Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas

Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas

Oleh:  Aksara Ocean  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
5 Peringkat
237Bab
40.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ellena adalah gadis cantik dan juga pemberani, dia menikah dengan Galuh, seorang lelaki dari keluarga Dirga. Anak bungsu yang tidak dianggap oleh Ibunya sendiri, dan selalu dikucilkan oleh keluarga besarnya. Mampukan Ellena menentang dan mengubah prinsip dari keluarga suaminya itu? Sebenarnya apa rahasia yang ada dibaliknya? Ikuti terus kisahnya..

Lihat lebih banyak
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Muhammad Nur Kholi
bagus banget
2022-10-18 02:37:43
0
user avatar
KARTIKA DEKA
go go go, semangat
2022-03-16 15:21:14
3
user avatar
RatuNna Kania
keren, i like it.
2022-02-21 11:47:20
2
user avatar
RatuNna Kania
keren, i like it.
2022-02-21 11:46:44
1
user avatar
Aksara Ocean
ayo mampirrr .........
2022-02-21 10:53:22
0
237 Bab
1. Amarah Ellena
Menantu Tegas, ipar Panas, mertua Lemas 1. Amarah Ellena "Nggak kerja, Bang?" tanyaku pada Bang Galuh. "Enggak, lagi males!" ucapnya santai. "Loh, bukannya kemarin Bang Usman ngajak Abang bantuin dia panen sawit, ya?" Aku bertanya heran. Kemarin Bang Usman memang datang ke rumahku, dan mengajak suamiku untuk membantunya memanen sawit miliknya. Karena pekerja yang biasa, sedang izin menemani istrinya melahirkan di rumah sakit. Bang Usman adalah Abang kandungku, namun kehidupannya terlihat jauh lebih baik daripada kehidupanku. Wajar saja, sih, Bang Usman terkenal sangat ulet dan juga rajin, sehingga dia sekarang bisa memiliki beberapa hektar kebun sawit yang sudah bisa dipanen saat ini. Sedangkan aku? Suamiku? Jangan ditanya, dia hanya bekerja serabutan. Padahal kami juga mempunyai bagian kebun sawit yang diberi oleh orang tuaku dulu. Karena Bang Usman dan juga aku mendapatkan masing-masing satu hektar kebun kosong saat menikah. Hitung-hitung untuk modal. Saat Bang Usman menanami
Baca selengkapnya
2. Pertemuan Keluarga
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas 2. Pertemuan Keluarga "Ada apa, Kak?" tanyaku pada Kak Ambar, kakaknya Bang Galuh. Dialah sosok orang yang sedari tadi memanggil Bang Galuh, mau apa dia ke sini? Soalnya Kak Ambar tidak akan menginjakkan kaki di rumahku, jika tidak memiliki keperluan. "Mana Galuh?" ketusnya padaku. "Pergi," jawabku singkat. "Bilang padanya, nanti malam Ibu menyuruh kalian untuk datang ke rumah." Kak Ambar memainkan bibirnya. "Iya, nanti akan aku sampaikan," tukasku cepat. "Ya udah, Kakak pulang dulu." Dia beranjak pergi dan berjalan menuju motornya yang terparkir di pinggir jalan, pantas saja aku tidak mendengar suara motornya datang. Sembari masuk kedalam rumah, aku bertanya-tanya dalam hati. Ada apakah gerangan, sehingga Ibu menyuruh kami ke rumahnya? ~Aksara Ocean~ Tepat jam tujuh malam, aku dan Bang Galuh sampai di rumah Ibu dengan selamat. Walaupun tadi siang aku sangat marah, tetapi di luar rumah aku tetap harus menjaga marwah suamiku. Kami ber
Baca selengkapnya
3. Menyumbang
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas 3. Menyumbang "I–-Ibu, bercanda, kan?" tanya Bang Galuh tergagap, keringat dingin menetes di keningnya. Oh, yah. Aku tahu apa yang dipikirkan oleh suamiku itu saat ini, lima puluh juta? Dari mana dia bisa mendapatkan uang segitu banyaknya coba? "Apa Ibu kelihatan lagi bercanda?" tanya Ibu balik. "Bukan begitu, Bu. Tapi dari mana aku bisa dapat uang sebanyak itu? Lima puluh juta itu, tidak sedikit, Bu?" lirih Bang Galuh di akhir kalimat. Sedangkan aku, aku hanya diam dan mengamati situasi. Masih agak bingung dengan situasi yang terjadi di sini. Apa Ibu kira uang lima puluh juta itu sedikit? Lagipula, kenapa suamiku yang lebih banyak menyumbang? "Ya mana Ibu tau, Luh. Itukan urusan kalian, yang penting minggu depan uang itu sudah ada. Karena Ibu sudah bilang pada Pak Mukidi, kalau keluarga kita yang akan membayari sawahnya." Ibu mengangkat bahu tak peduli. "Bu, apa tak sebaiknya Ibu batalkan saja?" Kak Dewi berucap pelan dan hati-hati, beru
