Semua Bab AKAN KUBUAT KAU MENYESAL, MAS!: Bab 21 - Bab 30
132 Bab
Bab Dua Puluh Satu
Aku melangkahkan kaki menuju gedung pengadilan agama yang tampak menjulang tinggi di depanku.Keputusanku sudah sangat bulat. Aku akan mendaftarkan gugatan perceraian terhadap Mas Arya secepatnya. Aku pun melangkahkan kaki penuh percaya diri menuju meja informasi di depan sana dan menanyakan prosedur persyaratan untuk mengajukan gugatan perceraian pada petugas. Petugas bagian informasi pun menyebutkan apa-apa saja yang menjadi syarat mengajukan gugatan, yang ternyata tidaklah sulit. Hanya meminta bukti surat nikah, Kartu Tanda Penduduk dan uang panjar untuk biaya perkara.Setelah mendapatkan informasi itu, sesuai janji aku pun segera pulang kembali ke rumah dan memberi tahu ibu persyaratan apa saja yang diperlukan dan setelahnya segera mengumpulkan berkas yang diminta tersebut.Besok pagi aku akan kembali ke sana lagi untuk menyerahkan berkas ini dan menunggu panggilan sidang. semoga panggilan itu secepatny
Baca selengkapnya
Bab Dua Puluh Dua
  dr..Wisnu? Tak kusangka akan bertemu lagi dengan lelaki itu, saat tak sengaja Via sakit dan dibawa ke RS untuk diobati.[Iya, dokter Wisnu, teman SMA Mbak dulu, mbak kenal kok, Ndre. Ya udah, mbak ke sana sekarang ya.]Lalu setelah mematikan sambungan, aku pun segera menuju rumah sakit.*****"Via, gimana? Kepalanya masih pusing? Sabar ya, Sayang. Banyak-banyak makan ya, biar cepat sembuh," ujar Wisnu sambil membelai lembut kepala Via lalu meminta ibu kembali menyuapkan bubur di tangannya ke mulut putri kecilku itu.Via hanya mengangguk pelan lalu menatap sendu. Mungkin badannya masih tak enak sehingga terlihat tak bersemangat. Meski demikian kulihat kondisinya cukup baik, tidak gelisah seperti malam tadi.Setelah menyemangati pasiennya, lelaki itu kemudian membalikkan punggungnya hingga saat ini ia dapat melihatku yang baru saja tiba di kamar perawatan ini.Melihat
Baca selengkapnya
Bab Dua Puluh Tiga
POV ARYANamaku Arya. Usiaku memasuki tiga puluh tahun. Bekerja sebagai seorang pegawai negeri sipil dengan jabatan staf pelaksana golongan II d di sebuah kantor pemerintahan kecamatan.Aku memiliki istri bernama Ana Amalia. Usianya tiga tahun di bawahku. Tiga tahun pula aku dan dia telah menikah dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Viana atau yang sering dipanggil Via saja, berusia dua tahun lebih. Alhamdulillah, putri kami adalah anak yang baik. Tidak suka rewel dan cengeng. Aku menyayanginya meski tak benar-benar dekat dengan gadis kecil itu. Bagiku sudah sewajarnya anak lebih dekat dengan ibunya ketimbang dengan bapaknya, sebab bapak tak punya banyak waktu di rumah karena harus mencari nafkah di luar. Sedangkan ibu hanya di rumah saja, menunggu suami pulang kerja dan menunggu tanggal gajian.Tentu saja ia lebih punya banyak waktu dibandingkan suami untuk mendampingi si kecil da
Baca selengkapnya
Bab Dua Puluh Empat
