Semua Bab Suami yang Tak Diinginkan: Bab 31 - Bab 40
305 Bab
31. Apa Pemintaan Juwi Kali ini?
Saat Hendra terbangun di pagi hari, Juwita sudah duduk di sebelahnya. Wanita itu baru saja selesai mandi, terlihat dari rambut panjang yang masih sangat basah. Wanginya sangat manis membuat Hendra tertegun untuk beberapa saat.“Udah bangun?” Juwi menyapa dengan seulas senyum di bibirnya. “Kamu mau mandi dulu atau langsung sarapan ke bawah?”“Maaf aku terlambat bangun.” Hendra mengangkat punggungnya meninggalkan kasur empuk itu. Dia raih handuk yang disodorkan oleh Juwita, lantas melingkarkannya di pinggang.“Aku mandi dulu aja. Maaf.”Kenapa selalu meminta maaf? Padahal Juwi tidak mempermasalahkannya mau mandi duluan atau sarapan, itu tidak jadi masalah.Keperian Hendra ke kamar mandi menyisakan senyum di bibir Juwita. Percintaan mereka tadi malam memberi rasa hangat  di dalam batinnya, hingga ingin Juwi tersenyum setiap saat. Sentuhan lembutnya, perlakuan Hendra yang mengecup keningnya sebelum d
Baca selengkapnya
32. Kamu Nggak Mampu Cari Suami!
"Dikasih kerjaan bagus, bukannya senang malah nolak." Sangat kesal Juwi pada Hendra pagi tadi. Dia sudah berniat baik memberi pekerjaan yang lebih layak, tapi Hendra masih saja berkeras akan kembali ke pabrik. Entah dia tidak bisa melihat niat baik Juwi, atau Hendra masih ingin menjaga jarak darinya. Entah lah. Hanya Hendra yang tahu apa isi kepalanya.Ketika pulang dari kantor, sengaja Juwi tidak langsung kembali ke rumah. Dia masih malas bertemu Hendra, lebih baik ke studio zumba bertemu teman-temannya. Lagian, sejak menikah Juwita tak pernah melatih otot tubuhnya lagi. "Jeng Juwi!" sapa Vanny, berlari mendatangi Juwita dan memeluknya. "Aduh, apa kabar? Sejak nikah kamu nggak pernah datang. Aku pikir udah lupa studio....""Namanya juga pengantin baru, Jeng Van. Kayak nggak paham aja. Lagi mesra-mesranya dong itu...." Teman lainnya turut menggoda Juwita yang hanya tersenyum simpul.Lilis juga datang hari ini. Dia baru saja keluar dari
Baca selengkapnya
33. Juwita yang Harus Minta Maaf!
Hampir saja studio zumba itu menjadi ring perkelahian Juwi dan Lilis, jika Vanny tidak segera menghengtikan mereka. Pelatih senam pun terpaksa menghentikan berjalannya zumba sebab semua orang sudah menjadi rusuh. Lilis yang paling besar suaranya, seperti preman pasar yang tersenggol gerobak."Udah lah, Lis... ngapain sih ribut-ribut mulu? Malu tau nggak, sih?" Vanny mengingatkan Lilis untuk tidak terus mengoceh."Ngapain aku harus malu? Dia sendiri kan yang cari gara-gara. Orang cuma kena sedikit udah melotot ngancem-ngancem!" Lilis menyela ucapan Vanny.Kenapa jadi Juwita yang dituduh mengancam? Dia sendiri yang berkata akan membeberkan siapa suami Juwita agar mempermalukannya di sana. Juwita geram melihat perempuan yang tidak sadar diri itu."Ya udah, deh saling maafan aja. Nggak baik musuhan dalam satu kelompok. Selama ini kita adem-adem aja, bisa-bisanya kalian jadi ribut perkara kecil doang.""Dia dong yang minta maaf sama aku! Jangan mentang-
