini kok begitu sih? Anaknya salah malah dibela," kataku sambil berjalan mendekat dan duduk di samping Kak Ambar."Jangan ikut campur kamu!" kata Sarah dengan nada ketus, terlihat sekali kalau dia tidak menyukai kehadiranku."Lah, kamu membela kakakmu mati-matian. Ya jelas lah, aku membela kakakku juga!" kataku santai. "Lagi
Baca selengkapnya
42. Keluarga Gila (Bagian A)
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas42. Keluarga Gila (Bagian A)"Bila tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, kalian boleh pulang sekarang!" kata Kak Ambar setelah beberapa saat dilalui dengan keheningan."Kau mengusir kami?" tanya mertua Kak Ambar dengan ekspresi tidak percaya. “Bagaimana bisa kau bersikap sangat tidak sopan begini, Ambar?” tanyanya lagi dengan nada yang sangat tersakiti."Tidak, kalau kalian masih mau di sini juga tidak apa-apa. Karena aku mau masuk ke dalam dan istirahat," ucap Kak Ambar pelan. “Silahkan jika kalian mau di sini, jika membutuhkan tikar maka aku akan mengambilkannya!” lanjutnya dengan santai."Wah, wah, sombong benar kau Ambar!" Mbak Tuti tiba-tiba nyeletuk. “Tidak ada sopannya kau pada mertuamu sendiri, pantas Bang Gery membencimu!” lanjutnya emosi.Dia seolah tidak terima karena mertuanya diusir. Lah, bagaimana coba? Memangnya mereka mau di sini sampai kapan? Orang juga butuh istirahat, Kak Ambar butuh untuk menenangkan dirinya."Loh, kalian ma
Baca selengkapnya
43. Keluarga Gila (Bagian B)
43. Keluarga Gila (Bagian B)Wajah mereka langsung berubah pias, dan aku bisa melihat kegugupan dari gestur tubuh mereka. Sepertinya tebakanku benar!"Apa maksudmu? Kau kira kami pengemis?" tanya Sarah tak suka. “Seenaknya saja kamu menuduh kami begitu, keluargaku bukan orang miskin!” lanjutnya emosi."Tapi kenyataannya memang begitu, abangmu menjadi benalu di keluarga ini untuk diberikan hasilnya pada kalian!" kataku tajam. "Bahkan hasil curiannya itu pun, masuk ke kantong kalian. Jangan kalian pikir aku tidak tahu!" kataku menebak, aku berjudi kali ini. Semoga saja tebakanku benar.Puas! Aku sangat puas saat mereka pucat pasi, seolah aliran darah telah meninggalkan wajah mereka. Tebakanku benar ternyata."Seharusnya kalian meminta maaf pada keluarga kami, karena Bang Gery sudah mencuri, melakukan tindak KDRT pada kakakku dan berselingkuh dengan Mbak Tuti. Bukannya membela dia dan menekan Kak Ambar agar tidak jadi bercerai dengannya. Satu alasan yang jelas, kalian juga ikut menikmati
Baca selengkapnya
44. Kejujuran (Bagian A)
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas44. Kejujuran (Bagian A)"Ini, Ibu makan dulu. Kita belum sempat makan tadi kan?" kata Kak Ambar sambil membawa sepiring nasi goreng yang masih mengepulkan asapnya.Harum nasi goreng menusuk hidungku, langsung sukses membuat aku lapar. Aku melirik Kak Ambar, dia menyerahkan nasi goreng itu kepada Ibu dan menduduki sisi ranjang yang sama dengan Bang Galuh."Cuma satu, Kak?" tanyaku padanya."Banyak, di dapur sana," katanya tanpa menatapku."Oke, Abang mau?" tanyaku bersemangat.Yes!Makan nasi goreng dalam keadaan lapar malam-malam, adalah salah satu kenikmatan duniawi yang haqiqi. Masa bodoh dengan diet! Besok-besok bisa di ulangi lagi."Mau, Dek. Sepiring berdua aja, suapin ya," ucapnya sambil nyengir.Aku bergegas menuju dapur dan mengambil sepiring nasi goreng, tak lupa seteko air turut ku bawa ke kamar Ibu. Untung saja kamar Ibu adalah kamar utama di rumah ini, luasnya hampir seperti luas ruang tamu. Jadi kami bisa leluasa bergerak di dalam