Saat tahu aku menyerahkan ATM gaji pada istri, semakin besar pula rasa cemburu Maya pada Ana sehingga ingin buru-buru kunikahi."Iya, sabar dulu. Ini juga mas lagi nyari penghulu yang bisa menikahkan kita. Mas ini kan PNS, gak boleh beristri dua. Tapi demi cinta mas sama kamu, mas rela menempuh segala resiko demi bisa  hidup bersama kamu."Mendengar perkataanku, Maya menjadi lega. Ia tak lagi banyak tanya dan sabar menunggu hingga akhirnya aku benar-benar berhasil mencari penghulu yang bisa menikahkan kami berdua.Sebenarnya keinginan menikah lagi itu sudah sejak lama ada. Bahkan bukan hanya Maya, wanita yang ingin kujadikan istri, meski hanya istri kedua, melainkan ada beberapa orang wanita.Satu di antara mereka bahkan rela dinikahi tanpa mahar dan malahan rela memberikan sejumlah uang asalkan aku bersedia menikahinya.Tetapi karena usianya yang jauh lebih tua dariku dan statusnya yang janda tua serta wajahnya k
Baca selengkapnya
Bab Dua Puluh Lima
POV ARYA"Mas, apa benar kamu sudah menikah lagi?" Pertanyaan itu dilontarkan Ana, istri pertamaku, dua bulan setelah aku dan Maya menikah.Mendengar pertanyaan yang tak kuharapkan itu, dahiku berkerut dan mataku memicing tajam.Ah, tahu dari mana dia kalau aku sudah menikah lagi? Meski sering terlambat pulang bahkan tak pulang sama sekali, aku selalu berusaha menyimpan semua rahasia perkawinan keduaku rapat-rapat.Bukan aku takut istriku ini ngambek ataupun marah, tapi tak nyaman saja rasanya jika harus timbul pertengkaran tak berkesudahan di antara kami berdua karena itu.Aku tak suka diintimidasi dan diatur-atur perempuan. Bagiku, laki-laki itu pemimpin rumah tangga yang segala keputusannya harus dipatuhi dan tak bisa diganggu gugat. Allah sudah melebihkan laki-laki satu derajat di atas wanita. Bahkan kalau saja manusia boleh bersujud pada manusia lain maka sudah selayaknya wani
Baca selengkapnya
Bab Dua Puluh Enam
"Aku makan dari penghasilan kamu? Mimpi kamu atau sudah beneran gila? Sudah, aku gak mau dengar apa-apa lagi. Kalau kamu masih mau hidup dengan mas, terima saja kehadiran Maya sebagai madumu, tapi kalau gak, silahkan angkat kaki dari sini!" sergahku keras akhirnya.Aku bisa melihat tatapan nanar wajah Ana setelah mendengar kalimatku itu. Hal yang semakin membuatku yakin jika perempuan itu memang tak akan berani kuceraikan.Wanita memang harus dikerasi kalau tidak, dia akan ngelunjak dan aku tak suka itu.Kutinggalkan Ana lalu beranjak ke kamar. Ingin istirahat sejenak setelah kecapekan beraktivitas dengan Maya di kamar seharian tadi.*****"Mas, ini ATM kamu aku kembalikan!" celetuk Ana keesokan paginya.Aku yang sedang mengenakan seragam kantor, menoleh kaget ke arahnya.Apa aku tak salah dengar? Ana hendak mengembalikan kartu ATM berisi uang gaji bulanan yang disetorkan oleh bendahara kantor
Baca selengkapnya
Dua Puluh Tujuh
"May, ini ATM buat kamu. Pergunakan dengan baik ya. Jangan boros-boros make uang. Kirim ortu kamu secukupnya. Bayar kontrakan, listrik, dan belanja juga secukupnya. Nanti mas minta dua juta aja buat ngasih Ana dan untuk pegangan mas ya," ujarku sembari memberikan kartu ATM yang tadi pagi dikembalikan Ana padaku setelah hampir tiga tahun berada dalam penguasaannya."Memangnya ada berapa uang di dalamnya, Mas?" tanya Maya sambil memicingkan matanya ke arahku. Ada binar gembira yang tampak jelas di sana."Gak tau. Soalnya Ana itu boros sekali. Mungkin gaji mas gak pernah ada sisanya buat ditabung. Tiap hari kerjaannya makan enak terus sama belanja. Tiap minggu perawatan di salon dan ke mall. Capek mas ngikutin gaya hidupnya. Tiga tahun nikah gak bisa beli apa-apa. Cuma punya mobil yang mas pake sekarang aja. Itu pun karena mas ngambil pinjaman di bank," sahutku sembari mendengkus kesal mengingat kelakuan Ana yang selalu membuatku tak tenang.Mende