Baca selengkapnya
4. Aib
Menantu TEGAS, ipar PANAS, mertua LEMAS 4. Aib "Ajari istrimu itu sopan santun, Galuh!" Ibu menatapku dengan sinis. "Suka sekali memfitnah suami! Ibu tidak suka, anak Ibu diperlakukan seperti ini," ketusnya lagi. "Loh, kok fitnah?" Aku bertanya heran, mengabaikan sinar-sinar laser dari mata mereka. "Anakku itu bekerja tidak tahu siang tidak tahu malam, kok, ya kamu bilang dia tidak menafkahi. Itu fitnah namanya, Ellen. Lebih kejam daripada pembunuhan!" ucap Ibu sok bijak, demi membela anak lanangnya. "Bu, kalau hanya lima puluh ribu dalam satu minggu, itu bukan nafkah namanya!" ucapku tak mau kalah. "Bahkan untuk membeli rokoknya saja, harus dari uang hasil aku menjahit!" tegasku lagi. "Lah, ya harus itu. Namanya juga suami istri, uang istri uang suami. Lah, uang anakku saja diberikan untukmu. Aku ibunya saja, tidak pernah meminta walau satu sen pun. Padahal aku yang melahirkan dan membesarkan suamimu sampai segini besarnya!" sungut Ibu makin ngaco. "Ya Allah, Bu. Aku ini istrin
Baca selengkapnya
5. Kebenaran
Menantu TEGAS, ipar PANAS, mertua LEMAS 5. Kebenaran "Kenapa suamiku ikutan kena, Kak?" Kak Ambar protes. "Ambar, sadar kamu! Bukannya sudah dikatakan oleh Bang Abdul tadi? Kodrat suami, adalah menafkahi istrinya. Bukan meminta nafkah pada mertuanya!" tegas Kak Dewi lagi. "Kamu dengar, Gery?" tanya Kak Dewi pada Bang Gery yang menunduk segan. "Iya, Kak," lirihnya hampir tak terdengar. " Dan untuk kamu, Galuh!" Sekarang giliran Bang Galuh yang dipanggil, oleh Kak Dewi. "I-iya, Kak," jawabnya pelan. "Kerja! Jangan hanya bergantung pada uang istrimu!" tegas Kak Dewi. "Laki-laki kok, mengharap uang istri, tidak malu kamu dengan mertuamu? Janjimu dulu waktu menikahi Ellen adalah untuk membahagiakannya, kok, ya, sekarang anak orang kamu peras keringatnya. Malu, Galuh, Malu!" Kak Dewi menggeleng lemah. "Tapi, Kak …." Bang Galuh seolah ragu melanjutkan ucapannya. "Apa? Bicara saja," jawab Kak Dewi. "Bukannya aku tidak mau bekerja, tetapi memang tidak ada pekerjaan, Kak! Kakak, kan,
Baca selengkapnya
6. Lima Puluh Juta
Menantu TEGAS, ipar PANAS, mertua LEMAS6. Lima Puluh Juta"Ibu yakin akan mengabulkannya?" tanyaku sambil tersenyum manis."Sudah, cepat katakan! Jangan bertele-tele. Tapi, jangan kamu ungkit-ungkit lagi masalah motor Abang iparmu," kata Ibu dengan sewot.Ibu memijit pelipisnya dengan lembut, yang aku yakini pasti sedang nyut-nyutan saat ini.Tidak sengaja mataku melirik Bang Galuh, matanya meredup saat mendengar kata-kata Ibu. Itu motor Bang Gery, tanpa sadar Ibu mengungkapkannya sendiri tanpa dipinta walaupun tadi mereka berusaha untuk menutupinya. Yang namanya bangkai pasti akan tercium juga. Toh, seluruh desa ini pun bahkan sudah sangat tahu, bagaimana timpangnya kasih sayang Ibu. Beliau memang menyayangi suamiku, tapi entah kenapa Ibu sangat pelit padanya."Ya, tidak bisa begitu, dong, Bu!" kataku santai, dan aku masih menunjukkan senyum semanis madu. "Kan, tadi Ibu sendiri yang bilang, kalau itu motor Ibu. Kami juga berhak memakainya, dong! Iya, kan, Kak?" Aku bertanya pada Kak
Baca selengkapnya
7. Ide dan Terkejut