Baca selengkapnya
45. Kejujuran (Bagian B)
45. Kejujuran (Bagian B)Namun suasana yang sepi, dingin dan sunyi, mampu membuat telinga kami semua mendengar ucapan lirih Kak Ambar dengan sangat jelas."Kapan?" tanyaku lagi."Lima bulan yang lalu!" katanya singkat.Allah, Allah, Allah ….Lima bulan yang lalu? Itu sudah sangat lama."Astaghfirullahaladzim." Aku mengelus dada pelan. "Kakak tahu?" tanyaku memastikan. Dia mengangguk singkat dan membuang nafas kasar. Matanya menatap jendela kamar Ibu dengan pandangan kosong, bulir bening yang sedari tadi ditahannya akhirnya jatuh juga."Malam itu, Ibu menginap di rumah bude. Dia pulang sambil bernyanyi senang, aku mengintrogasinya dan dia pun mengakui. Aku marah, mengamuk sejadi-jadinya! Aku menamparnya, tapi dia berang dan kalap melakukan KDRT pertamanya malam itu," katanya pelan."Kakak hancur, tapi tubuh kakak yang sakit tidak sebanding dengan hati kakak yang terkoyak habis. Apa hebatnya Tuti? Apa kurangnya aku? Kakak selalu mempertanyakan hal itu padanya," kata Kak Ambar lagi.Ka
Baca selengkapnya
46. Keakraban (Bagian A)
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas46. Keakraban (Bagian A)Pagi - pagi sekali aku sudah bangun dan mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga di rumah Ibu, Kak Ambar dan Ibu belum bangun. Tadi malam mereka tidur sekamar, karena kelelahan menangis mereka tertidur sambil berpelukan. Bang Galuh pun terpaksa tidur bersama Ibra, takut bocah itu terbangun di tengah malam dan mencari mamanya. Sedangkan aku tidur di kamar kami bila menginap di rumah ini, yaitu kamar Bang Galuh sewaktu masih bujang.Setelah selesai memasak dan menghidangkan di meja makan, aku pun segera membilas cucian yang terlebih dahulu sudah digiling di mesin cuci. Semuanya aku kerjakan dengan cepat, bagaimanapun juga hari ini kami akan sangat sibuk.Selain mengurus kasus Bang Gery, aku juga harus ke kebun untuk memastikan beberapa hal dengan Wak Sarkam karena dia baru saja menelpon dan mengatakan kalau bibit sawit yang kami pesan baru saja datang.Selain itu aku juga harus ke panglong Wak Adi untuk membeli tambahan
Baca selengkapnya
47. Keakraban (Bagian B)
47. Keakraban (Bagian B)Setelah menimbang beberapa kemungkinan, aku memutuskan Ibra lebih baik tidak berada di sisi Kak Ambar untuk sementara karena nanti dia akan ke kantor polisi. Aku takut keluarga Bang Gery akan melakukan hal yang aneh lagi, bagaimanapun juga Ibra merupakan kelemahan Kak Ambar sekarang ini."Ibu setuju!" kata Ibu tegas. "Pasti keluarga Gery juga tidak akan menyerah untuk membawa Ibra," lanjut Ibu lagi."Baiklah, Kakak setuju," kata Kak Ambar menyetujui."Oke, sayang ayo cepat makannya. Kamu ikut Tante yuk! Kita ke rumah Aksa." kataku menawarkan.Ibra yang mendengar ucapanku pun langsung semangat menghabiskan makanannya, dia pasti senang nanti bisa main bersama dengan anak Bang Usman itu. Setelah siap-siap, aku segera memacu motorku ke persinggahan pertama. Yaitu panglong Wak Adi. Membeli beberapa sak semen, dan segera menuju ke lokasi Bang Gitok. Setelah berbasa-basi mengenai masalah semalam, aku kembali bergerak. Kali ini tujuanku ke rumah Bang Usman, karena Ib
