Rasa bersalah itu semakin kuat saat Ustaz Subhan melihat perjuangan Kiyada. Wanita itu sangat layak untuk dabahagiakan dan diratukan. Namun, sebagai suami ia belum bisa memberikan hak keadilan secara penuh pada Kiyada. Perjuangannya tentu tak mudah. Ia harus menjaga dan merawat san ibu seorang diri, dengan kondisi tengah berbadan dua.Bukankah kehadiran seorang anak menjadi dambaannya selama ini? Namun, saat Allah memberinya titipan, Ustaz Subhan justru kerap mengabaikan sang istri. Ia merasa gagal menjadi suami yang adil. Disadari atau tidak, nyatanya Shofia selalu menjadi prioritas.Ustaz Subhan menyempatkan diri menemui Kiyada saat Shofia –sang istri pertama- tengah berbincang dengan teman lamanya semasa di pesantren. Walau kondisi Shofia belum terlalu baik, tetapi melihat pncaran kebahagiaan di wajah wanita itu Ustaz Subhan memberi sedikit kebebasan pada Shofia.Hasil pemeriksaan menunjukkan tak ada yang terlalu perlu untuk dikhawatirkan. Shofia hanya butuh waktu istirahat lebih l
Baca selengkapnya