Semua Bab BAU MASAKAN DI TENGAH HUTAN: Bab 21 - Bab 30
35 Bab
bab 21
POV ZAKI.______Setelah selesai mandi aku menghampiri Tania. Berniat ingin meminta izin, rencananya hari ini aku akan pulang ke kebun terlebih dulu.Mendengar kekacauan di bukit Ragusa, hati ini rasanya tidak tenang.Ku pandangi wajahnya yang cantik natural itu. Sudah beberapa hari ini dia mendiamkan aku tanpa alasan yang jelas. Di ajak bicara pun menjawab hanya seperlunya saja."Sayang, hari ini aku mau pulang. Mau lihat kondisi rumah dan ....""Dan selingkuhan kamu udah nunggu, kan?" Belum selesai aku bicara, Tania langsung menjawab."Selingkuhan?""Iya, selingkuhan. Malam itu aku melihat kalian bercumbu mesra. Cih, menjijikan." Suaranya sedikit meninggi.Aku mengerutkan kening, merasa bingung dengan arah pembicaraannya itu. "Sayang, kamu ngomong apa sih?""Alah, pura-pura gak tau. Aku sudah lihat semuanya. Aku benci sama kamu mas, benci!" Tania melempar bantal dan berjalan keluar meninggalkan aku, yang masih bingung."Dek, kamu ngomong apa sih? Coba jelasin dulu apa maksud kamu." A
Baca selengkapnya
BAB 22
POV ZAKI._____"Assalamualaikum." Tanganku mengetuk pintu rumah Nek Imah."Waalaikumsalam." Jawaban dari dalam rumah. Tidak lama wanita tua yang masih sehat itu keluar."Nek." Aku mencium punggung tangannya."Kau Zak, masuk lah.""Iyo Nek.""Duduk lah dulu, Zak. Nenek buatkan minun sebentar." Nek Imah meninggalkanku di ruang tamu.Mataku berkeliaran melihat ke seluruh sudut di ruang ini. Tempat yang cukup besar untuk menerima tamu ditambah dengan hiasan-hiasan dinding dan guci yang tersusun rapi.Aku memandang gambar yang tergantung di dinding. Lukisan kuda yang ditunggangi laki-laki berpakaian seperti seorang Raja beserta pengawalnya.Entah mengapa, saat melihat aku seperti terbawa dan berimajinasi ketika memandangi gambar Kuda yang tengah berbaris.Dengan kaki terangkat, seperti sedang berlari ditepian sungai. "Sangat paripurna lukisan ini." Aku memuji.Guci keramik yang lumayan besar berada di sudut ruangan ini, karena penasaran aku mendekat ke arahnya.Melihat dan meraba permukaan
Baca selengkapnya
BAB 23
POV AUTHOR.___Ada seorang Raja yang bijak sana dan disegani oleh rakyatnya. Pada masa itu, kejayaan kerajaan Prugu sedang di atas angin.Rakyatnya makmur hidup sentosa dan damai. Ketegasan dan keadilan Rajanya mampu memberikan keamanan dan ketentraman masyarakatnya.Pada suatu ketika, terjadi kegaduhan di kerjaan Prugu. Semua itu disebabkan oleh seorang putri bernama Cati. Anak tunggal raja Selatan.Putri Cati tengah menangis, dia bersedih dikarenakan mendengar kabar ayahnya akan pergi berperang.Sikap manja dan tidak ingin jauh dari ayahnya, sering membuat gadis itu memaksa ikut turun ke medan perang.Hal itu membuat Raja selatan merasa takut, jika terjadi sesuatu pada putrinya. Putri Cati, anak satu-satunya yang Raja Selatan miliki, kelak yang akan mewarisi tahta dan kerjanya.Terkadang sikap putrinya itu memaksanya harus pergi secara sembunyi-sembunyi, seperti saat ini. Dia tengah bersiap turun kelapangan untuk berperan.Tapi entah bagaimana caranya Cati bisa tau, jika ayahnya aka
Baca selengkapnya
BAB 25