Baca selengkapnya
34. Nanti Ada yang Lihat, Juwi....
Shock. Ya, itu yang Juwi rasakan sekarang. Dia tidak menyangka perempuan yang tadinya sangat polos, ternyata bisa bermain gila di belakang suaminya. Juwita ingat Lilis banyak diam saat pertama-tama perempuan itu masuk kelar zumba, dan mulai ikut dalam lingkup pertemananya.Laki-laki itu pun Juwita mengenalnya. Steve Jordan. Walau Juwi tidak pernah menonton sinetronnya yang disiarkan di televisi, Juwita mengenal lelaki itu saat mereka pernah bekerja sama. Steve pernah menjadi model yang mengiklankan salah satu mini market milik keluarga Juwi, yang baru buka cabang.Sampai Lilis dan Steve menghilang ke dalam mobil yang membawa keduanya pergi, Juwita masih melongo seperti orang bodoh. Dia benar-benar tidak menduga pada Lilis.“Aku pikir uangnya akan digunakan untuk memperbaiki kehidupannya. Ternyata seperti ini akhirnya. Ck!” Juwita mendecih.Harus kah dia menyesal membeli Hendra sebagai suaminya? Rasanya Juwi tak rela uang yang dia berikan dipak
Baca selengkapnya
35. Suami Istri Tidur Bersama
Sempat Hendra ragu mendengar permintaan Juwi. Dia terdiam beberapa detik sampai Juwita memiringkan cangkir itu hingga teh di dalamnya menyentuh bibir Hendra. Saat itu lah dia berani mencicipi teh yang seharusnya untuk Juwi.“Enak?” tanya Juwi, suaranya yang lembut menyejukkan telinga yang mendengarnya, membawa rasa sejuk itu merambat ke hati Hendra.“Enak, kok. Gulanya pas, nggak terlalu manis dan nggak hambar, seperti kesukaan kamu,” kata Hendra, setelah mencicip dua kali tehnya.Juwita mengambil cangkir itu kembali. Dia putar dengan tangan kirinya lantas meminum dari bekas bibir Hendra. Juwi merasa tersanjung, belum lama dia menikah dengan Hendra tapi suaminya tahu selera Juwi.“Gimana, pas nggak?”“Ini enak, sangat enak.” Juwi tersenyum sangat manis, lebih manis dari rasa teh yang Hendra buatkan.  Selama menjadi suami, Hendra tidak pernah mendapat perhatian seperti ini. Dia adalah suam
Baca selengkapnya
36. Kamu Istri Pejabat?
Lilis bergerak liar di atas tubuh lelaki yang berbaring di bawahnya. Mulutnya melantunkan desah-desah nikmat dari gesekan persatuan tubuh mereka. Perempuan yang sudah dimabuk kepayang itu bagaikan lupa dengan fakta bawa dirinya masih menjadi istri resmi Hendra.Bagai tidak mengenal waktu dua manusia itu melakukan olah raga ranjang. Kapan saja, di mana pun asal ada kesempatan, Lilis dan Steve akan melakukannya lagi dan lagi.Sampai keduanya mencapai puncak yang  sejak tadi didaki bersama, hingga akhirnya terkapar di atas ranjang yang sudah kusut di mana-mana.“Kamu hebat banget, sih. Punya kamu juga legit banget, pengen terus terusan ada di dalam sini,” puji Steve, mencolek nakal milik Lilis yang sensitif.Dipuji seperti itu membuat Lilis besar kepala. Dia menaikkan kepalanya ke dada Steve, dengan tangan liar membelai dada bidang lelaki itu. Lilis sudah sangat menyukai Steve sampai berpikir andaikan Steve yang menjadi suaminya.&ldq
Baca selengkapnya
37. Lilis Kepergok.
“Bu, kapan ibu balik ke rumah?” tanya Lilis pada Ratna.Wanita yang tengah menemani cucunya menonton televisi, memutar kepala menatap Lilis di sofa.“Pulang ke mana? Ibu kan udah di sini, mau dipulangin ke mana lagi, Lis?”Mendapat desakan dari Steve membuat Lilis tidak punya pilihan. Dia tidak mau Steve berpikir dirinya istri seseorang lantas lelaki itu akan meninggalkannya begitu saja. Lilis tidak rela, dia sudah sangat menyukai Steve sejak pertama kali mendengar lelaki itu seorang aktor terkenal.Tapi tetap saja tidak mungkin dia membawa Steve kalau Ratna dan Alan ada di rumah itu. Lilis berencana menyuruh ibunya kembali ke rumah lamanya bersama Alan.“Ya ke rumah ibu, lah. Kan ibu punya rumah sendiri. Gimana sih?”“Lilis!” Ratna kesal. Baru saja merasakan hidup yang enak tinggal di apartemen mewan, anaknya sudah menyuruhnya kembali ke rumah itu. “Kamu kan tau, Lis. Rumah itu udah bany