Baca selengkapnya
48. Laporan (Bagian A)
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas48. Laporan (Bagian A)POV AUTHOR"Wah, tambah satu pasukannya!" kata Sarah dengan mimik muak saat melihat Dewi mendekat.Dewi berjalan melewati beberapa orang tetangga yang menyaksikan ulah keluarga Gery, dan dia juga melewati orang yang berjejer rapi. Entah apa gunanya! Mobilnya terpaksa di tinggal di pinggir jalan, tidak bisa masuk ke dalam gerbang rumah ibunya akibat banyaknya orang yang berdesakan ingin menonton.Dewi memang terlihat tenang, namun siapapun yang melihatnya pasti tahu kalau dia tengah menyimpan amarah. Dia mendekat dengan anggun, gamisnya terlihat mahal serasi dengan hijab panjang yang dia kenakan.Siapapun yang melihat pasti segan dengannya, selain penampilannya yang terlihat berkelas, Dewi juga mempunyai aura pemimpin. Wajar saja, karena walaupun Galuh anak laki-laki penerus keluarga, tapi Dewi adalah anak sulung. Wujudnya memang seorang wanita lemah, tapi jiwanya tangguh karena sebagai anak sulung beban keluarga ada di pu
Baca selengkapnya
49. Laporan (Bagian B)
49. Laporan (Bagian B)Ambar menggeleng tegas, dan Dewi pun menyeringai menatap keluarga Gery yang pucat pasi mendengar semua ucapannya tadi dengan sangat jelas. "Nah, adikku ini tidak durhaka! Dari segi mana kalian bilang dia istri yang durhaka? Hah? Jawab!" pekik Dewi dengan kuat."Dasar keluarga gila!" kata Dewi dengan nada jijik. "Jangan lagi kalian urusi kehidupan Ambar, dan jangan halangi dia untuk melaporkan Gery ke polisi!" lanjutnya lagi."Heh, Dewi! Dasar manusia sampah, jilbab saja kau panjangkan tapi akhlakmu tidak ada!" ujar Mita dengan kuat.Dia maju menghadapi Dewi. Mereka kini berdiri berhadap-hadapan, wajah Mita memerah menahan amarah."Jaga mulutmu!" kata Ambar tidak terima karena Kakak nya di hina."Apa? Kalau akhlak kakakmu ini ada, dia tidak akan menyuruh adiknya bercerai. Allah itu membenci perceraian!" kata Mita lagi sok bijak. “ Dasarnya kalian ini memang keluarga rusak!” katanya lagi."Oh ya?" tanya Dewi santai."Iya lah, aku kasihan sama Abdul, punya istri b
Baca selengkapnya
50. Informasi Ellen (Bagian A)
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas50. Informasi Ellen (Bagian A)"Assalamualaikum …."Abdul memasuki rumah dengan langkah tegap, dia melihat ke sekeliling dan belum juga menemukan istrinya dan juga yang lain. Padahal, Abdul sudah menjelajahi sampai ke ruang santai, tapi tak ada sekelebat orang pun di sini.Abdul heran, rumah kosong, tetapi kenapa tidak di kunci? Maka dia bergegas ke halaman belakang, di sana ada sebuah gazebo di atas sebuah kolam ikan hias kecil. Abdul mengira, Dewi dan yang lainnya pasti ada di sana.Namun salah, karena saat melewati kamar Ambar ternyata Dewi dan yang lainnya sedang ada di dalam. Entah membicarakan apa, makanya Abdul segera berdehem dan sukses mengagetkan mereka semua."Astaghfirullah!" Dewi dan Ajeng berucap bersamaan." Abang! Kenapa tidak salam?" katanya Dewi bertanya sambil memegangi dadanya."Abang sudah salam, bahkan dari depan sana. Tapi, tidak ada yang menjawab," kata Abdul sambil menyandarkan tubuhnya ke kusen pintu."Bang, keluarga Ge
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
24
DMCA.com Protection Status