KILAS BALIK MASA LALU. POV AUTHOR 03.********Sudah tiga bulan Rajo Bunian, menetap di Istannya. Selama itu juga, kerajaanya aman dan sejatera. Dia memutuskan untuk kembali ke Kerajaan Prugu. Sebelum dia pergih, Raja menemui Ratunya.Terlihat perut Ratunya yang mulai membesar, Ada wajah gembira yang terpancar dari Rajo Bunian. Dia duduk dan mencium kening Istrinya. Berpamitan untuk pergih ke kerajaan Prugu, sebentar lagi Putri Cati akan melahirkan.Terlihat wajah tidak suka dari Ratu Senduduk. Dia memeluk manja sang Raja. Berharap suaminya itu mengurungkan niat untuk pergih. Namun harapan itu pupus, setelah Raja meninggalkan dirinya dan janin dalam kandungannya.Niat jahat dari sang Ratu kini muncul, Ratu teringat dengan perkataan Orang Pandak kala itu. Dia berucap jika kehamilannya hanya mencapai kurang lebih dari 5 bulan.Ratu berrencana akan menculik anak dari Putri Cati, sesuawai perja
Baca selengkapnya
BAB 26
POV TANIA*****"Brakk...!" Suara ranting terjatuh mengenai atap rumah membangunkan aku dari tidur.Aku merenggangkan otot-otot tubuh. Rasanya aneh sekali, tubuhku terasa sakit semua. Sepertinya aku terlalu lama tertidur di depan jendela. Aku berjalan gontai, mengambil gelas yang berada di atas meja. Namun aku terkejut saat mendapati diriku tengah terbaring di kasur bersama Zaki, suamiku."Mas, bangun. Mas Zaki bangun." Aku membangunkan mas Zaki. Namun suamiku tidak bergeming sedikitpun. Berkali-kali aku menyentuh gelas, tangan ini tidak bisa menggenggamnya. "Ada apa dengan diriku." Aku bertanya pada diri sendiri.Aku duduk termenung, mengamati suamiku dan Tania yang di atas kasur. Mereka tidur dengan lelap, bahkan saat ranting terjatuh cukup keraspun, mereka tidak terbangun."Bau masakan itu." Aku mencium bau masakan yang tempo hari selalu tercium saat tengah malam. Mataku melirik jam dind
Baca selengkapnya
BAB 27
POV ZAKI.******Ku pandangi wajah Tania yang masih belum sadarkan diri. Terbaring lemas di rumah sakit. Aku hanya mampu berdoa dan memohon kesembuhan untuknya.Siang hari setelah kedua orangtua Tania datang, hatiku semakin tidak nyaman. Abi, marah besar kepadaku. Mereka bilang jika aku tidak bisa menjaga anak satu-satunya itu dengan baik.Perdebatan di antara aku dan orang tua Tania berjalan cukup sengit. Aku yang tidak terima jika Tania akan di bawa kembali ke Jakarta, mengamuk dan melempar benda-benda yang ada di sekitarku.Datuak dan Apak menangkan diriku, aku membabi buta menyerang siapa saja di tempat itu. Pikiranku tidak terkendali, mataku hanya tertuju pada sosok Tania. Aku mendekat ke arahnya, ingin sekali mencabut selang infusnya, tidak lama aku mendapat pukulan keras di pipi sebelah kiri.Abi, marah besar kala itu. Bahakan Abi menyuruh aku untuk menceraikan Tania. Aku seperti orang yang kebingungan,
Baca selengkapnya
BAB 28
POV ZAKI.*****Aku yakin sekali jika semua kejadian yang menimpa Tania, ada kaitannya dengan Putri. Sebab, sebelum kejadian itu. Aku melihat Putri sibuk dengan tempat sampah yang berada di dapur. Saat ku tanyai dia hanya bilang akan membuang sampah.Aku melarangnya karena pada saat itu sudah tengah malam, dan juga ada bekas Tania yang sedang datang bulan. "Besok saja, biar Tania yang membuang. Biyasanya sampah-sapah itu di bakarnya.""Tidak apa-apa Bang. Biar aku saja." Aku yang percaya, membiarkan dia begitu saja."Zaki kau benar-benar bodoh. Bodoh..!" Aku memarahi diri sendiri. Berkali-kali aku memukuli kepala. Siapa tau dengan begitu, aku bisa sedikit pintar.******Aku berjalan menghampiri Putri yang sudah lama menunggu di ruang tamu. "Abang...!" Wanita itu memeluk erat pingangku dari belakang."Abang pasti sudah lapar kan?" Dengan manja dia membelai dadaku.