Baca selengkapnya
Dua Puluh Delapan
Dan aku hampir tak percaya serta berteriak kaget saat tak disangka, Intan justru membenarkan jika sisa gaji yang dibayarkan ke rekeningku hanyalah sebesar satu juta lebih dua puluh lima ribu rupiah.Sebuah nominal yang sangat jauh dari perkiraanku selama ini. Kupikir sisa gajiku minimal masih empat juta rupiah sehingga masih bisa untuk hidup enak dengan satu anak, Via. Tapi ternyata tidak.Ternyata sisa gajiku hanya tinggal satu juta lagi Kalau demikian, dari mana Ana mendapatkan tambahan uang untuk biaya hidup kami selama ini? Apalagi katanya, ibu dan Mira juga masih minta uang untuk kebutuhan hidup mereka. Lalu dari mana Ana mendapatkan uang?"Memangnya gajiku berapa sih semuanya, Tan? Kok cuma sisa satu juta?" tanyaku lagi. Penasaran."Gaji kamu itu totalnya tiga juta lima ratus ribu rupiah, Ya. Dipotong angsuran pinjaman dua juta lima ratus ribu, sisanya tinggal satu juta. Kamu sih gak pernah mau neken daftar gaji jadi gak tau
Baca selengkapnya
Dua Puluh Sembilan
POV ANA"Gimana keadaan Via, Nu? Kemarin panasnya sudah turun kok sekarang naik lagi ya?" tanyaku sambil menempelkan telapak tangan di kepala putriku yang tampak gelisah dalam tidurnya.Ibu, bapak dan Andre saat ini sedang pulang, mengantar pakaian kotor kami dan menggantinya dengan yang bersih hingga saat ini aku hanya sendirian saja di kamar rawat inap ini, ditemani Wisnu yang barusan menyempatkan diri mengecek kondisi putriku itu saat kuberi tahu jika Via kembali naik suhu tubuhnya.  Waktu visit dokter memang sudah lewat, akan tetapi Wisnu kembali datang saat kuhubungi karena mendadak suhu tubuh Via menghangat lagi.  "Tenang aja, An. Putrimu baru saja melewati masa kritisnya. Justru bagus kalau dia kembali demam, itu berarti sistem kekebalan tubuhnya sedang berusaha melawan bibit penyakit yang menyerang tubuhnya. Rajin-rajin saja memberi makan supaya tubuhnya bisa membentuk antibodi yang berguna untuk melawan penyaki
Baca selengkapnya
Tiga Puluh
Saat ini jujur, aku sedang mengajukan gugatan perceraian terhadapnya, itu kulakukan bukan karena kebetulan aku ketemu lagi sama kamu dan kamu masih sendiri, Nu, tapi karena aku tak mungkin lagi meneruskan rumah tangga bersama Arya. Di hatiku hanya ada kebencian dan rasa sakit hati yang begitu besar, tak mungkin lagi bisa menjalankan rumah tangga jika hati sudah terluka dan disakiti seperti ini. Aku menyerah, Nu," keluhku lagi, panjang.Lelaki tampan dan berkharisma di depanku itu tersenyum menenangkan lalu membuka mulutnya."Ya, sudah. Lakukan saja yang terbaik menurut kamu karena kamu juga yang akan menjalani rumah tangga, An. Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik. Semoga yang terbaik adalah apa yang sedang kamu upayakan saat ini, perceraian. Untuk itu jangan pernah lupa minta petunjuk Allah ya, supaya semuanya lancar dan dipermudah segala urusannya dan jangan lupa minta juga pada Allah supaya nantinya bisa dipertemukan dengan jodoh baru
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status