Menantu TEGAS, ipar PANAS, mertua LEMAS7. Ide dan Terkejut Kami segera bergegas menghampiri suara tersebut, terlihatlah Kak Ambar dan Bang Gery yang sedang panik, mereka saling menutupi sesuatu di belakang tubuh mereka.Kamar Ibu terlihat sedikit berantakan, dan Ibu segera mendekat sambil mengecek kamarnya. Beliau berjalan mondar mandir mengecek laci, meja, dan juga lemari. Sebelum matanya tertumbuk pada sesuatu yang ada di lantai."Ya Allah Ambar, kenapa ini bisa pecah?" tanya Ibu dengan sangat keras."Maaf, Bu! Aku tidak sengaja," jawab Kak Ambar dengan pelan, sekilas aku melihat penyesalan di matanya."Kenapa bisa begini? Ini mahal Ambar! "Pekik Ibu dengan kuat.Dia pasti merasa sangat sayang pada guci kecil miliknya yang diakui Ibu sudah dimilikinya saat beliau masih kecil, jadi sejarahnya tidak main-main. Konon, Wak Yani, Kakak nya Ibu pernah bilang, guci itu peninggalan zaman Majapahit. Peninggalan dari zaman kerajaan cuy, wajar saja Ibu panik dan histeris."Maafkan aku, Bu, a
Baca selengkapnya
8. Kepahitan Galuh
Menantu TEGAS, Ipar PANAS, Mertua LEMAS 8. Kepahitan Galuh "Kok, bisa, Dek?" tanya Bang Galuh pelan dan juga dengan penuh keraguan.Matanya menatap mataku dengan pandangan heran dan juga penasaran, sedangkan aku hanya tersenyum lebar dan mengedipkan mataku dengan manja. Aku menunjukkan saldo tabungan di rekening dengan menggunakan ponsel melalui M-banking. Terlihat jelas tertulis di sana, isi saldo ku ada sebanyak enam puluh tujuh juta rupiah."Bisa, dong!" Aku langsung nyengir demi menggoda nya."Jawab Abang, Dek. Darimana uang sebanyak itu? Ibu kan cuma ngasih lima puluh juta. Kamu punya simpanan?" Bang Galuh mendesak aku agar bicara, terlihat sekali kalau dia tidak sabar ingin mendengar jawabanku perihal uang itu."Dari Kak Dewi dan Bang Abdul, Bang," tukasku cepat sambil merebahkan tubuh di ranjang, masih dengan posisi kaki yang menjuntai ke bawah."Yang bener, Dek?" tanyanya lagi seolah tak yakin."Iya, lima puluh juta dari Ibu, lima belas juta dari Kak Dewi. Sedangkan yang dua
Baca selengkapnya
9. Terharu
Menantu TEGAS, ipar PANAS, mertua LEMAS 9. Terharu "Assalamualaikum." Aku dan Bang Galuh mengucap salam dengan kompak. Aku dan Bang Galuh saat ini sedang berada di rumah Bang Gitok, Bang Gitok adalah salah seorang tukang bangunan yang sudah diakui kualitasnya oleh orang-orang di desa ini. Selain cepat, Bang Gitok juga sangat efisien. Sehingga tidak banyak barang yang terbuang ataupun tercuri, karena ada sebagian tukang bangunan disini terkadang menyuruh tuan rumah untuk membeli bahan bangunan seperti semen dengan jumlah banyak dan melebihi dari yang dibutuhkan. Lalu mereka akan menjualnya ke orang lain yang hendak membeli barang-barang tersebut dengan harga murah, dan pemilik rumah akan merugi. Tapi Bang Gitok tidak seperti itu, dia akan merinci pengeluaran dan juga bahan bangunan yang memang dibutuhkan sehingga tidak akan ada kelebihan maupun kekurangan. "Waalaikumussalam!" terdengar suara seorang wanita yang menjawab salam kami. Pasti itu Kak Munah, istrinya Bang Gitok. Benar
Baca selengkapnya
10. Minta Uang
Menantu Tegas, Ipar Panas, Mertua Lemas10. Minta UangAku bergegas ke depan dan untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi dan siapa yang berteriak-teriak tadi. Dasar tidak punya sopan santun! Bukannya mengucapkan salam malah berteriak-teriak tidak karuan, aku membatin kesal di dalam hati.Aku sudah punya dugaan sebenarnya siapa yang berteriak tadi, tapi untuk lebih memastikan aku harus segera ke depan dan melihatnya sendiri dengan kedua mataku secara langsung."Lama sekali kamu!" ketus Kak Ambar saat aku membuka pintu, matanya memelototiku sedangkan Bang Gery yang berdiri di sampingnya hanya diam dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.Wajahnya terlihat merah padam, entah menahan cuaca panas di depan, entah karena menahan amarah. Aku tidak tahu persisnya, karena Kak Ambar memang begitu orangnya. Kami tidak dekat dan jika dia kesini, pasti hanya untuk menyampaikan pesan Ibu atau membawa keributan dan huru-hara. Mereka langsung nyelonong masuk ke ruang tengah, aku hanya bisa mendengus
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status