Baca selengkapnya
BAB 29
POV ZAKI.*******Ke esokan paginya aku mendatangi rumah Nek Imah. Lalu aku menceritakan semua kejadia kemarin malam kepada Nek Imah, tidak lupa ku berikan air yang ku bawa kepadanya.Nek Imah, merapalkan doa-doa setelah itu meniupkannya ke dalam botol yang berisi air. Asap tebal mengebul dari dalam botol, air yang tadinya jernih kini berubah menjadi merah pekat seperti darah.Botol itu terguncang sangat keras, lalu muncul gelembung seperti air yang mendidih. "Menyingkir Zak." Nek Imah, menyuruhku untuk menjauh."Drakk...!" Botol itu terbelah menjadi dua bagian."Apa yang terjadi Nek.""Itu buhul sihir yang di masukan kedalam air.""Hah. Buhul sihir?""Air itulah penyebab Tania keguguran. Jin itu masuk kerahim Tania melalui air, lalu mengoyak jabang bayi yang ada di dalamnya.""Apa! Jadi selama ini, aku di tipu
Baca selengkapnya
BAB 30
POV ZAKI.********"Parjo...!" Apak berlari menuju tubuh Parjo yang terkapar. "Ini benar Parjo, tapi bukankah dia sudah meninggal sejak 25 tahun yang lalu?" Semua mata melihat ke arah Apak."Kau mengenalnya?" Datuak menayai Apak."Iya Bang, dia dulu kerja sama Aku. Tapi dia sudah mati bunuh diri, karena di tinggal pergih Istrinya. Tapi kini kebun itu sudah aku jual sama orang yang mengaku suruhan anak Parjo.""Ta-tapi Datuk, Dukun Parjo sudah lama tinggal dan membuka praktek sihir di kampung ini." Salah seorang warga bicara."Apa mungkin kau salah orang.?""Tidak Bang, aku masih ingat betul wajahnya. Ini benar Parjo yang mati gantung diri itu.""Benar yang di katan oleh Penghulu. Dia adalah Parjo yang kalian urus jasadnya waktu itu." Malin melangkah dengan tangan terborgol. Semua orang terlihat pucat."Bagai mana mungkin, orang m
Baca selengkapnya
BAB 31
POV TANIA.******Telapak tanganku masih terasa dingin, sama seperti tadi ketika aku berbaris melingkar dan mengelilingi sesuatu yang kasap mata, aku tidak tau apa yang menggenggam tanganku. Aku hanya merasakan sesuatu yang lembut dan sejuk seperti angin malam yang datang setelah hujan.Tidak lama setelah itu bunyi gemuruh terdengar, sesuatu menyembul dari bawah akar pohon yang besar. Tubuhku terombang ambing karena tanah yang kupijak bergetar. Angin kencang berputar-putar di atas gundukan yang muncul itu.Aku memejamkan mata karena takut, telingaku mendengarkan Nek Imah yang sedang berbicara. Aku tidak tau pasti dengan siapa dia berbicara, namun terdengar samar-samar Nek Imah memanggil nama seseorang.Angin mulai reda, getaran di tanahpun sudah berhenti. Aku membuka mata melihat Gua yang kala itu pernah aku lihat. Aku mengikuti Nek Imah dari belakang, mencari jasad Bu Sri yang tidak mampu aku tolong pada malam kejad
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status