Baca selengkapnya
38. Bagaimana Rasanya Punya Juwita?
‘Apa Hendra dengar aku cium-cium di hp?’ Lilis masih tetap diam. Pikirannya sudah dipenuhi berbagai pertanyaan, apakah benar suaminya mendengar semua yang dia ucapkan di telepon tadi? Lilis khawatir jika Hendra benar mendengarnya, mungkin rumah tangga mereka akan hancur. ‘Mampus deh kalo dia sampe tau, bisa habis kamu, Lis... Lis!’ Tapi kalau pun tahu, memangnya apa yang bisa Hendra lakukan? Semua uang ada di tangan Lilis, atas nama Lilis sendiri. Apartemen dan mobil yang Juwita kasih pun, semua atas nama Lilis. Hendra tidak bisa mengambil semua itu dari dia, tanpa persetujuan Lilis sendiri. Lagian toh mereka sama. Lilis sudah mencarikan wanita lain untuk Hendra, bahkan sah jadi istrinya. Kenapa Lilis tidak boleh memiliki lelaki lain? Jika Hendra ingin bercerai bukannya malah bagus? Dia bisa bebas bersama Steve tanpa perlu bersembunyi-sembunyi lagi. Lilis akan hidup bahagia jika dia menikah dengan aktor terkenal. “Apaan sih, Hen?” Lilis memasang wajah juteknya. “Aku telponan sama
Baca selengkapnya
39. Maafin aku, Hendra.
Sejak menikah dengan Juwita ini pertama kali Hendra menginap di rumah istri pertamanya. Hendra begitu senang mendapat perlakuan Lilis yang lebih baik dari padanya. Lilis benar-benar berubah, bahkan sangat jauh dari Lilis yang sebelum, saat mereka hidup di rumah kontrakan lama.Bukan sekedar seperti saat pengantin baru saja. Meski tadi malam Lilis dan Hendra sempat cek cok perkara Juwita, kemudian istrinya itu menjadi sangat baik dan lembut. Hendra dipijiti sampai benar-benar merasa tubuhnya lebih baik.Ketika bangun pagi pun, Lilis sudah menyiapkan sarapan di atas nakas. Dia bangunkan Hendra dengan kecupan-kecupan manja yang membuat Hendra merasa dirinya benar-benar menjadi suami sejati. Lalu sekarang keduanya tengah menikmati sarapan pagi sambil menikmati indahnya pemandangan dari apartemen tempat tinggal mereka.“Hen, maafin aku, ya,” kata Lilis tiba-tiba. Wajahnya sedih, tampak sangat menyesal.“Minta maaf untuk apa sih, Lis? Bukannya masalah tadi malem kita udah lupain?” sahut He
Baca selengkapnya
40. Aku Bukan Hanya Suamimu.
“Hendra, tunggu, Hendra!”Lilis mengejar Hendra yang bergegas keluar dari kamar mereka. Suaranya sangat keras sampai asisten rumah tangga di rumah itu ketakutan semuanya. Lilis jika mengamuk sangat menakutkan, tidak bisa mengontrol omongannya. Para asisten rumah tangga sering mendapat bentakan dari perempuan itu.“Hendra, jangan begini, dong! Bukannya kamu udah setuju mau ubah hidup kita ke depan nanti?”“Nggak, aku nggak setuju kalo begitu caranya!” Hendra menolak permintaan Lilis yang sangat menjengkelkan, dia tidak habis pikir istrinya akan meminta Hendra melakukan hal menjijikkan lagi setelah yang sudah terjadi.“Ini udah terlanjur, kamu nggak boleh mundur!” Lilis memegangi daun pintu sebelum Hendra keluar dari unit apartemen mereka, Matanya menatap Hendra sangat garang. “Aku udah terlanjur ngomong sama orangnya, kamu nggak boleh nolak!”Alan menangis di kamarnya. Baby sitter yang menjaga anak itu tidak mampu mendiamkan Alan yang terkejut mendengar keributan kedua orang tuanya. He
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
31
DMCA.com Protection Status